Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan
Senin, 22 September 2025

Ratusan Ton Ikan Mati Mendadak, Pengusaha KJA di Samosir Rugi Besar

Fransiskus Sitanggang - Senin, 28 Juli 2025 21:11 WIB
11 view
Ratusan Ton Ikan Mati Mendadak, Pengusaha KJA di Samosir Rugi Besar
Ist/SNN
Ilustrasi
Samosir(harianSIB.com)
Air Danau Toba yang keruh menyebabkan kerugian besar bagi para pengusaha Keramba Jaring Apung (KJA) di Desa Tanjung Bunga, Kecamatan Pangururan, Kabupaten Samosir. Ratusan ton ikan dilaporkan mati, dengan kerugian ditaksir mencapai ratusan juta rupiah.

Salah satu pengusaha KJA bermarga Rajagukguk yang ditemui di perairan Danau Toba, Senin (28/7/2025), mengungkapkan, kondisi air yang keruh mulai terjadi sekitar dua pekan lalu. Sementara itu, musim kemarau di wilayah Samosir telah berlangsung selama tiga bulan terakhir.

Menurut Rajagukguk, musim kemarau memicu tingginya gelombang di Danau Toba, yang menyebabkan endapan kotoran di dasar danau naik ke permukaan. Kondisi ini membuat air menjadi keruh dan mengurangi kadar oksigen, sehingga banyak ikan di dalam keramba mati. Ia menyebut kejadian semacam ini biasanya terjadi setiap 3 hingga 5 tahun sekali.

"Kami berharap kejadian ini tidak terulang lagi. Semoga hujan segera turun agar kondisi Danau Toba kembali normal," ujarnya.

Sementara itu, tim peneliti dari Universitas Sumatera Utara (USU), didampingi Bupati Samosir Vandiko T. Gultom, telah mengambil sampel air dari kawasan Water Front Pangururan dan perairan Sibeabea untuk diteliti lebih lanjut.

Ahli limnologi dari USU, Prof. Ternala Alexander Barus, menjelaskan, keruhnya air Danau Toba kemungkinan disebabkan oleh perputaran air akibat angin kencang, yang membawa endapan dari dasar danau ke permukaan. Endapan tersebut diduga mengandung zat berbahaya seperti amoniak, hidrogen sulfida (H2S), dan belerang akibat proses pembusukan.

"Kondisi ini menyebabkan kadar oksigen di air turun drastis hingga di bawah 2 mg/liter, sementara ambang normalnya adalah di atas 4 mg/liter. Ini yang menjadi penyebab utama kematian ikan," terang Prof. Ternala.

Meski begitu, pihaknya masih akan melakukan kajian lanjutan untuk memastikan penyebab pasti keruhnya air dan kematian ikan secara massal tersebut. (*)

Editor
: Donna Hutagalung
SHARE:
Tags
komentar
beritaTerbaru