Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan
Jumat, 24 Oktober 2025

Hubungan AS-China Semakin Panas, Munculkan Ketakutan Perang Dunia III

Redaksi - Sabtu, 29 Agustus 2020 12:25 WIB
481 view
Hubungan AS-China Semakin Panas, Munculkan Ketakutan Perang Dunia III
SHUTTERSTOCK
Ilustrasi perang dagang AS-China.
Beijing (SIB)
Ketegangan yang masih berlanjut antarnegara adidaya, China dengan AS memicu ketakutan terjadinya Perang Dunia III di wilayah Laut China Selatan. Beijing telah meluncurkan rudal jarak menengah ke Laut China Selatan (LCS) pada Rabu (26/8) kemarin, sebagai peringatan keras kepada AS.

Dilansir dari Express, Jumat (28/8), tembakan rudal itu dilakukan China sehari setelah China mengatakan pesawat mata-mata U-2 AS memasuki zona larangan terbang tanpa izin.

Satu sumber yang dekat dengan militer China diketahui telah memberi tahu media lokal bahwa peluncuran rudal itu dimaksudkan untuk mengirim peringatan ke AS. Rudal tersebut diluncurkan menuju Kepulauan Paracel dan tenggara provinsi Hainan di selatan daratan China.

Seorang sumber lain mengatakan kepada South China Morning Post, "Ini adalah tanggapan China terhadap potensi risiko yang dibawa karena semakin seringnya pesawat tempur dan kapal militer AS masuk ke Laut China Selatan. China tidak ingin negara tetangganya salah paham dengan tujuan Beijing,” ujar sumber tersebut.

Tembakan rudal China juga bisa dipahami untuk menunjukkan kemampuan China menolak kekuatan apa pun yang memasuki Laut China Selatan. Rudal DF-26 dapat digunakan untuk serangan nuklir atau konvensional terhadap target angkatan laut atau darat.

Rudal ke-2 adalah DF-21, yang oleh banyak orang dinyatakan sebagai rudal anti-kapal pertama di dunia. Song Zhongping,
komentator militer yang berbasis di Hong Kong, mengatakan bahwa AS terus menguji kesabaran China dalam masalah Taiwan dan LCS.

"Ini mendorong China menunjukkan kekuatan militernya untuk memberi tahu Washington bahwa China tidak akan membiarkan sedikit pun kapal-kapal AS, bahkan kapal induk AS terlihat di dekat pantai China," ujar Zhongping.

Baik China dan AS telah meningkatkan peran mereka di wilayah LCS dalam beberapa bulan terakhir. Kepulauan Paracel adalah salah satu dari beberapa gugusan pulau yang diklaim oleh Beijing berdasarkan kebijakan “Satu China”. Kepulauan yang juga diklaim oleh Vietnam, meski pun China bersikeras bahwa pulau-pulau itu harus dikaitkan dengan China karena hak historisnya. Taiwan juga telah diklaim berdasarkan kebijakan tersebut, dengan Xi Jinping bersikeras bahwa pulau otonom itu akan segera bergabung dengan China.

Ketegangan semakin meningkat setelah Menteri Kesehatan AS, Alex Azar mengunjungi Taiwan awal bulan ini. Meski pun, Azar mengklaim perjalanan penting itu untuk mengoordinasikan tanggapan virus corona dari kedua negara, kunjungan itu mendapat peringatan yang keras dari China. Menjelang kunjungan tersebut, kementerian luar negeri China menegaskan pihaknya akan mengambil langkah yang akan mengancam perdamaian dan stabilitas di kawasan Taiwan.

Seorang juru bicara pemerintah China, berkata, "Saya ingin menekankan kembali bahwa masalah Taiwan adalah masalah paling penting dan sensitif dalam hubungan China-AS." "Apa yang telah dilakukan AS secara serius melanggar komitmennya pada masalah Taiwan," kata juru bicara pemerintah China. Akibat klaim China dan militerisasi beberapa pulau di kawasan itu, AS telah melangkahi kebebasan manuver navigasi.

Baik USS (United States Steamship) Nimitz dan Ronald Reagan keduanya telah dikirim ke wilayah, seperti Vietnam, Taiwan dan Filipina, untuk melindungi kedaulatan negara-negara tersebut. Menteri Luar Negeri AS, Mike Pompeo telah memperingatkan China terhadap tindakannya menciptakan kerajaan angkatan laut di wilayah tersebut. Dia juga mengklaim kehadiran dan tindakan China yang terus berlanjut di Laut China Selatan adalah melanggar hukum. (Daily Express/kps/c)
SHARE:
Tags
komentar
beritaTerbaru