Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan
Minggu, 14 Desember 2025

Iran Hentikan 20 Persen Pengayaan Uranium

- Rabu, 22 Januari 2014 13:33 WIB
222 view
Iran Hentikan 20 Persen Pengayaan Uranium
SIB/reuters
Pembangkit listrik tenaga nuklir Bushehr, di Teheran, Iran.
Vienna (SIB)- Iran mulai menghentikan aktivitas nuklirnya sebagaimana kesepakatan dengan enam negara berpengaruh di dunia. Hal ini diperlihatkan dalam laporan rahasia badan atom PBB. Ini membuka jalan bagi pelonggaran sanksi Barat bagi Teheran.

Seperti dilansir dari Reuters, Senin (20/1), laporan dari International Atomic Energy Agency (IAEA) juga menyebutkan bahwa Iran mulai mempertipis persediaan uranium yang diperkaya dengan konsentrasi fisil dari 20%. Konsentrasi 20% mampu membawa Iran lebih dekat ke kemampuan memproduksi bahan bakar untuk bom atom.

Menurut IAEA, Iran juga terus mengkonversi beberapa cadangan uranium menjadi oksida untuk memproduksi bahan bakar reaktor. Material ini menjadi kurang cocok untuk setiap upaya untuk memproduksi bom. Iran mengatakan program nuklirnya sepenuhnya damai.

IAEA akan memainkan peran penting dalam memeriksa bahwa Iran terus menjalankan perjanjian interim dengan membatasi pengayaan uranium sebagai bentuk pertukaran atas pelonggaran sanksi internasional. "Kehadiran inspeksi di Iran akan "kira-kira dua kali lipat" dalam rangka memantau pelaksanaan kesepakatan Teheran dengan kekuatan-kekuatan," kata Pimpinan IAEA Inspektur Tero Varjoranta. Ia mengatakan bahwa pekerjaan tambahan IAEA ini menelan biaya sebesar € 6 juta, dan membutuhkan dana dari negara-negara anggota IAEA.

Iran telah memperkaya uranium dengan konsentrasi 20% dari fisil U-235 isotop sejak awal 2010 dan ini memicu kewaspadaan pihak Barat atas program nuklirnya. Sementara kegiatan yang sekarang telah berhenti, Iran akan terus memproduksi uranium tingkat rendah dengan tingkat pengayaan hingga 5 persen di bawah perjanjian nuklir dengan enam kekuatan dunia - Amerika Serikat, Perancis, Inggris, Jerman, China dan Rusia. (Detikcom/d)
SHARE:
Tags
komentar
beritaTerbaru