Ketika hidup kita sehat dan senang, kita tentu tidak akan tertarik pada pokok penderitaan. Sebaliknya, ketika hidup kita memang sedang dilanda penderitaan, sering kita menjadi begitu sentimental untuk dapat berbicara tentang penderitaan dengan tenang dan wajar. Namun, bagaimana pun penderitaan adalah bagian yang penuh dari kenyataan kita. Kita tak dapat menghindarinya. Kita pernah mengalaminya. Atau kita tengah mengalaminya. Atau barangkali kelak kita akan mengalaminya.
Kitab Ayub merupakan kitab hikmah yang terbesar di dalam Perjanjian Lama, yang ditulis sebagian besar dengan puisi. Tennyson, seorang penyair Inggris yang termasyur, menyebutnya sajak terbaik dari zaman dulu maupun zaman modern. Intinya sebuah perdebatan antara Ayub dengan teman-temannya mengenai masalah penderitaan. Masalah itu dapat diungkapkan secara singkat: apabila Allah adil dan baik, mungkinkah Ia mengizinkan orang yang benar menderita?
Ayub hidup pada masa nenek moyang Israel (Abraham, Ishak, Yakub), seorang yang kaya dan berpengaruh, yang tulus hati dan saleh (Ayub 1:1-3). Tiba-tiba ia kehilangan harta benda dan keluarga, kemudian menderita penyakit parah. Dari pengalaman yang pahit itu timbul suatu perdebatan yang panjang -lebar dengan teman-teman yang datang untuk menghibur dia. Apakah Ayub seorang yang banyak berdosa sehingga dia dihukum dengan penderitaan yang berat? Ataukah dia seorang yang benar-tetapi kalau begitu mengapa Allah membiarkan dia menderita?
Perdebatan itu tidak mencapai suatu kesimpulan yang jelas, maka Allah turun tangan serta menyatakan Diri kepada Ayub dan teman-temannya, sebagai yang Mahakuasa dan Mahatahu (Ayb 38-41). Tetapi Ayub tidak bersalah, dan penderitaannya bukan hukuman karena dosa. Tetapi manusia tidak mungkin memahami segala rencana Allah dan tidak perlu meragukan kebaikan dan kebijaksanaan Penciptanya.
Ayub 42:7 "Kamu tidak berkata benar tentang Aku".Tuhan menghukum ketiga sahabat Ayub atas teologi kemakmuran dan penderitaan mereka yang salah, teologi yang tampak dalam tuduhan mereka kepada Ayub. Ketiga kesalahan utama mereka adalah:(1) Mereka mengajarkan prinsip balas jasa dalam hal kemakmuran dan penderitaan-bahwa yang benar (lih.Yoh.9:3).(2). Mereka mendorong Ayub untuk mengakui suatu dosa yang tidak dibuatnya supaya ia dapat lolos dari penderitaannya dan menerima berkat Allah lagi. Dengan nasihat itu mereka mencobai Ayub untuk memakai Allah demi keuntungan pribadi. Jikalau mengikuti nasihat mereka Ayub akan (a) mencemarkan kepercayaan Allah pada dirinya dan (b) memperkuat tuduhan Iblis bahwa Ayub hanya takut akan Allah karena berkat dan keuntungan yang diperolehnya.
(3) Mereka telah berbicara dengan angkuh ketika menyatakan bahwa Allah mendukung beberapa doktrin dan teologi mereka yang salah.
Ayub 42:7 Benar…seperti Hamba-Ku Ayub.Allah menyatakan bahwa apa yang dikatakan Ayub itu benar. Allah tidak bermaksud bahwa segala sesuatu yang dikatakan Ayub itu sungguh tepat, tetapi bahwa tanggapan Ayub kepada ketiga temannya sangat jujur di hadapan Allah dan sikapnya berkenan kepada Allah.
Ayub 42:8 HAMBA-KU AYUB. Allah menyebut Ayub"hamba-Ku" (ay.7-8) dan dua kali menyatakan bahwa doanya diterima (ay.8-9).
Ayub dipulihkan sepenuhnya kepada perkenan Allah. Allah akan mendengar doa syafaat Ayub bagi ketiga sahabatnya karena kedudukan Ayub yang benar dihadapan Allah (ay.8-9).
Ayub 42:10 MEBERIKAN KEPADA AYUB DUAKALI LIPAT DARI…DAHULU. Pemulihan kekayaan Ayub menyatakan maksud Allah bagi semua orang percaya yang setia. Allah tidak pernah membiarkan orang percaya menderita tanpa maksud rohani, sekalipun mereka tidak memahami alasan-alasannya. Kita harus percaya Allah dalam keadaan semacam itu, mengetahui bahwa dalam keadilan-Nya yang sempurna, Dia akan berbuat apa yang secara kekal terbaik bagi kita dan kerajaan-Nya. Hikmah dari penderitaan Ayub ini, penerimaan hidup kelimpahan menekankan bahwa kesulitan atau penyakit apa pun yang harus dialami, pada saat-Nya sendiri Allah akan mengulurkan tangan untuk menolong mereka yang bertekun untuk memberikan pemulihan dan kesembuhan total.
Tetapi manusia tidak mungkin memahami segala rencana Allah dan tidak perlu meragukan kebaikan dan kebijaksanaan Penciptanya. Akhirnya Allah memulihkan keadaan Ayub (Ayb 42:10-17)
Masalah penderitaan orang benar memang belum diselesaikan di sini.
Masalah itu baru mendekati penyelesaian dengan penderitaan satu-satunya orang yang benar betul (Yesus Kristus). Seperti Yesus Kristus. Ia merangkul penderitaan itu bukan untuk menjadi mangsa dan korban darinya, tetapi untuk mengubahnya. Bahwa mulai dari penderitaan itulah, terlahir kemenangan dan kehidupan yang sebenarnya. Bukan saja untuk dirinya sendiri, tetapi seluruh umat manusia. Setiap orang yang tetap setia kepada Allah di tengah pencobaan dan penderitaan hidup ini akhirnya akan menikmati keadaan penuh sukacita dan berkat ketika ia menikmati kehadiran Allah untuk kekal.(lih.2 Tim.4:7-8;1 Pet 5:10;Why 21:1-5).
Itulah penderitaan. Kita tak perlu melarikan diri daripadanya. Bahkan sebaliknya harus merangkulnya, bukan sebagai sikap pasrah dan menyerah, tetapi justru untuk mengalahkannya! Mengubahnya menjadi kemenangan! (Yak.5:11). (c)