Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan
Selasa, 22 Juli 2025

Skandal 'Sister Hong': Pria Menyamar Wanita, Rekam dan Jual Video Seks dengan Ribuan Korban

Redaksi - Senin, 21 Juli 2025 09:32 WIB
462 view
Skandal 'Sister Hong': Pria Menyamar Wanita, Rekam dan Jual Video Seks dengan Ribuan Korban
(Foto harianSIB.com/Ist)
'Sister Hong' dan korbannya
China(harianSIB.com)

Publik Tiongkok digemparkan oleh skandal manipulasi identitas, privasi, dan kesehatan publik berskala masif. Seorang pria bermarga Jiao, yang dikenal dengan persona online "Sister Hong" atau "Uncle Red", ditangkap setelah menipu lebih dari seribu pria untuk berhubungan seksual, merekamnya secara diam-diam, dan menjual video tersebut secara online.

Kasus ini tidak hanya membongkar praktik predator digital, tetapi juga memicu kepanikan kesehatan dan perdebatan sengit di media sosial.

Baca Juga:

Modus Operandi

Selama bertahun-tahun, Jiao membangun persona "Sister Hong" dengan sangat teliti. Di aplikasi kencan, ia menampilkan diri sebagai seorang janda lembut yang hobi memasak dan berkebun. Dengan riasan tebal, wig pirang, dan suara yang dimodulasi agar terdengar feminin, ia berhasil meyakinkan para korbannya.

Metodenya untuk menjerat korban dinilai cerdik sekaligus mengerikan:
- Akun media sosialnya dipenuhi konten domestik yang hangat, menciptakan citra wanita idaman.
-Jiao tidak pernah meminta uang. Sebagai gantinya, ia meminta korban membawa hadiah kecil seperti semangka, sekotak susu, atau bahkan setengah botol minyak goreng. Taktik ini berhasil menghilangkan kecurigaan dan membuat korban merasa aman.
- Saat bertemu, Jiao selalu mengenakan rok panjang, stocking, dan wig. Ia bahkan tetap berpakaian lengkap saat berhubungan intim untuk memastikan identitas aslinya sebagai pria tidak terbongkar.
-Seluruh interaksi di apartemennya direkam oleh kamera tersembunyi tanpa sepengetahuan korban.

Baca Juga:

Skandal ini meledak ketika rekaman intim tersebut bocor ke publik. Jiao diketahui menjual akses ke ratusan video di dalam sebuah grup online berbayar dengan tarif 150 yuan (sekitar Rp330.000) per orang.

Dampaknya sangat menghancurkan. Wajah para korban terlihat jelas dalam video. Seorang guru TK dikenali oleh ibunya sendiri, seorang pria ditinggalkan tunangannya, dan banyak yang menghadapi hujatan di tempat kerja. Banyak hubungan dilakukan tanpa pengaman, masyarakat khawatir akan potensi penyebaran HIV dan Infeksi Menular Seksual (IMS). Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) Nanjing sampai membuka layanan tes gratis bagi para korban.

Jiao ditangkap pada 5 Juli 2025 atas tuduhan penyebaran materi cabul. Pihak kepolisian Nanjing membantah klaim Jiao yang menyebut korbannya mencapai 1.691 orang, namun menegaskan bahwa jumlahnya tetap signifikan. Kasus ini menjadi viral di platform Weibo, dengan tagar RedUncle ditonton lebih dari 200 juta kali. Netizen ramai membuat meme, bahkan muncul parodi yang menampilkan Donald Trump sebagai salah satu 'klien' Sister Hong.

Atas perbuatannya, Jiao terancam hukuman hingga 10 tahun penjara karena menyebarkan konten pornografi dan pelanggaran berat terhadap privasi. Polisi juga secara tegas melarang publik untuk menyebarkan lebih lanjut video tersebut demi melindungi para korban yang sudah terlanjur terekspos.

Kasus "Sister Hong" menjadi cerminan kelam dari bahaya di dunia digital. Ini bukan sekadar tentang penipuan atau cross-dressing, melainkan tentang eksploitasi kepercayaan, manipulasi identitas, dan luka psikologis serta risiko kesehatan yang ditinggalkan pada korbannya. Skandal ini menjadi pengingat keras: di era di mana siapa pun bisa menjadi 'siapa pun' secara online, kewaspadaan adalah pertahanan terakhir.(**)

Editor
: Bantors Sihombing
SHARE:
Tags
komentar
beritaTerbaru