Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan
Minggu, 14 Desember 2025

Perayaan Revolusi Mesir Ricuh, 49 Demonstran Tewas

* Mesir Evakuasi Staf Diplomatiknya di Libya
- Senin, 27 Januari 2014 19:46 WIB
276 view
Perayaan Revolusi Mesir Ricuh, 49 Demonstran Tewas
SIB/AP Photo
Demonstran anti-militer yang kebanyakan pendukung presiden terguling Mohammed Morsi, bentrok dengan pasukan keamanan di Kairo, sabtu (25/1). Bentrokan pecah saat Mesir memperingati tiga tahun tergulingnya Presiden Hosni Mubarak.
Kairo (SIB)- Sebanyak 49 orang tewas dalam peringatan tiga tahun tergulingnya Presiden Hosni Mubarak, di Mesir, Sabtu (25/1) waktu setempat. Sementara itu ratusan orang lainnya terluka. Seperti dilansir dari AFP, Minggu (26/1/2014), Juru Bicara Kementerian Kesehatan Mesir Ahmed Kamel memberikan keterangan, dari 49 orang yang tewas, sebanyak 26 orang meregang nyawa di sekitar Ibu Kota Mesir, Kairo. Peringatan yang diwarnai unjuk rasa itu juga mengakibatkan 247 orang terluka dan 1.079 orang ditahan.

Kerusuhan itu terjadi saat pihak polisi dan massa pro pemerintahan militer Jenderal Abdel Fattah Al Sisi bentrok dengan pendukung Mohamed Morsi. Morsi sendiri telah digulingkan dari kursi kepresidenan pada Juli 2013.

Salah seorang korban tewas merupakan anggota gerakan 6 April yang mempelopori pemberontakan terhadap Mubarak dan sekaligus melawan Morsi. Massa yang berkumpul di alun-alun Tahrir terus meneriakkan yel-yel pro pemerintahan militer. Mereka juga mengusung bendera bergambar Jenderal Sisi. "Rakyat ingin Ikhwanul dihabisi," kata para demonstran bernyanyi. Pemerintah dan elite militer mengisyaratkan dukungan massa yang nampak itu merupakan pertanda baik dari pencapresan Sisi yang direncanakan dilaksanakan tahun ini.

Mesir sebenarnya sudah berada di tepi kekacauan setelah empat buah bom meledak di Kairo sepanjang Jumat (24/1), termasuk sebuah ledakan besar di luar markas besar kepolisian. Serangan yang diklaim oleh kelompok militan Sinai itu menewaskan enam orang.

Sementara itu, beberapa jam sebelum perayaan tiga tahun revolusi, sebuah bom berkekuatan rendah meledak di luar sebuah pusat pelatihan polisi di Kairo, melukai satu orang. Lalu, sebanyak 16 orang tewas saat sebuah bom mobil meledak di dekat sebuah markas polisi di kota Suez. Demikian pernyataan Kementerian Kesehatan Mesir.

Ansar Beit al-Maqdis, sebuah kelompok yang terkait Al-Qaeda, mengklaim bertanggung jawab atas ledakan bom di dekat markas kepolisian. Kelompok ini memperingatkan warga Muslim Mesir untuk tidak berada di dekat kantor polisi.

Kelompok yang disebut juga Partisans of Jerusalem ini menyerukan kepada warga muslim di Mesir untuk menjauhi setiap gedung polisi yang ada. "Dalam konteks ini, kami mengulang seruan kami kepada warga Mesir untuk menghindari gedung-gedung aparat keamanan dan kepolisian, karena kami sedang berusaha keras menghindari melukai warga muslim," demikian bunyi pernyataan tersebut. Kelompok yang sama sebelumnya bertanggung jawab atas sejumlah serangan bom mematikan yang melanda wilayah Mesir pasca penggulingan Mohamed Morsi dari kursi presiden pada Juli 2013 lalu.

Evakuasi Diplomatnya
Sementara itu Mesir mengevakuasi staf kedutaan besarnya di ibu kota Libya, Tripoli dan konsulatnya di Benghazi setelah atase kebudayaan dan tiga staf kedubes Mesir menjadi korban penculikan.  Juru bicara Kemenlu Mesir Badr Abed al-Ati mengatakan meski staf kedubes dievakuasi namun hubungan resmi Mesir dan Libya tetap berlanjut. "Evakuasi staf kedutaan di Tripoli dan konsulat di Benghazi merupakan langkah sementara," kata Al-Ati.

Penculikan diplomat Mesir ini diduga berkaitan dengan penangkapan salah seorang tokoh pemberontak yang menggulingkan Moammar Khadaffy pada 2011, Abu Obaida. Seorang juru bicara kelompok penculik yang berhasil dihubungi Al Arabiya mengatakan mereka menuntut Mesir segera membebaskan Abu Obaida alias Hadiya. Di Kairo, Al-Ati mengatakan, Hadiya yang ditangkap di Mesir pada Jumat (24/1), hanya akan dibebaskan jika dalam penyelidikan pria Libya itu terbukti tidak terlibat dalam tindakan kriminal apapun di Mesir.

Parlemen Libya mengecam penangkapan Hadiya dan mendesak pemerintah dan duta besar Libya di Kairo untuk melakukan mediasi dengan pemerintah Mesir untuk membebaskan Hadiya. Parlemen Libya bahkan meminta pemerintah Mesir menjelaskan kepada pemerintah Libya soal alasan mereka menangkap Hadiya. (Detikcom/c)
SHARE:
Tags
komentar
beritaTerbaru