Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan
Senin, 22 September 2025

Komjen Paulus Waterpauw: Pancasila Pedoman Ciptakan Kedamaian di Papua

Redaksi - Minggu, 25 Juli 2021 13:55 WIB
538 view
Komjen Paulus Waterpauw: Pancasila Pedoman Ciptakan Kedamaian di Papua
(Foto: Dok/GAMKI).
Diskusi Virtual:  Kabaintelkam Polri Komjen Paulus Waterpauw (kiri) dan Ketum DPP GAMKI Willem Wandik menjadi pembicara dalam diskusi virtual bertajuk "Memaknai Pancasila dalam Konteks Mewujudkan Papua Damai" yang dige
Jakarta (harianSIB.com)
Kabaintelkam Polri Komjen Paulus Waterpauw menyebut pengamalan dan penghayatan nilai-nilai Pancasila harus menjadi pedoman dalam membangun dan menciptakan kedamaian di Papua.

Hal itu diungkapkan saat mengikuti diskusi virtual bertajuk "Memaknai Pancasila dalam Konteks Mewujudkan Papua Damai" yang digelar Relawan Pancasila Muda, pada Kamis (22/7/2021).

"Saya berpikir memang untuk mewujudkan pembangunan nasional di Tanah Papua, maka kita harus berpaling, berpedoman pada lima sila Pancasila," kata Paulus seperti yang dimuat dalam siaran pers DPP GAMKI (Dewan Pimpinan Pusat Gerakan Angkatan Muda Kristen Indonesia), Sabtu, (24/7/2021).

Mantan Kapolda Sumatera Utara dan Kapolda Papua ini menuturkan, Pancasila dimaknai sebagai kepribadian bangsa, menjadi identitas bangsa Indonesia dalam diri setiap pribadi. "Sebagai jiwa bangsa yang terwujud pada setiap lembaga maupun organisasi dan insan Indonesia. Pun, sebagai dasar negara yang menjadi pondasi setiap produk perundang-undangan maupun etika moral bangsa," urainya.

"Pancasila menjadi visi untuk mempersatukan bangsa, menjadi petunjuk dalam mencapai kesejahteraan serta kebahagiaan lahir dan batin. Sumber hukum dan peraturan, kata dia, tidak boleh bertentangan dengan Pancasila," imbuh Paulus.

Menurut Paulus, kaum milenial sesungguhnya memiliki banyak unsur kemampuan baik dari sisi intelektualitas, kapasitas, dan konektivitas untuk dapat terlibat dalam menggerakkan perubahan. "Sebenarnya, harapan itu ada pada daerah otonomi khusus ini yang melahirkan tiga unsur penyelenggara negara di Papua. Kita kenal yang pertama adalah birokrasinya, kemudian legislator, kemudian ada Majelis Rakyat Papua. Tiga pilar ini semestinya menjadi motor penggerak perubahan Papua yang lebih sejahtera aman dan damai. Itu harapannya," katanya.

Dia menekankan, penyelenggara negara penting dibekali dengan pemahaman, penghayatan nilai-nilai Pancasila. “Tiga unsur itu, berdiri tegak lurus mengamalkan nilai-nilai Pancasila. Karena mereka yang punya semua, mereka yang kerjakan, bicara pendidikan mereka yang punya program, kesehatan ya mereka yang punya program," ujarnya.

"Pemerintah hanya memberikan dukungan anggaran saja, kebijakan anggaran. Kalau itu mereka jalani dengan benar, dengan objektif, mendengar suara rakyat, suara pemuda, suara orang-orang tua, mama-mama, dan lain sebagainya, dibuat dalam sebuah tata aturan dan itu dijalankan dengan sungguh-sungguh itu saya pikir itu oke," tambah Paulus.

Dia menegaskan, menjunjung tinggi hukum dan berbuat baik untuk mewujudkan keadilan, juga kepastian hukum di Papua, hal itu harus dilaksanakan unsur eksekutif, legislatif, dan juga Majelis Rakyat Papua sebagai simbol kultur masyarakat Papua. "Jadi mari sama-sama kita dorong ini, agar betul-betul nilai-nilai Pancasila itu bisa menjadi rel perjuangan bersama untuk mempercepat pembangunan yang sudah dijajaki oleh negara, oleh bangsa ini," ujar Paulus.

Sementara, Ketua Umum Gerakan Angkatan Muda Kristen Indonesia (GAMKI), Willem Wandik menegaskan, Pancasila di Tanah Papua ternyata sama sekali belum eksis. Padahal peristiwa monumental Pepera (Penentuan Pendapat Rakyat) 1969 yang menghantarkan Rakyat Papua kembali dalam pangkuan NKRI telah secara resmi menempatkan Tanah Papua sebagai kepulauan terakhir yang bergabung bersama Republik.

"Namun, nasib warga negara di Tanah Papua, masih dibayang-bayangi dengan ancaman kekerasan yang terus diwariskan dari generasi ke generasi berikutnya," tandas Anggota DPR RI dari Dapil Papua ini.

Diskusi virtual ini diinisasi oleh Pemuda Katolik, Peradah (Perhimpunan Pemuda Hindu), SEMMI (Serikat Mahasiswa Muslimin Indonesia), Gemabudhi (Generasi Muda Buddhis Indonesia), GAMKI, Perisai (Pertahanan Ideologi Sarekat Islam), dan IPTI (Ikatan Pemuda Tionghoa Indonesia).(*)
Editor
:
SHARE:
Tags
komentar
beritaTerbaru