Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan
Minggu, 07 Desember 2025

Pembangunan PLTA Batangtoru Tidak Ganggu Habitat Orang Utan

- Kamis, 18 Oktober 2018 15:19 WIB
361 view
Medan (SIB)- Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) di Batangtoru, Tapanuli Selatan, tidak mengganggu keberadaan orang utan seperti dikampanyekan sejumlah kalangan. Hasil pantauan tim Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan membuktikan orang utan tetap eksis dan bisa hidup berdampingan.

Hal itu dikatakan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya kepada wartawan, dalam siaran persnya di Medan, Rabu (17/10).

"PLTA di Batangtoru dicurigai mengganggu habitat orang utan. Tim kami sudah sebulan lebih memantau di sana, dan tidak seperti yang dibayangkan," katanya, setelah sebelumnya membuka rapat koordinasi teknis bidang Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem di Jakarta.

Menteri menyatakan, hasil pantauan tim KLHK, orang utan tetap ada dan tidak terganggu. Orang utan terpantau membuat sarang untuk persinggahan dan membuat koridor perlintasan.

Masalah orang utan itu menjadi perhatian pemerintah karena ada organisasi nonpemerintah yang menyatakan pembangunan PLTA Batangtoru itu mengancam orang utan. Selain itu juga kerap digambarkan PLTA akan membangun dam raksasa dengan luas lahan 3.000 hektare (Ha) padahal sebenarnya hanya memanfaatkan badan sungai seluas 24 Ha dan lahan tambahan di lereng yang sangat curam seluas 66 Ha sebagai kolam harian.

Disebutkan Menteri, PLTA yang dibangun di Batangtoru sejatinya, berada di luar kawasan hutan. Meski demikian, lokasinya berdekatan dengan kawasan hutan yang menjadi habitat orang utan. Orang utan kemudian kerap menjelajah termasuk ke areal yang menjadi lokasi pembangunan PLTA.

Menteri menegaskan, untuk memastikan kelestarian orang utan, maka pihaknya memerintahkan agar pengembang PLTA Batangtoru untuk menjaga koridor orang utan yang ada. Dia juga menyatakan, sudah menginstruksikan agar pengembang PLTA memperkuat Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (Amdal) untuk mengakomodasi keberadaan orang utan di sekitar lokasi pengembangan.

PLTA Batangtoru termasuk infrastruktur strategis ketenagalistrikan nasional sebagai bagian integral dari program 35.000 Mega Watt (MW) Pemerintahan Joko Widodo-Jusuf Kalla. Program itu merupakan upaya mendorong pemerataan pembangunan dan pertumbuhan ekonomi ke luar Pulau Jawa.

Sebelumnya, Dirjen Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem KLHK Wiratno mengungkapkan, pihaknya sudah meminta agar PT North Sumatera Hydro Energi, pengembang PLTA Batangtoru, untuk menanam pohon-pohon penghasil pakan bagi orang utan. 

Wiratno menegaskan, KLHK memiliki pehatian penuh untuk memastikan kelestarian orang utan di bentang alam Batangtoru. Salah satu caranya memastikan ketersediaan pakan bagi orang utan.

Selain penanaman pohon pakan, KLHK juga sudah menginstruksikan agar NSHE membangun jembatan arboreal untuk menghubungkan habitat populasi orang utan. Saat ini, kata Wiratno, tim KLHK terus berada di lapangan untuk memantau dan memastikan kelestarian orang utan.

Berdasarkan hasil pemantauan Balai Penelitian dan Pengembangan Lingkungan Hidup dan Kehutanan (BP2LHK) Aek Nauli, habitat orang utan Tapanuli di kawasan Batangtoru tersebar pada tiga blok terpisah, yakni blok Barat, Timur dan Selatan. Populasi orang utan terbanyak berada di blok Barat, yang mengarah ke Adian Koting, Kabupaten Tapanuli Utara, diikuti blok Timur, yakni wilayah cagar alam (CA) Sipirok di Tapsel. (rel/A12/l)
SHARE:
Tags
komentar
beritaTerbaru