Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan
Selasa, 23 Desember 2025

Mahasiswa STT Abdi Sabda Aksi Damai, Ketua Yayasan Dituding Sewenang-wenang

* Ketua Yayasan DR Japansen Sinaga Saya Mau Perbaiki Manajemen
- Jumat, 21 September 2018 20:13 WIB
1.353 view
Mahasiswa STT Abdi Sabda Aksi Damai, Ketua Yayasan Dituding Sewenang-wenang
SIB/ Horas Pasaribu
DOA : Pdt Jaharianson Saragih, dosen STT Abdi Sabda didampingi dosen lainnya memimpin doa bersama, di kampus STT Abdi Sabda, Jalan Medan-Binjai Km 12, Medan, Rabu (19/9).
Medan (SIB) -Seratusan mahasiswa didampingi para dosen melakukan  aksi damai, di halaman Kampus STT Jalan Medan-Binjai Km 12, Rabu (19/9). Aksi ini sebagai wujud keprihatinan mereka terhadap Ketua Yayasan STT Abdi Sabda yang baru, Japansen Sinaga dianggap mereka sewenang-wenang. Mereka menyerukan  ganti pengurus yayasan". Permohonan tersebut sudah disampaikan kepada 7 gereja sebagai Majelis Pembina (MP) STT Abdi Sabda.

Pdt Jaharianson Saragih STh MSc, selaku Kepala laboratorium Bengkel PAK STT Abdi Sabda mengatakan, pengurus yayasan baru yang diketuai Japansen Sinaga dilantik bulan Juli lalu. Mereka menggantikan kepengurusan lama yang diketuai St Drs Timbangen Ginting dari GBKP.

Tapi, baru saja memimpin, pengurus yayasan  bekerja tidak sesuai peraturan yang sudah ditetapkan MA.Program kerja tahun 2018 sudah dibuat dan harus dikerjakan, tapi di tengah jalan mau dirubah oleh pengurus yayasan baru.

"Pengurus yayasan baru mau membangun rumah dosen di luar kompleks STT, padahal perumahan dosen yang ada masih sangat baik. Lagi pula, yayasan ingin membangun menggunakan uang dari kas, padahal sesuai regulasi yang ada tidak dibenarkan membangun dengan uang kas, kecuali uang pribadi," kata Pdt Jaharianson kepada wartawan.

Selain itu, lanjut mantan Ephorus GKPS ini, yayasan juga tidak membayar honor dosen untuk bulan Agustus dengan alasan kalau libur, dosen tidak digaji. Padahal sesuai aturan dari MP, dalam masa kuliah atau libur, honor dosen harus dibayar. Meski MP sudah menyurati yayasan, tapi honor tersebut tidak dibayarkan.

"Semua kebijakan yayasan sudah melanggar peraturan yang ditetapkan MP. Ada dosen yang memprotes, yakni Pdt Marhasil Hutasoit mau dipecat yayasan. Padahal yayasan tidak berhak memecat dosen  yang diutus dan ditarik oleh masing-masing majelis pembina," terang Pdt Jaharianson yang akrab dipanggil pendeta Jaka ini.

Dia menjelaskan, STT Abdi Sabda didirikan oleh 7 gereja yakni: GBKP, GKPS, GKI, BNKP (Nias), GKPA (Angkola), HKI dan GKPI. Masing-masing pimpinan gereja tersebut menjadi majelis pengawas. Pengurus yayasan diangkat oleh majelis pembina, secara bergantian setiap periodenya. Untuk periode ini ketua yayasan dari GKPS yakni Japansen Sinaga, sebelumnya Timbangen Ginting dari GBKP.

"Atas sikap yayasan yang tidak mematuhi peraturan dari MA, para dosen sudah dua kali mendatangi MA meminta pengurus yayasan diganti, karena dosen sudah tidak nyaman lagi mengajar.Rapat UEM di Parapat Oktober mendatang akan dimanfaatkan  untuk membahas permasalahan yang  terjadi di STT Abdi Sabda," tegasnya. 

Turut hadir Pdt Dr JJ Damanik (Wakil Ketua III), Pdt SK Ginting MTh (dosen senior), Pdt Mery Ulina Ginting MSiTheo (GKPI) dan ketua alumni Pdt Antoni Tondang (aktivis lingkungan).

Ketua Yayasan Membantah
Sementara itu Ketua Yayasan STT Abdi Sabda Dr Japansen Sinaga SH MHum yang dikonfirmasi wartawan SIB,Kamis (20/9) membantah semua tudingan terhadap dirinya. Menurutnya tudingan itu bohong.Bahkan Japansen yang sehari hari berprofesi sebagai advokat  mengaku siap dipecat jika benar ada bukti dirinya sewenang wenang karena dirinya dipilih oleh pembina, dan bukan meminta-minta jadi ketua yayasan.

Dia mengaku justru aktivitasnya sebagai pengacara  banyak tersita untuk membenahi dan memajukan STT tersebut,karena memang mendapat dukungan dari 7 gereja sebagai pembina untuk membuat kebijakan sebagai ketua yayasan.

"Pembina mengatakan kepada saya, lebih baik dibubarkan saja STT Abdi Sabda kalau ada penolakan terhadap pengurus yayasan," terang Japansen.

Japansen menduga,ada oknum-oknum yang menolak kehadirannya karena merasa kepentingannya terganggu dengan adanya pembenahan yang dilakukannya sejak menjabat ketua yayasan.

Dia mengaku banyak merevisi anggaran keuangan karena selalu banyak pengeluaran yang tidak jelas. "Dalam revisi itu uang rapat dihapus, karena rapat sudah jadi kewajiban dosen. Ironisnya lagi, pembina datang memeriksa dosen, justru dosen yang diperiksa itu dapat honor.Ini kan gak betul", katanya.

Menurutnya, gaji dosen tidak pernah diganggu, tapi honor mengajar tidak dibayar kalau libur panjang, kecuali libur kelender merah harus dibayar. Karena ada ribut-ribut, pembina meminta supaya dibayarkan maka honor tersebut dibayar. Tapi untuk tahun anggaran 2019 nanti, tidak ada lagi uang rapat dan honor mengajar di bulan libur.

Mengenai adanya rencana pembangunan Rusunawa untuk asrama mahasiswa kata dia, hal itu sudah program yayasan sebelumnya dengan  menggunakan dana yayasan.

"Manajemen STT ini sudah bobrok, kita mengejar akreditas yang sebelumnya B turun menjadi C dan sekarang sudah nol. Ini yang harus kita perjuangkan, makanya harus ada fasilitas seperti Rusunawa. Bahkan 200 unit kursi saya tempah pakai uang sendiri yang ditaksir Rp 300 juta, karena perkakas lama sudah  hancur dimakan rayap.

Seharusnya, lanjut dia, dosen siap membuat jurnal dan penelitian untuk akreditasi yang diakui Dikti dan Kemenag. (A10/c)
SHARE:
Tags
komentar
beritaTerbaru