Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan
Rabu, 03 Desember 2025

Mental Ratusan Pelajar SMAN 2 dan 13 Medan Terganggu

- Minggu, 15 Oktober 2017 11:57 WIB
375 view
Mental Ratusan Pelajar SMAN 2 dan 13 Medan Terganggu
Lubukpakam (SIB) -Ketua Umum Komnas Perlindungan Anak, Aris Merdeka Sirait SH menggelar pertemuan dengan ratusan pelajar SMA Negeri 2 Medan dan SMA Negeri 13 Medan, Sabtu (14/10) sore di Jalan Diponegoro Kecamatan Lubukpakam Kabupaten Deliserdang.

Dalam pertemuan itu, ratusan pelajar dari dua sekolah mengadukan nasib mereka kepada Aris Merdeka Sirait yang tidak bisa lagi konsentrasi mengikuti proses belajar di sekolah selama empat bulan terakhir.

Sebelumnya kata Aris, Dinas Pendidikan Sumatera Utara telah mengeluarkan surat edaran Nomor 420/5077/Subbag ram/IX/2017 yang ditujukan kepada kedua sekolah tersebut untuk mengeluarkan peserta didik kelas 10 yang diterima tidak melalui sistem online karena telah melanggar ketentuan yang diatur dalam Peraturan Gubernur Nomor 52 Tahun 2017.

Atas terbitnya perintah pemecatan ratusan pelajar ini, Komnas Perlindungan Anak berjanji akan melakukan pertemuan dengan pihak sekolah pada Selasa dan Rabu pekan depan. Aris Merdeka Sirait kepada sejumlah wartawan saat dikonfirmasi menyebutkan akan mempelajari apa yang sudah dilaporkan ratusan pelajar di dua sekolah itu.

"Seharusnya Dinas Pendidikan Sumut memberikan solusi dan perlindungan untuk pelajar yang tidak tahu masalah, seandainya ada masalah administrasi, itu adalah masalah Dinas Pendidikan Sumut dengan pihak sekolah. Bukan kepada pelajar, apalagi sampai membully dan memecatnya," tegas Aris.

Begitu pula dengan ratusan pelajar yang dilecehkan haknya dan adanya penekanan yang menyakitkan ratusan pelajar, membuat mereka trauma dan sedih.
"Peristiwa ini termasuk dalam kategori kekerasan anak dan melanggar UU Perlindungan Anak serta melanggar HAM. Jika dalam pertemuan nantinya tidak ada solusi, maka saya siap untuk mempidanakan Gubsu dan Kadis Pendidikan dengan melaporkan peristiwa ini ke Polisi," ancam Aris Merdeka Sirait.

Salah seorang siswi SMAN 2 Medan, Anastasia, mengatakan ia sudah mengikuti proses belajar selama 4 bulan dan sering mendapat ejekan dari guru serta kakak kelasnya setelah ia dan temannya disebut siswi buangan.

"Kami tidak tahu apa yang terjadi dan ingin belajar untuk mengejar cita-cita, tapi kenapa kami diteror setiap hari. Mental kami rusak dan terganggu, bahkan kami terbengkalai saat proses belajar karena guru malas mengajar kami akibat peristiwa yang kami alami," kesalnya. (C05/h)
SHARE:
Tags
komentar
beritaTerbaru