Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan
Minggu, 09 November 2025

Erwan Saputra, Korban Penipuan yang Kini Jadi ‘Polisi’ Cegah Penipuan Online

- Minggu, 17 Januari 2016 21:59 WIB
653 view
Erwan Saputra, Korban Penipuan yang Kini Jadi ‘Polisi’ Cegah Penipuan Online
Erwan Saputra
Malang (SIB)- Bisnis online menjadi tren ke depan. Tetapi, dalam perjalanannya, tak semulus harapan. Tak sedikit yang jadi korban. Salah satunya Erwan Saputra. Mahasiswa Stimik Asia, Malang, itu jadi korban penipuan bisnis online. Berniat membeli laptop dengan harga murah seperti ditawarkan. Uang sudah ditransfer tapi barang tak pernah datang.

Khawatir semakin banyak korban bertambah,  sejak Februari 2013, Erwan mendirikan situs polisionline.com. Situs itu memuat database ribuan toko online. Baik yang terverifikasi sebagai website jual asli maupun yang bermodus tipu-tipu.

Berbekal ilmu TI (teknologi informasi), Erwan menawarkan kerja sama dengan online shop tapi banyak sekali tawaran diabaikan bahkan dilecehkan. Namun tak ada semangat menyerah baginya karena tekadnya membantu orang-orang menjadi korban.

Membuktikan ingin berbuat baik, Erwan tak meminta uang dari proses ferivikasi digital. "Saya mengajukan syarat yang ketat dan tidak mau dibayar dalam memverifikasi sebuah toko online," ujarnya seperti disiarkan dalam @Kick Andy, Minggu, (10/1).

 Syarat utama yang harus dipenuhi, pemilik toko harus mengirimkan copy sejumlah identitas. Identitas itu harus di-scan atau difoto dalam satu frame.  "Syarat scan identitas seperti itu hanya salah satu teknis untuk menghindari digital imaging," jelasnya sambil mengatakan diam-diam pihaknya menelusuri nomor telepon yang dicantumkan si pemilik. Dia juga kadang mengecek proses registrasi domain-nya.

Toko online yang terverifikasi diberi banner yang bisa dipasang di situsnya. Jika diklik, banner itu akan mengarah ke laman polisionline.com yang berisi data verifikasi situs yang bersangkutan.

Saking berpengalamannya menemukan toko online abal-abal, Erwan sampai hafal hanya dengan melihat sepintas tampilan sebuah situs. Dia sempat menunjukkan contoh sejumlah situs penipuan yang memiliki kesamaan itu. Menurutnya, toko online penipuan juga mengikuti perkembangan. Jika dulu kebanyakan situs penipuan menggunakan fasilitas gratisan (baik domain maupun hosting), sekarang tidak lagi.

Banyak penipu yang bersedia mengeluarkan uang untuk membeli domain dan hosting agar dikira kredibel. "Bahkan, ada yang menggunakan domain .co.id yang pendaftarannya menggunakan SIUP dan NPWP," terangnya sambil mengatakan niat baiknya kadang berhadapan dengan keculasan. Misalnya diancam pihak  yang diduga sebagai salah seorang pelaku penipuan situs online mengirimkan SMS ke banyak nomor dan mengumpat-umpat. Pada akhir SMS, dicantumkan nomor telepon operasional polisionline.com.  "Akhirnya, nomor saya menjadi sasaran amuk banyak orang. Ada juga yang mengancam akan melaporkan saya ke polisi karena situsnya saya masukkan ke daftar penipuan," ujarnya.

Polisionline.com mendapat banyak respons positif dari masyarakat. Bahkan, sejumlah instansi mendukung gerakan tersebut. Hal itu terlihat dari banyaknya banner di halaman depan situs tersebut. "Mereka itulah yang memberi saya semangat untuk terus mengembangkan polisionline.com ini!" (t/R9/c)


SHARE:
Tags
komentar
beritaTerbaru