Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan
Minggu, 07 Desember 2025

Membangun

* Laporan Wartawan SIB:Wilfrid B Sinaga SH
- Sabtu, 09 April 2016 13:13 WIB
1.699 view
Membangun
Kunjungan kerja Presiden RI  Joko Widodo (Jokowi) ke Sumut dalam rangka  meninjau destinasi wisata Danau Toba pasca penetapan Danau Toba sebagai salah satu dari 10  destinasi wisata prioritas di Indonesia merupakan bentuk komitmen Pemerintah Pusat untuk menjadikan Danau Toba  “go internasional” sebagai destinasi wisata dunia.

Presiden bukan hanya meninjau tapi langsung meletakkan dasar dasar pengembangan wisata Danau Toba agar  pejabat Sumatera Utara  dan para bupati  di wilayah Danau Toba  bersinergi dengan kementerian terkait dalam mengembangkan Danau Toba menjadi destinasi wisata bertaraf internasional.

Data terakhir tentang  Sumut yang bisa dijadikan indikasi "Sumut Paten" adalah bahwa Sumut menyumbang konstribusi  perekonomian nasional sebesar 4,4 persen dan menempati urutan ke 6 dan konstribusi itu didominasi dari sektor pertanian, angkutan, listrik. Sementara perdagangan yang  di dalamnya ada sektor  pariwisata sebagai urutan ke-4. Sektor perdagangan menyuplai perekonomian nasional dengan jumlah 5,8 persen dengan kondisi kunjungan wisata hanya 180 ribu kunjungan.Bisa dibayangkan ketika kunjungan wisata mencapai 1 juta .

Hitung-hitungan apabila kunjungan wisatawan ke Danau Toba yang sebelumnya hanya sekitaran 250 ribu kunjungan bisa ditingkatkan hingga 1 juta wisatawan tahun 2019 tentu akan signifikan membuat sektor pariwisata untuk menggeser sektor pertanian dari urutan puncak kontribusi perekonomian nasional.

Seorang warga Sumut dari kalangan aktivis pariwisata Harianto Sinaga SE mengatakan seandainya 1 juta  kunjungan wisata bisa dicapai maka dengan asumsi 1 wisatawan bisa menyerap 4 tenaga kerja maka secara keseluruhan akan bisa menciptakan 4 juta tenaga kerja.

andalkan untuk mendongkrak perekonomian nasional karena danau memiliki keindahan dan keunikan dan potensi tersendiri.  Keindahan Danau Toba digambarkan musisi Batak Tongam  Sirait dalam lirik lagunya berjudul "Come To Lake Toba": When the sun is coming up, water sparkle like a diamond light, We hear a sound of wave, and people walking to the field, When the sun goes to the west, and misty bright red color magnificent, would you wanna see a beatifull place (Ketika matahari akan datang,  kilauan air seperti cahaya berlian,  Kami mendengar suara gelombang, dan orang-orang berjalan ke lapangan.  Ketika matahari terbenam ke barat,  dan berkabut cerah warna megah merah, apakah Anda ingin melihat tempat yang indah).

Potensi besar Danau Toba dari sisi  sejarah jauh  lebih dahsyat karena  menurut ahli geologi terbentuk dari sebuah  ledakan gunung berapi super (supervolcano) sekitar 73.000 sampai 75.000 tahun yang lalu. Setelah letusan tersebut maka  terbentuklah kaldera yang kemudian terisi oleh air dan menjadi yang sekarang dikenal sebagai Danau Toba dan tekanan magma yang belum keluar menyebabkan munculnya pulau Samosir yang dikelilingi Danau Toba sebagai wahana perairan air tawar terbesar di dunia.

"Danau Toba Truly Geoparks" kalimat itu  terucap dari Vice President Executif Global Geoparks Network  Geoparks Prof Ibrahim Komoo  saat menginjakkan kakinya di kawasan Danau Toba tahun 2011 lalu. Kaldera Toba bukan buatan manusia tapi karena di atas kaldera itu ada kehidupan.

Industri pariwisata di Danau Toba sudah mulai berkembang sejak 1911, geliat industri pariwisata ditandai dengan dibangunnya sarana penginapan. Perkembangan selanjutnya pada tanggal 11 Februari 1919 fasilitas penginapan yang pertama di Parapat diubah menjadi "Hotel Enhandel Mastschapij Toba" dikuasai Belanda dengan kantor direksinya di Balige  Kabupaten Toba Samosir sekarang. Kemudian tahun 1950 berganti nama menjadi NV Maatschapij Parapat, di bawah penguasaan kantor Kamerling Onnes berkedudukan di Medan. Hingga 14 Desember 1957 dinasionalisasi kembali berada di bawah pengawasan Peperda kemudian diserahkan kepada BPU -PDN Sumatera Utara dan Aceh. Berdasarkan peraturan pemerintah tanggal 13 Maret 1962, hotel di Parapat ditetapkan dalam pengawasan dan penguasaan Menteri Perhubungan RI, sebagai Hotel Pariwisata Nasional (HPN) berkantor Pusat di Jakarta.Tahun 1973 berdasarkan PP Nomor 4 Tahun 1973 menjadi Perseroan Terbatas (Persero) dengan nama Nasional Hotels and Tourism Corporation Ltd atau disingkat Natour Ltd berkedudukan di Jakarta, hingga tahun 1993 sesuai SK Menteri Keuangan Republik Indonesia No :975/kmk.016/ 1993 bergabung dengan PT Hotel Indonesia International. Perjalanan kepariwisataan di kawasan Danau Toba sejak tahun 1911 disimpulkan bahwa masyarakat di Danau Toba khususnya di Kota Parapat sudah mampu menerima dan memberi ruang kepada orang asing.  Puncak kejayaan kepariwisataan Danau Toba adalah hingga tahun 1993 dimana Destinasi Pariwisata Danau Toba sudah dikunjungi banyak wisatawan dan tercatat tahun 1996 sampai  tahun 1997 pernah mencapai 306.000 jiwa wisatawan manca negara (sumber:Bultin DMO Toba edisi 2010).

Puncak kejayaan itu berakhir pada periode 1998 hingga tahun 2014 dimana kepariwisataan Danau Toba mengalami penurunan setiap tahunnya. Dari pandangan berbagai pihak bahwa permasalahannya adalah masalah infrastruktur, sosial politik, krisis ekonomi, masalah lingkungan hidup, bahkan promosi pariwisata.

Pemerintah Provinsi Sumatra Utara pernah menerbitkan Perda No 1 tahun 1990 tentang Tata Ruang Danau Toba dengan pasal andalannya yakni larangan membangun 50 meter dari kawasan bibir pantai Danau Toba. Dilanjutkan dengan menggelar berbagai even wisata dan membangun berbagai sarana infrastruktur. Kemudian ditindak lanjuti pemerintah pusat dengan  menetapkan Danau Toba sebagai salah satu Kawasan Strategis Nasional melalui PP No 26 Tahun 2008) dan pada PP No  50 Tahun 2011 tentang RIPPANAS tahun 2010 -2025, Danau Toba termasuk sebagai Kawasan Strategis Nasional (KSN).
Salah satu langkah lebih maju saat pemerintah Sumut mengeluarkan  Surat Keputusan Gubernur Sumut Nomor 188.44/404/KPTS/2013 tentang Tim Percepatan Pengajuan Geopark Kaldera Toba menjadi anggota GGN Unesco. Kebijkan itu mendapat dukungan dari kalangan masyarakat yang diprakarsai RE Foundation dan kalangan media massa melakukan terobosan bersama elemen masyarakat lainnya untuk mempercepat proses agar kawasan Danau Toba  menjadi kawasan Geopark Dunia.  Ketika itu Menteri Pariwisata mengatakan optimismenya “Tahun ini kita harapkan Danau Toba sudah masuk ke GGN atau Global Geopark Network UNESCO agar bisa mendongkrak wisatawan mencanegara ke Sumut.

Namun harapan yang sudah di depan mata itu kandas dan berlalu karena sejumlah persyaratan yang harus dipenuhi sebagai sebuah geopark tidak ditemukan tim penilai dari Unesco. Kelestarian  lingkungan, kelestarian budaya, dan tidak adanya manajemen pengelolaan  yang spesifik disebut sebagai penyebab kegagalan itu. Ketiadaan pengaturan sistim tata kelola kawasan Danau Toba dalam peraturan yang diterbitkan  pemerintah adalah faktor gagalnya kawasan Danau Toba masuk dalam Taman Bumi Dunia (Global Geopark Neywork)

Sejumlah kegagalan itu sepertinya yang memotivasi pemerintahan Jokowi  langsung melakukan gerak cepat  mengerahkan para menteri untuk melakukan langkah-langkah dalam pembangunan kawasan Danau Toba. Sumut yang sebelumnya sudah pernah tercatat dalam “Ten Top Destination” dipertegas dengan menetapkan Danau Toba sebagai salah satu dari 10 Destinasi Pariwisata Prioritas bersama Pantai Tanjung Kelayang- Pulau Belitung,Kepulauan Seribu,Pantai Tanjung Lesung,Candi Borobudur,Bromo, Tengger, Semeru, Mandalika-Lombok, Taman Nasional Wakatobi, Pulau Morotai.

Tentu harapan Presiden RI Jokowi bahwa Otorita Danau Toba tinggal pelaksanaan tidak hanya sekadar lipservice maka harus ditindaklanjuti dengan penerbitan Keputusan Presiden yang dapat dijadikan sebagai aturan untuk melakukan pengelolaan di kawasan Danau Toba yang dipimpin  7 kepala daerah.

Langkah Strategis
Lima menteri Kabinet Kerja di antaranya Menkopolhukam Luhut Panjaitan, Menteri Pariwisata Arief Yahya, Menko Maritim Rizal Ramli, Menteri LHK Siti Nurbaya dan Menteri Pekerjaan Umum (PU) dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuljono saat melakukan rapat kerja di Tobasa sudah menyampaikan langkah-langkah strategis untuk memajukan Danau Toba.

Rizal Ramli misalnya menilai dengan potensi besar dengan pembenahan akan bisa menjadikan Danau Toba. menjadi Monaco Asia. Sedangkan Menteri Pariwisata menggambarkan Danau Toba penuh dengan pesona, harus dikembangkan dan dipromosikan dengan bagus. Sementara itu Menteri PU memaparkan,  akan membangun jalan tol mulai Tanjung Morawa-Tebingtinggi-Pematang Siantar hingga Parapat. Demikian juga Sei Mangkei dan Kota Medan akan dikembangkan. Menteri Kehutanan akan melakukan penataan kehutanan di Sumut serta lingkungan dengan baik.

Sedangkan, Plt Gubsu HT Erry Nuradi menyampaikan dukungannya kepada seluruh program-program dari para kementerian tersebut dan langsung mengajak agar para bupati dapat memberikan dukungan penuh terkait program-program itu.

Secara umum langkah strategis itu adalah menjadikan  Destinasi Prioritas dengan penetapan Perpres RI tentang Badan Otoritas DPN Danau Toba,  Perpres RI Percepatan Pembangunan Infrastruktur, Zona Badan Otoritas Danau Toba.

Langkah strategis itu akan bermuara pada  “One destinasi one managemen” untuk kawasan Danau Toba seperti yang sudah didengungkan banyak pihak adalah Otorita Danau Toba Kawasan Danau Toba (BODT).

Untuk Sumut Paten
Terobosan-terobosan pengembangan destinasi Danau Toba tentu akan membawa dampak positif baik untuk kabupaten kota se kawasan Danau Toba maupun kabupaten lain di Sumut, karena konektivitas antara wilayah adalah faktor utama untuk kemajuan destinasi wisata.

“Ini kesempatan emas bagi Sumut untuk memiliki destinasi wisata bertaraf internasional. Satukan kekuatan dan bersinergis dengan pemerintah provinsi. Perkembangan Danau Toba akan memicu geliat perekonomian di Sumut, tidak hanya bagi masyarakat yang tinggal di sekitar kawasan Danau Toba, tetapi di seluruh Kabupaten Kota di Sumut,” ujar Erry Nurady menyikapi gencarnya dorongan untuk pembangunan kawasan Danau Toba.

Tentu untuk membangun destinasi bertaraf internasional tidak bisa sendiri-sendiri melalinkan harus menyatukan semua kekuatan dan potensi sama seperti kegembiraan yang ditunjukkan Presiden Jokowi saat menyaksikan 7 kepala daerah di kawasan Danau Toba sepakat untuk membangun destinasi wisata Danau Toba sebagai destinasi wisata internasional.

Hal yang sama juga harus dilakukan Gubsu untuk menggalang semua potensi kabupaten-kota di Sumut dalam membangkitkan semua potensi yang ada, sehingga Sumut bisa bangkit dan menjadi daerah yang memiliki konstribusi dalam perekonomian nasional.

Sumut tentu bukan hanya Danau Toba, tapi untuk membangun Danau Toba harus menggunakan kacamata Sumut, karena pintu masuk untuk Danau Toba melalui jalur udara adalah Kualanamu, jalur laut pelabuhan Belawan, Tanjungbalai, jalur darat Medan, Aceh, Sumatera Barat.

Untuk bisa mencapai 1 juta kunjungan wisata ke Danau Toba tidak cukup rasanya hanya menggunakan pintu masuk Bandara Kualanamu dan Bandara Silangit, maka Sumut juga harus menggerakkan pembangunan di Kota Medan sehingga bisa menjadi kota transit menuju Danau Toba dengan membangun  Pelabuhan Belawan menjadi pelabuhan Internasional tempat mendaratkannya kapal-kapal pesiar dari berbagai negara.

Kepala Bappeda Medan Drs Zulkarnain Msi mengatakan bahwa pembangunan kawasan Danau Toba akan memberi multi efek bagi kabupaten lain di Sumut. Medan misalnya tidak akan ketinggalan karena akan mengikuti irama dengan menjadikan Kota Medan sebagai kota transit.

Fasilitator Tata Kelola Destinasi Pariwisata Danau Toba Harianto Sinaga SE mengatakan  kunjungan wisata ke Danau Toba hingga akhir tahun 2015 masih di kisaran 240 ribu wisatawan namun untuk target hingga 3 juta wisatawan seperti yang dilakukan Nusa Tenggara Barat (NTB) adalah bukan hal yang mustahil.

Kesimpulan akhir bahwa Sumut Paten tidak bisa dicapai hanya dengan membangun kawasan Danau Toba, tapi harus juga membangun destinasi wisata Medan sebagai Kota Peradaban Melayu, Tangkahan Bahorok sebagai wisata konservasi orang hutan, Nias sebagai wisata surfing, Serdang Berdagai, Pulau Berhala pusat wisata bahari.

Sama seperti pemerintah pusat yang memilih 10 destinasi prioritas maka Sumut juga harus membuat Danau Toba sebagai salah satu destinasi prioritas di Sumut dengan menjadikannya sebagai branding destinasi pariwisata Sumut.

Performanse kawasan Danau Toba yang dikembangkan melalui 9 langkah strategis dengan mempercepat pengembangan akses udara dengan memperpanjang landasan pacu dan layanan Bandar Udara Sibisa di Kecamatan Ajibata, Toba Samosir (Tobasa), Membangun sarana pendukung penginapan (tourist resort) di kawasan Danau Toba, Membangun jalan tol dari Bandara Kualanamu International Airport (KNIA) menuju Parapat,  mengeruk dan memperdalam danau di kawasan Tano Ponggol,  membersihkan kawasan Danau Toba, menyediakan wilayah Toba seluas 500 hektare untuk eco-tourism ,  membuat Peraturan Presiden (Perpres) Badan Otoritas Pariwisata Danau Toba,  menggalakkan bersih dan senyum bagi warga sekitar Danau Toba, Menggencarkan promosi lengkap dengan sejarah terbentuknya Danau Toba akan menimbulkan dampak ekonomi bagi kabupaten/kota di Sumut dan akan  bisa menjadi daya ungkit pembangunan Sumut dan Nasional.

Produk-produk unggulan dan pontensi alam yang ada akan menjadi pangsa pasar yang luas masing-masing daerah akan menjadi destinasi wisata dengan objek wisata sendiri sendiri dan dengan konektivitas wilayah akan bisa menyatukan semua potensi itu untuk dijual.

Ketika jarak tempuh menuju kawasan Danau Toba bisa dicapai 1,5 jam, Pelabuhan Belawan dikembangkan menjadi pelabuhan internasional dan bandara udara Internasional Kualanamu sudah didarati maskapai penerbangan, Asia Eropa dan Amerika tentu Danau Toba sudah kembali pada masa keemasannya menyamai “Monaco” dan “go internasional” membawa “Sumut Paten”.(Tulisan ini akan diikut sertakan Lomba Karya Tulis dalam rangka Hari Jadi ke-68 Provinsi Sumatera Utara)  (c)
SHARE:
Tags
komentar
beritaTerbaru