Medan (SIB)
Di
perayaanTri Suci Waisak 2568 BE/2024,
umat Buddha Kota Medan sembahyang di sejumlah Vihara, termasuk di
Vihara Kuan Te Kong Jalan Irian Barat Kelurahan Gang Buntu, Kecamatan Medan Timur. Dari ratusan yang
umat Buddha yang sembahyang di Vihara tersebut, tampak seorang tokoh perempuan Tionghoa Kota Medan, dia adalah Dr Lily MH MBA.
Ciri khas sembahyang di Hari Waisak kata mantan Ketua Indonesia Tionghoa (INTI) Kota Medan ini adalah memandikan Rupang Buddha, yakni patung Siddharta Gautama ketika masih bayi. Memandikan Rupang Buddha sebagai lambang membersihkan diri dari segala kekotoran batin, baik yang dilakukan pikiran, ucapan maupun perbuatan.
Dikatakannya, Siddharta Gautama adalah seorang Pangeran yang meninggalkan kemewahan istana untuk menjadi pertapa. Dia mengalami pergolakan hidup, karena dia melihat kehidupan dan kesenangan di dunia hanya sementara, lalu dia memutuskan untuk menjadi pengelana dan pertapa.
Baca Juga:
Pada perayaan Waisak tahun 2024 ini Lily berharap otimisme, harapan dan penyampaian hal-hal positif dapat dibangun. "Waisak diharapkan bisa menjadi momentum membangun persatuan dan kesatuan bangsa dengan penuh rasa persaudaraan," harapnya.
Dikatakannya, Indonesia terdiri dari ragam etnis dan agama, perbedaan tersebut adalah kekayaan bangsa. Melalui perayaan Tri Suci Waisak juga diharapkannya terjaga keharmonisan dalam perbedaan untuk menciptakan kebahagiaan dan perdamaian.
Baca Juga:
"Kemajemukan di Indonesia addalah kekayaan yang kita miliki,kita harus bisa menghargai satu sama lain dalam keutuhan NKRI," tuturnya. (**)