Usai Lebaran, Penjualan Emas di Medan Meningkat Tajam

Medan(harianSIB.com)

Meskiemas/" target="_blank"> harga emas masih tinggi dan cenderung fluktuatif, minat masyarakat untuk membeli emas secara tunai tetap tinggi.

Berdasarkan pantauan SIB di sejumlah pasar dan pusat perbelanjaan di Medan, Senin (7/4/2025), harga beli emas perhiasan rata-rata mencapai Rp1,710 juta per gram (sudah termasuk ongkos produksi). Sementara itu, harga jual kembali berada di kisaran Rp1,615 juta per gram.

Salah satu pemilik Toko Emas Saribu, di Medan Mall, mengungkapkan, meskiemas/" target="_blank"> harga emas mahal, pembeli tetap berdatangan.

"Hari ini saja pembeli lumayan banyak," ujarnya.

Seorang warga yang membeli perhiasan emas mengatakan, ia lebih memilih emas meski harganya tinggi.

"Daripada simpan uang di bank, lebih baik beli emas. Siapa tahu ke depan harganya melonjak lagi," ungkapnya.

Ia menambahkan, pembelian emas tersebut bukan untuk dijual kembali dalam waktu dekat, melainkan sebagai investasi jangka panjang.

Menurut seorang pedagang emas, permintaan masyarakat terhadap emas meningkat setelah Lebaran. Meski tidak sampai menyebabkan antrean panjang seperti di Jakarta, peningkatan tetap terasa.

Di Toko Emas Damero, harga beli emas perhiasan tercatat Rp1,715 juta per gram, dengan harga jual kembali tetap di Rp1,615 juta per gram. Jenis perhiasan yang paling diminati di antaranya cincin belah rotan seberat 10 gram yang dijual lebih dari Rp18 juta, serta rantai dan gelang.

Para pemilik toko emas mengaku lebih berhati-hati dalam melayani transaksi jual beli. Jika ada pembeli yang ingin menjual kembali emasnya, mereka akan menanyakan asal-usul barang tersebut. Jika emas dibeli dari toko yang sama, harga beli kembali akan diberikan secara wajar.

Sementara itu, pengamat ekonomi Gunawan Benyamin, menjelaskan,emas/" target="_blank"> harga emas dunia saat ini berada di kisaran USD 3.027 per ons troy, atau sekitar Rp1,66 juta per gram.

"Dalam sepekan terakhir,emas/" target="_blank"> harga emas memang mengalami tekanan akibat kenaikan tarif impor oleh Amerika Serikat. Hal ini dipicu oleh ekspektasi pasar terhadap kemungkinan kenaikan suku bunga acuan The Fed sebagai respons terhadap kekhawatiran akan laju inflasi yang tinggi," jelas Gunawan. (*)