Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan
Minggu, 14 Desember 2025

Gereja di Nigeria dan Malaysia Diserang, 99 Orang Tewas

- Rabu, 29 Januari 2014 11:16 WIB
405 view
Gereja di Nigeria dan Malaysia Diserang, 99 Orang Tewas
SIB/Int
Ilustrasi
Maiduguri (SIB)- Pertumpahan darah terus terjadi di Nigeria. Para tersangka ekstremis menggunakan bahan peledak dan senjata api untuk menyerang sebuah desa dan para jemaat saat berlangsung kebaktian di sebuah gereja Kristen di negeri itu. Akibatnya, sedikitnya 99 orang tewas.

Ratusan rumah pun terbakar. Pejabat keamanan Nigeria mengatakan, para penyerang meledakkan beberapa bom di Desa Kawuri, negara bagian Borno setelah melancarkan serangan mereka ke dekat pasar mingguan pada Minggu, 26 Januari lalu.

Menurut pejabat tersebut seperti dilansir kantor berita AFP, Selasa (28/1), 52 orang tewas dan seluruh desa habis dibakar, termasuk 300 rumah warga.

Pejabat tersebut menuding para militan Boko Haram bertanggung jawab atas serangan mematikan itu. Pejabat lainnya mengkonfirmasi para korban jiwa mencapai setidaknya 52 orang dan 16 lainnya luka-luka.

"Tak ada rumah yang tersisa," tutur Ari Kolomi, warga yang kabur dari desanya, yang terletak sekitar 70 kilometer di pinggiran Maiduguri, ibukota negara bagian Borno. Dikatakannya, lebih dari 50 ekstrimis menyerang desa mereka dengan bersenjatakan bahan peledak dan senjata api.

Juga pada hari Minggu, 26 Januari tersebut, para militan di negara bagian Adamawa, sebelah selatan Borno, menggempur sebuah gereja saat berlangsung kebaktian Minggu pagi di desa Wada Chakawa.

Mereka melepaskan tembakan dan meledakkan sejumlah bahan peledak, juga menyandera beberapa warga. Menurut tokoh masyarakat setempat, Maina Ularamu, petugas telah menemukan 45 jasad termasuk dua polisi usai penyerangan itu. Kelompok Boko Haram pun diduga mendalangi serangan itu.

Hampir 200 orang telah tewas bulan ini dalam berbagai serangan yang diduga dilakukan para militan Boko Haram di wilayah sekitar Maiduguri.

Kota tersebut merupakan tempat kelahiran kelompok tersebut, yang namanya dalam bahasa lokal, Hausa berarti "pendidikan Barat adalah haram." Pada 14 Januari lalu, sebuah bom mobil meledak di Maiduguri dan menewaskan sekitar 70 orang.

Para pejabat pemerintah menyalahkan Boko Haram atas serangan itu.

Serangan terhadap gereja juga terjadi di Malaysia. PM Malaysia Datuk Seri Najib Razak langsung memerintahkan tindakan tegas terhadap mereka yang melakukan aksi-aksi provokatif yang bisa memicu ketegangan religius dan rasial.

Najib mengecam serangan yang terjadi di kota George Town, Penang pada Senin, 27 Januari pagi itu. Ditegaskannya, memelihara perdamaian dan keharmonisan merupakan prioritas utama pemerintah.

"Kami akan melakukan semua yang kami bisa untuk memastikan bahwa kita bisa terus memelihara perdamaian berdasarkan aturan hukum," tutur Najib.

Najib berharap insiden itu tak akan memicu aksi balasan yang akan memperburuk situasi. "Biarkan otoritas melakukan pekerjaan mereka. Ini waktunya bagi kita untuk tetap tenang dan menahan diri dari tindakan tergesa-gesa karena itu bisa merusak negara," imbuhnya.

Dalam insiden yang terjadi pada sekitar pukul 01.30 Senin (27/1) kemarin, dua molotov dilempar ke gereja Katolik, Church of the Assumption di Penang. Satu molotov meledak tetapi molotov kedua gagal meledak karena jatuh di rumput.

Insiden ini terjadi di tengah ketegangan terkait sengketa kata Allah. Sebagian kalangan di Malaysia mengklaim kata dari bahasa Arab untuk merujuk pada Tuhan tersebut hanya boleh digunakan oleh kaum muslim.

Namun kata tersebut juga digunakan oleh umat Kristen yang menggunakan Alkitab berbahasa Melayu/Indonesia dan bahasa-bahasa penduduk asli seperti bahasa Iban.

Pelemparan molotov di gereja di negara bagian Penang terjadi setelah ditemukan spanduk kontroversial dengan kata Allah di luar gereja itu pada Minggu kemarin (26/01).

Sebelumnya, pengadilan banding telah memutuskan bahwa terbitan Katolik, Herald, tidak boleh menggunakan kata Allah untuk menyebut Tuhan. Alasannya, penggunaan kata Allah bukan bagian integral dari keyakinan Kristiani walaupun sudah digunakan oleh umat Kristen di Malaysia sejak berabad-abad lalu. (Detikcom/d)
SHARE:
Tags
komentar
beritaTerbaru