Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan
Minggu, 02 November 2025

Mari Cinta Produk Dalam Negeri

Redaksi - Sabtu, 13 Maret 2021 11:57 WIB
925 view
Mari Cinta Produk Dalam Negeri
Internet
Ilustrasi
Ajakan Presiden Jokowi untuk membenci produk luar negeri menjadi kontroversial di masyarakat. Padahal niatnya ingin kampanye ke masyarakat agar mencintai produk lokal.

"Produk-produk dalam negeri gaungkan, gaungkan juga benci produk-produk luar negeri. Bukan hanya cinta, tapi benci. Cinta barang kita, benci produk luar negeri," ucap Jokowi dalam Peresmian Pembukaan Rapat Kerja Nasional Kementerian Perdagangan Tahun 2021, Kamis (4/3).

Jokowi berharap masyarakat bisa menjadi konsumen yang loyal untuk produk-produk dalam negeri. Dengan begitu, penjualan dari produsen lokal bisa meningkat ke depannya.

Jokowi juga memerintahkan Kementerian Perdagangan untuk memiliki kebijakan dan strategi dalam memasarkan produk lokal. Salah satunya dengan menempatkan pelaku usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) di tempat strategis.

Bisa saja pernyataan Jokowi dengan kata "benci" sengaja dilemparkannya untuk mencuri perhatian masyarakat. Dengan adanya kontroversi itu, secara psikologis orang akan mudah mengingatnya, yang tujuan akhirnya sosialisasi cinta produk dalam negeri bisa tercapai.

Para tokoh, khususnya yang berseberangan dengan pemerintah, cepat terpancing dengan ucapan Jokowi itu. Padahal Inilah yang diinginkan sosok orang nomor satu Indonesia yang terkenal kalem dan santun itu. Jokowi memang ahli strategi, sehingga orang-orang tak sadar kalau sudah dimanfaatkannya.

Memang soal cinta produk lokal dan benci produk asing sudah seharusnya digaungkan untuk meningkatkan produksi dalam negeri. Apalagi pangsa pasar dalam negeri sangat besar dengan jumlah penduduk nomor empat terbesar di dunia. Masyarakat kita sibuk dengan produk asing, sementara negara-negara luar berebut meraih pasar di sini.

Bukan itu saja, mental para pejabat juga harus dibenahi. Banyak yang memanfaatkan jabatannya untuk memperoleh fee dengan membeli barang-barang dari luar, padahal barang itu bisa diproduksi di dalam negeri. Tidak ada lagi jiwa idealismenya, hanya kepentingan pribadi yang diutamakan.

Kemarin Menteri Koordinator Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan menyebut, Presiden Jokowi telah memecat langsung seorang pejabat PT Pertamina (Persero). Luhut menyebut pejabat itu “ngawur” karena mengambil kebijakan sembarangan dengan mengimpor barang.

Jokowi memecat pejabat itu berkaitan dengan langkah impor pipa untuk proyek Pertamina. Hal ini tak sesuai dengan aturan penggunaan tingkat komponen dalam negeri (TKDN). Masih impor pipa padahal bisa dibuat di Indonesia.

Hal itu sangat disayangkan bisa terjadi, pejabat Indonesia kurang profesional, tak idealis dan tak mencintai produk dalam negeri. Menurut Luhut, Indonesia punya belanja modal, belanja barang kira-kira Rp 1.300 triliun. Bisa dibayangkan jika sebanyak 60 atau 50 persen saja digunakan untuk belanja produk dalam negeri. Persoalan ekonomi kita tentu tidak sesulit sekarang dan akan lebih baik.

Sebenarnya para pejabat sudah sangat paham dengan persoalan ini, cuma masalah mentalnya saja yang belum baik. Meski sudah ditekan lewat hukum, masih ada saja upaya mencari celah dengan memanfaatkan jabatan.

Masyarakat juga perlu mendapat pengetahuan dengan memperbanyak sosialisasi atau kampanye cinta produk dalam negeri. Dalam kampanye disampaikan secara detail bagaimana dampak positif bila kita cinta produk lokal dan dampak negatif bila cinta produk asing.

Masyarakat kita memang selalu tertinggal dalam memahami ilmu ekonomi karena selalu menganggap itu tak penting. Padahal sektor ekonomi yang paling penting untuk bisa menjadi negara terdepan dalam bidang apa saja.

Mari mulai sekarang kita peduli dengan mencintai produk dalam negeri dan turut memberi pemahaman kepada orang-orang sekitar dan terdekat, bahwa dengan menggunakan produk bangsa sendiri akan membantu perekonomian nasional dan diri sendiri. Bagi produsen lokal juga harus meningkatkan kualitas agar barang-barang kita bisa branded dan menguasai pangsa pasar dalam maupun luar negeri. (***)

Sumber
: Hariansib edisi cetak
SHARE:
Tags
komentar
beritaTerbaru