Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan
Kamis, 05 Juni 2025

Keuangan PBB Kritis, Kontribusi AS Mandek, PHK Jadi Pilihan

Robert Banjarnahor - Sabtu, 31 Mei 2025 17:00 WIB
466 view
Keuangan PBB Kritis, Kontribusi AS Mandek, PHK Jadi Pilihan
Viktor_IS/Shutterstock
Ilustrasi Gedung PBB.
Jakarta(harianSIB.com)

Sekretariat Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) tengah bersiap menghadapi pemangkasan besar-besaran. Dalam memo internal yang diperoleh Reuters, disebutkan bahwa PBB berencana memotong anggaran tahunan hingga 20% dari total US$3,7 miliar dan berpotensi merumahkan sekitar 6.900 pegawai nyaris seperlima dari seluruh tenaga kerja.

Langkah penghematan ini diambil di tengah krisis keuangan yang kian parah, terutama akibat kegagalan Amerika Serikat membayar kontribusi wajibnya.

Baca Juga:

Sebagai penyumbang hampir seperempat dari total dana tahunan PBB, kegagalan AS dalam memenuhi kewajiban—baik tunggakan maupun kontribusi tahun berjalan telah menciptakan defisit hampir US$1,5 miliar.

Namun, dalam memo internal yang ditulis oleh Chandramouli Ramanathan, Kepala Pengelola Keuangan PBB, tidak disebutkan secara langsung soal tunggakan Amerika Serikat. Sebaliknya, Ramanathan menyebut pemangkasan anggaran ini sebagai bagian dari evaluasi menyeluruh bertajuk "UN80" yang diluncurkan sejak Maret lalu.

Baca Juga:

"Ini adalah upaya ambisius untuk memastikan bahwa PBB siap menghadapi tantangan multilateralisme abad ke-21, mengurangi penderitaan manusia, dan membangun kehidupan serta masa depan yang lebih baik untuk semua," tulis Ramanathan dalam memo tersebut, dikutip dari CNBC Indonesia.

Ia meminta semua divisi untuk menyerahkan rencana pemotongan mereka paling lambat 13 Juni. Rencana ini akan mulai berlaku pada 1 Januari 2026, seiring dimulainya siklus anggaran berikutnya.

Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres telah menyampaikan dalam beberapa pengarahan kepada para diplomat bahwa reformasi besar-besaran sedang dipertimbangkan. Ia menyatakan kemungkinan penggabungan beberapa departemen utama, pengalihan sumber daya antar wilayah, hingga pemindahan kantor ke kota-kota dengan biaya operasional lebih murah.

"Ini adalah masa yang penuh bahaya, tetapi juga masa yang sarat peluang dan tanggung jawab," kata Guterres pada 12 Mei lalu.

"Jangan salah: keputusan yang tidak nyaman dan sulit ada di depan kita. Akan lebih mudah untuk menghindarinya atau menundanya, tetapi jalan itu adalah jalan buntu."

Selain itu, Guterres juga menyatakan rencana penghapusan birokrasi yang dianggap tumpang tindih dan tidak efisien, serta kemungkinan konsolidasi beberapa badan PBB.

*Peran Amerika Serikat dan China

Kegagalan AS membayar kontribusinya bukan satu-satunya masalah. Tertundanya pembayaran rutin dari China, negara penyumbang terbesar kedua, turut memperparah krisis likuiditas PBB. Bersama-sama, AS dan China bertanggung jawab atas lebih dari 40% pendanaan badan dunia ini.

Kondisi ini diperparah oleh kebijakan Presiden AS Donald Trump, yang sejak kembali menjabat telah memangkas dana bantuan luar negeri secara signifikan. Ratusan juta dolar dana diskresioner telah ditarik, memaksa puluhan program kemanusiaan PBB berhenti mendadak. Pejabat PBB menyatakan bahwa keputusan ini akan berdampak langsung terhadap kehidupan jutaan orang di berbagai belahan dunia.

Editor
: Robert Banjarnahor
SHARE:
Tags
komentar
beritaTerbaru