Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan
Jumat, 06 Juni 2025

Memburu Benda-benda Pusaka Raja Sisingamangaraja XII di Museum Aan de Stroom Belgia

* Oleh Nelson Lumbantoruan SS MHum
- Sabtu, 03 Juni 2017 12:15 WIB
3.749 view
Memburu Benda-benda Pusaka Raja Sisingamangaraja XII di Museum Aan de Stroom Belgia
Professor Uli Kozok yang dikenal sebagai peneliti Budaya Batak  mengatakan akan berangkat ke Belgia untuk melakukan penelitian terhadap benda-benda pusaka Raja Sisingamangaraja XII  yang disimpan di  Museum Aan de Stroom, Kota Antwerpen, Belgia.

Hal tersebut disampaikan peneliti berkewarganegaraan Jerman itu kepada penulis setelah menerima informasi dan beberapa foto dari W.Durinx, kurator (pengawas) koleksi Museum Aan de Stroom, di Belgia itu tentang benda-benda pusaka dan senjata tradisional yang diduga sebagai warisan Raja Sisingamangaraja XII. Durinx menjelaskan, menurut data mereka, ada sebanyak 1153 benda budaya dan 670 senjata tradisional Indonesia  disimpan di Museum Aan de Stroom.

Selanjutnya penulis bertanya kepada Uli Kozok: Bagaimana mungkin benda-benda pusaka Raja Sisingamangaraja XII bisa sampai ke Belgia?  Uli Kozok menjelaskan, hal itu sangat  mungkin terjadi. Ia menduga bahwa benda-benda pusaka Raja Sisingamangaraja XII tersebut dibawa Hans Christoffel ke Antwerpen, Belgia. Christoffel  adalah pempimpin tentara Kolonial Belanda yang berhasil menewaskan Raja Sisingamangaraja XII.

Sebenarnya Hans Christoffel (1865-1962) adalah warga negara Swiss. Pada usia 20 tahun, Christoffel  merantau ke  Jerman. Dari sana, ia mendaftarkan diri ke Kedutaan Belanda menjadi seorang tentara Belanda (KNIL). Berkat kelihaian dan keberaniannya, Christoffel cepat naik pangkat sehingga menjadi orang asing pertama pada tentara KNIL yang berpangkat  Letnan Dua. Pada tahun 1904, Christoffel ikut melakukan ekspedisi ke Tanah Gayo dan Alas. Ekspedisi yang dipimpin Letkol Van Daalen tersebut, menewaskan ribuan warga termasuk perempuan dan anak-anak.

Pada tahun 1905 Christoffel mengambil cuti selama satu tahun dan pergi ke Antwerpen, Belgia, karena adiknya tinggal di sana.  Pada tahun 1906, Christoffel kembali ke Hindia Belanda ( negeri  jajahan). Dialah yang memimpin pasukan Belanda melakukan pengejaran Raja Sisingamangaraja XII yang selama 30 tahun lamanya melakukan perlawanan terhadap Belanda di Tanah Batak. Pasukan Christoffel akhirnya berhasil  menewaskan Raja Sisingamangaraja XII, bersama kedua putranya yaitu Patuan Nagari dan Patuan Anggi, dan juga putrinya Lopian, beserta pasukan dari Tanah Batak maupun Aceh pada tanggal 17 Juni 1907 di Dusun Sindias, Desa Sion Sibulbulon, Kecamatan Parlilitan, Kabupaten Humbanghasundutan.

Keberhasilan Christoffel menghentikan perlawanan dan  menewaskan Raja Sisingamangaraja XII itu, membuat dia sangat termasyur.

Pada tahun 1910, Christoffel mengundurkan diri dari kedinasan tentara KNIL dan mengawini puteri Wali Kota Antwerpen, Belgia. Sejumlah koleksi yang dikumpulkannya selama masa militernya di Hindia Belanda (negeri jajahan) terdiri dari 1153 benda budaya dan 670 senjata tradisional diserahkannya ke Kota Antwerpen dan kini berada di Museum Aan de Stroom, Antwerpen.

Uli Kozok mengatakan, informasi tentang keberadaan sejumlah benda budaya dan senjata tradisional Indonesia di Museum Aan de Stroom itu disampaikan langsung oleh Durinx kepada Uli Kozok dilengkapi beberapa foto dengan harapan agar benda-benda budaya dan senjata tradisional tersebut dapat diidentifikasi. Dari foto-foto yang dikirimkan tersebut ternyata ada benda pusaka yang mirip dengan Bendera Perjuangan Raja Sisingamangaraja XII yang di dalamnya ada aksara Batak.

Professor Uli Kozok adalah seorang peneliti Bahasa, Budaya dan Sastra Batak. Ia lahir di Jerman, 26 Mei 1957 dan menyelesaikan program doktornya di Universitas Hamburg dengan disertasi berjudul  “Andung, Ratapan Tradisional dari Batak di Sumatera”. Dia juga cukup lama bermukim di Sumatera Utara dan banyak melakukan penelitian tentang Batak. Beberapa karyanya yang terkenal antara lain Program Komputerisasi Aksara Batak, Cap/ Stempel Raja Sisingamangaraja, Hubungan Rahasia Raja Sisingamangaraja XII dengan Missionaris Nommensen, Warisan Leluhur; Sastra Lama dan Aksara Batak, Surat Batak: Sejarah Perkembangan Tulisan Batak, Daftar Rujukan untuk Kamus Batak- Belanda, Utusan Damai di Kemelut Perang, Peran Zending Dalam Perang Toba Berdasarkan Laporan L.I.Nommensen.

Dia telah berkeliling dunia untuk menelusuri naskah-naskah kuno Batak yang banyak di antaranya telah diterjemahkannya. Kozok menjelaskan ada 2000 naskah kuno Batak yang tersimpan di berbagai museum, baik di Eropa, Amerika, Australia maupun di Asia. Kini dia bekerja sebagai Guru Besar di University Hawaii at Manoa, Amerika Serikat.  

Berdasarkan informasi dan foto-foto kiriman dari Durinx, Uli Kozok menjadwalkan akan berangkat ke Belgia pada bulan Juli 2017 untuk melakukan penelitian tentang benda-benda pusaka warisan Raja Sisingamangaraja XII yang kini disimpan di Museum Aan de Stroom, Antwerpen. Apa saja warisan Raja Sisingamangaraja XII yang ada di Museun Aan de Stroom, Antwerpen, tersebut, kita tunggu hasil penelitian Prof.Dr. Uli Kozok,MA .

Tanggapan Keturunan Raja Sisingamangaraja
Seorang keturunan Raja Sisingamangaraja, Sintong Sinambela (Jakarta), menyambut gembira informasi adanya benda-benda pusaka Raja Sisingamangaraja di Museum Aan de Stroom itu. Dia mengakui masih banyak benda-benda pusaka Raja Sisingamangaraja yang hilang.

Sintong Sinambela mengatakan dukungannya kepada Prof Dr Uli Kozok MA yang berencana melakukan penelitian tentang benda-benda pusaka Raja Sisingamangaraja itu ke Belgia. Sebelumnya Professor Uli Kozok telah melakukan penelitian tentang stempel milik Raja Sisingamangaraja dan berhasil menemukan beberapa jenis cap/stempel Raja Sisingamangaraja. Demikian juga informasi terbaru ini, kita harapkan Uli Kozok berhasil menemukan beberapa benda pusaka Raja Sisingamangaraja dan dapat melakukan registrasi atas benda-benda pusaka yang ada di Belgia nanti, demikian harapan Sintong terhadap informasi terbaru ini.

Selanjutnya Sintong Sinambela mengatakan masih ada beberapa benda pusaka Raja Sisingamangaraja yang hingga kini belum diketahui keberadaannya seperti "Pustaha Harajaon" yang ditulis Raja Sohahuaon (Sisingamangaraja XI). Pustaha Harajaon sering juga disebut  dengan Naskah Bakara atau Arsip Bakara. Perihal Pustaha Harajaon, keluarga pernah bertanya kepada  Kedutaan Besar Belanda di Jakarta, namun jawaban yang diterima adalah bahwa pemerintah Belanda tidak mengetahui keberadaannya. Banyak orang berkata telah melihat Pustaha Harajaon tersebut, namun tidak dapat menunjukkan dimana mereka melihatnya.

Pada akhir percakapannya dengan penulis,  Sintong Sinambela dan pihak keluarga sangat mengharapkan peran serta pemerintah Indonesia (baik pusat maupun daerah) serta para sejarawan, untuk melakukan pencarian benda-benda pusaka  warisan Raja Sisingamangaraja yang selama empat abad lamanya menjadi primus interparis (pemimpin yang sangat berkharisma dan sangat dihormati) di Tanah Batak  yang berpusat di Bakara, kini masuk wilayah Kabupaten Humbanghasundutan.   

Semoga Museum Aan de Stroom, Antwerpen, Belgia, dapat menyingkap tabir   benda-benda pusaka Raja Sisngamangaraja XII yang selama ini tidak diketahui keberadaannya. (Penulis adalah mantan asisten peneliti dan kolega Professor Uli Kozok, kini  bekerja  di Pemkab Humbanghasundutan/c)

SHARE:
Tags
komentar
beritaTerbaru