Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan
Senin, 29 September 2025

Gagas Pengurangan Emisi Karbon di Giat Migas, Tiga Mahasiswa Dapat Penghargaan

Redaksi - Senin, 28 Maret 2022 19:19 WIB
325 view
Gagas Pengurangan Emisi Karbon di Giat Migas, Tiga Mahasiswa Dapat Penghargaan
(Universitas Pertamina)
Gagas Pengurangan Emisi Karbon di Giat Migas, Tiga Mahasiswa Sabet Penghargaan.
Medan (SIB)
World Health Organization memprediksi pemanasan global akibat emisi karbon dapat mengakibatkan 250 ribu kematian manusia per tahun antara 2030 hingga 2050. Data Kementerian Perindustrian menyebutkan, sektor energi yang termasuk di dalamnya usaha penyedia migas, menyumbang 47 persen emisi karbon nasional.

Mendukung upaya G20 dalam mengurangi emisi karbon, tiga mahasiswa Universitas Pertamina mengajukan gagasan integrasi penggunaan energi surya dalam kegiatan hulu migas. Inovasi besutan Arief Akhmad Syarifudin, Christianov Agassi Batistuta Sumolang dan Inggrialianthari Rezkhi Trinugrahandini ini diyakini dapat menurunkan CO2 hingga 14 ribu ton per tahun.

“Umumnya metode Thermal Enhanced Oil Recovery atau TEOR dalam pengambilan sisa minyak, menggunakan pembakaran gas. Proses ini menyumbang emisi karbon yang cukup besar. Kami menggagas ide penggunaan energi surya menggantikan gas bumi dalam proses pembangkitan uap,” ungkap Arief dalam wawancara daring, Kamis (24/3).

Metode TEOR dilakukan untuk mengoptimalkan pengambilan sisa minyak yang tidak terkuras. Dilakukan dengan cara menginjeksi uap ke dalam reservoir untuk memanaskan minyak berat (heavy oki) agar kekentalannya berkurang. Alhasil, minyak lebih mudah diangkat ke permukaan.

“Inovasi yang kami ajukan adalah penggunaan Concentrated Solar Power (CSP) yang terdiri dari kumpulan reflector (heliostat) yang berfungsi memantulkan sinar matahari ke central tower (receiver). Panas yang terkumpul di tower akan digunakan untuk memanaskan molten salt sebagai media fluida yang kemudian digunakan untuk memanaskan air menjadi uap. Uap ini akan diinjeksi ke dalam reservoir untuk proses TEOR,” tutur Arief.

Untuk mengatasi masalah ketergantungan cuaca dari energi surya, lanjut Arief, tim melakukan intermittent injection. “Istilah lainnya adalah injeksi selang seling. Jadi, pada malam hari injeksi uap dengan temperatur tinggi akan diganti dengan injeksi air panas. Setelah dilakukan simulasi menggunakan perangkat lunak, efektivitasnya ternyata tidak jauh berbeda dengan injeksi uap temperatur tinggi,” ujar Arief.

Berdasar analisa nilai keekonomian, Arif dan tim menghitung inovasi mereka dapat mengefisiensikan biaya produksi migas hingga 50 persen. Sehingga inovasi ini menawarkan solusi pengurangan emisi karbon dalam kegiatan migas, yang sekaligus juga lebih efisien secara ekonomi.

Demikian dikatakan Narahubung: Ita M. Hanika - Manajer Humas Universitas Pertamina kepada SIB,Minggu (27/3). (A03/c)

Sumber
: KORAN SIB
SHARE:
Tags
komentar
beritaTerbaru