Medan (SIB)
Anggota DPRD Sumut Salmon Sumihar Sagala mengatakan, akibat musim kemarau panjang yang melanda Tanah Karo dalam kurun beberapa minggu ini, membuat petani jagung di daerah "Bumi Turang" ini terancam gagal tanam, sehingga sangat merugikan para petani.
"Masyarakat petani jagung yang berada di Kecamatan Kutabuluh, Tigabinanga, Juhar, Mardinding dan Kecamatan Laubaleng Karo yang selama ini memanfaatkan air hujan, untuk areal pertaniannya, kini terancam tidak bisa menanam jagung, karena sedang musim kemarau," tandas Salmon Sumihar Sagala kepada wartawan, Senin (19/2), melalui telepon dari Kabanjahe.
Berdasarkan pengaduan petani jagung kepada Salmon, areal pertanian penghasil jagung tersebut selama ini belum memanfaatkan sistem drainase yang tepat sasaran. Tapi tetap tergantung terhadap curah hujan, sehingga ketika musim kemarau datang, petani tidak bisa melakukan aktivitas penanaman.
“Jika petani jagung tetap memaksakan melakukan penanaman di saat musim kemarau, sudah dipastikan tidak akan tumbuh, karena kondisi tanah sudah sangat kering," ujar Salmon Sumihar sembari menambahkan, sesuai jadwal tanam, petani jagung seharusnya sudah melakukan penanaman pada akhir Januari 2024.
Tapi kini sudah memasuki pertengahan Februari, tandas politisi PDI Perjuangan tersebut, petani jagung belum melakukan penanaman, karena kuatir bibit jagung gagal tumbuh, yang tentunya akan merugikan petani dengan jumlah yang tidak sedikit.
"Untuk menghindari kerugian yang besar akibat gagal tanam, para petani di Karo, untuk sementara menunda penanaman dan memilih menunggu turunnya hujan, untuk menghindari dampak kerugian materi. Memang, resiko tanam tidak sesuai jadwal atau molor dari pertengahan Januari 2024, rawan adanya serangan hama ulat, tikus dan lainnya," ujar anggota Komisi A ini.
Namun perlu ditegaskan, tambah Salmon, menanam belakangan menunggu turunnya hujan, juga bukan suatu jaminan pasti akan berhasil, karena biasanya banyak serangan hama atau ulat, sehingga para petani sangat berharap adanya campur tangan pemerintah, untuk mencari solusinya.
"Jika kita lihat di sejumlah kecamatan penghasil jagung tersebut, rata - rata lahan pertanian sudah selesai dibersihkan. Tapi petani tidak mau memaksakan melakukan penanaman, sebab dikhawatirkan bibit jagung tidak tumbuh sehingga berpotensi mengalami gagal panen," tandasnya.
Dari hasil temuan SIB di lapangan, areal perladangan yang biasa digunakan petani untuk menanam jagung, seluruhnya sudah selesai dibersihkan, tinggal menunggu penanaman, tapi areal pertanian itu terlihat kering akibat kemarau. (**)