Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan
Kamis, 09 Oktober 2025

Dampak Unjuk Rasa di Sumut: Kota Masih Sepi, Order Ojol Justru Menurun

Oki Lenore - Rabu, 03 September 2025 05:00 WIB
19 view
Dampak Unjuk Rasa di Sumut: Kota Masih Sepi, Order Ojol Justru Menurun
Foto: Era Muda Gapeksindo Sumut
Lengang dan Olahraga: Direktur PT Solar Jaya Energy Indonesia, Steve Excel Aditya Korua Tobing (kanan) bersama Ketum Gapeksindo Sumut, Jimmy Fryson Simbolon dan Christian Butarbutar dari Era Muda Gapeksindo Sumut saat berolahraga di Lapangan Benteng yang
Medan(harianSIB.com)


Dampak unjuk rasa, sejumlah pusat perekonomian di kabupaten kota di Sumut, Selasa (2/9/2025), masih sepi, order driver ojek online (ojol) justru menurun.

Demikian diutarakan Direktur PT Solar Jaya Energy Indonesia, Steve Excel Aditya Korua Tobing, di Medan, Selasa (2/9/2025). "Ini hasil observasi dan penelitian kecil tim Orang Muda Gabungan Perusahaan Konstruksi Nasional Indonesia (Gapeksindo). "Dampak unjuk rasa telah terasa. Kota-kota utama di Sumut seperti Medan - Pematangsiantar - Deliserdang, sepi. Binjai yang cenderung adem-ayem, dapat 'membara' serta langsung berdampak pada melambatnya perekonomian. Order untuk driver ojol justru menurun," ujarnya di satu kawasan bisnis di ibu kota Sumut, seusai jogging bersama Era Muda Gapeksindo Sumut.

Menurutnya, hal tersebut disebabkan unjuk rasa anarkis di akhir pekan pada akhir Agustus. Menurutnya, di sentra perekonomian dan kelompok pelaku ekonomi yang selama ini dominan, kebanyakan wait and see atau bahkan sama sekali tidak beraktivitas ke luar rumah. "Biasanya, jika orang malas ke luar rumah, order ojol, meningkat tapi kali ini tidak. Alhasil, penghasilan driver ojol, tergerus," tambahnya.

Sebagaimana diketahui, unjuk rasa 'mengganggu' aktivitas. Sejumlah kawasan binis di ibu kota Sumut, misalnya, sepi. Sun Plaza, Centre Point dan Medan Fair Plaza nyata-nyata sepi.

Yang menambah 'seram' pagar kawat berduri dalam kondisi stanby ditambah mobil polisi di depan Sun Plaza. "Jika unjuk rasa selama ini tak anarkhis, pasti tak berpengaruh," tambahnya.

Steve Excel Aditya Korua Tobing menyorot pusat penjualan mobil bekas di Jalan Nibung dan Jalan Orion serta penjualan onderdil sepeda motor di Jalan Masjid juga sepi pengunjung. Meskipun toko terlihat buka, namun tidak ada pengunjung yang datang membeli. Kondisi jalan juga terlihat lengang dengan sedikit kendaraan yang melintas. "Jalan Asia yang biasanya padat merayap, bahkan hari Minggu pun penuh, nyaris seperti lapangan tanpa orang," tambah Ketua Pemuda dan Anak Gereja Bethel Indonesia (GBI) Medan tersebut. "Kondisi di Pasar Petisah sama dengan pusat penjualan kain Pajak Ikan Lama dan Pusat Pasar. Semua terlihat sepi dan banyak toko yang tutup," sebutnya. "Saya banyak dapat pertanyaan, 'gimana unjuk rasa hari ini, ricuh' artinya ada kekhawatiran," tambahnya.

Alasan itulah yang membuatnya mengimbau para aktivis yang turun ke jalan, memegang teguh idealismenya untuk menyuarakan aspirasi dengan damai, tanpa anarkisme.

Ia memastikan, gelombang demonstrasi akhir pekan di akhir Agustus, memberikan dampak signifikan terhadap perekonomian. Sektor jasa, menurutnya, menjadi yang paling terpukul akibat lumpuhnya aktivitas masyarakat. "Ingat gak, sektor jasa di Sumut khususnya Medan dan kota kabupaten yang warganya banyak, menyumbang hampir 40 persen dari ekonomi. Itu artinya, kerugian ekonomi cukup besar karena ada anarkisme," tambahnya.

Menurutnya, kondisi lengang pada Senin (1/9) dan Selasa (2/9) sangat timpang kebanding Minggu (31/8). "Ini bukan hitungan kasar, tapi gambaran nyata betapa besarnya kontribusi sektor jasa yang dihantui kekhawatiran terhadap ekonomi Indonesia," tutupnya.(**)

Editor
: Eva Rina Pelawi
SHARE:
Tags
komentar
beritaTerbaru