Jumat, 25 April 2025

Jaya Tahoma Sirait Orang Batak Pertama Jadi GM Di PT Angkasa Pura II

- Minggu, 09 Agustus 2015 13:57 WIB
5.285 view
Jaya Tahoma Sirait Orang Batak Pertama Jadi GM Di PT Angkasa Pura II
Jaya Tahoma Sirait
Deliserdang (SIB)- Beranjak dari kegigihan untuk belajar mandiri diberengi kerja keras berawal dari tukang las saat menjalani studi di SMA Negeri Rantau Parapat Kabupaten Labuhan Batu, dan pengalaman sebagai tukang parkir pesawat yang menjadi tugas pertama setelah diterima menjadi pegawai pada PPUJC (Perum Pelabuhan Udara Jakarta Cengkareng) sekarang PT Angkasa Pura II, serta berbagai jabatan lain, Jaya Tahoma Sirait merupakan orang Batak pertama dipercaya menjadi GM (General Manajer) PT Angkasa Pura II untuk mengelola Bandara Internasional Kualanamu.

Jaya Tahoma Sirait lahir 10 Agustus 1964 di Lumbanjulu merupakan anak kedua dari 6 bersaudara dari pasangan Pendeta Ronal Tua Sirait dan Monika Butar-Butar, ketika ditemui SIB, Kamis (27/7) di ruang kerjanya mengisahkan, profesi orangtuanya sebagai pendeta, membuat Jaya Tahoma Sirait hidup berpindah-pindah dan pada masa kecil sempat tinggal di Desa Percut Kecamatan Percut Seituan ,Deliserdang.

Setelah menyelesaikan pendidikan dari SD Negeri Rumbia Kecamatan Kotapinang, melanjut ke SMP Negeri Kotapinang. Usai menamatkan pendidikan dari SMP, orangtuanya mengusulkan agar Jaya Tahoma yang diinspirasi dari nama Jakarta atau DKI Jaya yang merupakan ibukota Indonesia, untuk melanjutkan pendidikan ke STM (Sekolah Teknik Menengah) di Rantau Parapat, namun dia mendaftarkan diri dan melanjut ke SMA Negeri Rantau Parapat.

Didasari pilihan itu, orangtua menuding Jaya Tahoma adalah anak yang tidak bisa diatur atau diarahkan dan menyimpulkan agar dia mengurus dirinya sendiri. “Urus lah dirimu sendiri” kata Jaya Tahoma menirukan ucapan orangtuanya. Artinya segala keperluan atau biaya yang dibutuhkan harus ditanggung sendiri. Dia pun harus bekerja sambil sekolah, membanting tulang sebagai tukang serut (ketam) kayu pada salah satu usaha home industri meubel di Aek Nabara.

Berhubung kelas I SMA masuk siang, dia pun bekerja dan tinggal sebagai tukang las serta bertugas menghidupkan genset (mesin dompeng) untuk kebutuhan listrik rumah tangga pada bengkel ‘Toras” milik marga Gurning di Aek Nabara. Kala itu, listrik PLN belum bisa melayani semua kebutuhan rumah tangga di Aek Nabara, sehingga mesin dompeng itu harus dihidupkan sore menjelang malam dan dimatikan pada tengah malam. “Saat itu saya cukup terampil membuka ban traktor” kenangnya.  

Setelah tamat dari SMA Negeri Rantau Parapat, Jaya Tahoma berniat merantau ke Australia. Namun sebelum berangkat ke Australia dia harus berangkat dari pelabuhan Jakarta. Ternyata niat ke Australia terkendala karena biaya, sehingga dia terdampar di Jakarta. Mendengar adanya lowongan kerja di PPUJC pada tahun 1984, dia melamar dan lolos seleksi untuk mengikuti Diklat di Curug-Jakarta sehingga mulai bekerja 1 April 1985. 

Pertama bekerja di PPUJC, dia mendapat tugas sebagai tukang parkir pesawat yang disebut AMC (Apron Movement Controller) yaitu bertugas mengatur pergerakan dan memarkirkan pesawat ke apron setelah mendarat. Didasari rasa tanggungjawab, Jaya Tahoma kerap tidur di karpet lantai Garbarata terminal Bandara Soekarno-Hatta, karena pesawat sudah ada yang terbang pukul 05.00 WIB. “Sering dikagetkan atau dibangunkan para pramugari dengan cara menghidupkan lampu Garbarata” kenangnya.

Disela-sela pekerjaan, 2 tahun kemudian dia melanjutkan pendidikan di Fakultas Hukum UKI (Universitas Kristen Indonesia) Jakarta. Sekira 8 tahun kemudian, sekalipun dia sudah meraih gelar sarjana hukum, Jaya Tahom mendapat tugas menangani program komputer dengan sistem analisis. Dinilai berhasil melaksanakan tugas, kemudian dia ditempatkan sesuai dengan spesialisasinya di bidang hukum, menangani perjanjian komersial di Bandara Soekarno-Hatta, Kepala Devisi Tata Usaha, hingga diangkat menjadi GM Kargo.

Selanjutnya dia dipercaya sebagai Kepala Devisi Pelaynan dan Operasi dengan tugas mengatasi standarisasi pelayanan di terminal pada 1.100 penerbangan, serta mengawasi transportasi darat dan udara. Sekira 4 tahun menangani devisi itu, dia dipromosikan menjadi Kepala Biro Hukum terhitung 2012 hingga akhir 2014. Berhubung GM PT Angkasa Pura II Cabang Kualanamu T. Said Ridwan sudah pensiun, jabatan GM PT Angkasa Pura II selanjutnya dipercayakan kepada Jaya Tahoma Sirait, pada 15 Januari 2015.

Di usianya ke 33 yaitu tahun 1985, Jaya Tahoma Sirait menikah dengan Reni Tapriyanti putri Sunda yang selanjutnya dinobatkan menjadi Boru Butar-Butar. Pasangan itu dikarunia 2 putri yaitu Sorta Febri Tamaria yang kini masih kuliah di semester III pada Fakultas Seni dan Desain program study Desain Komunikasi Visual di UMN (Universitas Multimedia Nusantara) di Tangerang. Sedang putri kedua, Hasea Gita Sere duduk di kelas 8 SMP BPK (Badan Pendidikan Kristen) Penabur-Serpong Tangerang.

Sebagai putra daerah Sumut, Jaya Tahoma Sirait memohon dukungan dari seluruh pemangku kepentingan, agar terealisasi konsep Aerotropolis yang diharapkan dapat meningkatkan tingkat perekonomian masyarakat dan pemerintah di sekitar Bandara. Membuka pintu pariwisata yang seluas-luasnya bagi Sumut, sehingga menjadi pusat promosi pariwisata dan budaya serta ekonomi kreatif guna mengembangkan perekonomian Sumut khususnya Kabupaten Deliserdang.

Kehadiran Bandara Kualanamu dapat meningkatkan perekonomian masyarakat KKOP (Kawasan Keselamatan Operasi Penerbangan) yaitu radius 15 Km. Jaya Tahoma berjanji akan menyalurkan dana PKBL (Program Kemitraan dan Bina Lingkungan). Hal itu tidak dapat diraih tanpa dukungan dan kerjasama dari seluruh pihak. Bandara Kualanamu tidak akan bisa berkembang menjadi kebanggaan Indonesia yang terus berbenah untuk menjadi Bandara terbaik di Indonesia, tanpa adanya kepedulian dari masyarakatnya, jelasnya. (A24/k)


SHARE:
Tags
komentar
beritaTerbaru