Persembahan :kuantitas atau kualitas? Mana yang penting kalau kita memberikan persembahan kepada Tuhan? Jumlahnya atau mutunya? Jangan kita pertentangkan antara kewajiban dan kerelaan.
Di dalam Alkitab berbicara amat banyak tentang persembahan, tentang uang!
Dimulai dari kitab yang pertama dari Perjanjian Lama. Ketika Yakub berjanji untuk mempersembahkan kembali sepersepuluh dari apa yang ia terima dari Tuhan (Kej.28:22). Sejak itu, persembahan tidak saja ada karena kerelaan, tetapi juga sebagai kewajiban bagi Israel. Adalah Allah sendiri yang berkata, Katakanlah kepada anak-anak Israel, supaya mereka membawa persembahan mereka bagi-Ku! (Kel.25:2). Bagi kita umat Allah Perjanjian Baru-barangkali kita beranggapan, bahwa zaman itu sudah berlalu. Bahwa kita tidak usah terikat kepada Taurat dan tradisi Israel. Bahwa kita sudah dibebaskan oleh Yesus Kristus.
Tetapi, Abraham juga tidak terikat kepada Taurat, Melkisedek juga tidak takut kepada Taurat, Yakub juga tidak terikat kepada Taurat. Tetapi bagaimanapun, mereka melihat persembahan sebagai unsur yang amat vital dalam kepercayaan mereka.
Juga umat Israel. Janganlah kita menganggap bahwa persembahan mereka itu hanya mereka berikan sebagai pemenuhan kewajiban semata-mata. Ya, mereka merasakan bahwa mereka harus memberi, karena keharusan yang keluar dari hati yang merasa diberkati!
Jadi, janganlah kita mempertentangkan antara kewajiban dan kerelaan. Umat Israel tidak memberi hanya karena wajib memberi, tanpa kerelaan. Umat Israel memberi sebagai kewajiban yang mereka laksanakan dengan kerelaan. Mengapa? Karena bagi mereka pemberiaan itu adalah suatu tindakan rohani, tindakan yang seharusnya di dalam upaya hubungan baik antara dan umat-Nya. Allah memberkati, dan mereka berterima kasih.
Hubungan baik antara mereka dengan Allah yang membuat pemberian itu bukan suatu beban, tetapi suatu kesukaan. Bukan saja suatu kerelaan, tetapi juga suatu keharusan karena hubungan baik itulah mereka menghayati dengan penuh pengertian, ketika Allah berkata janganlah menghadap kehadirat Tuhan dengan tangan hampa, tetapi masing-masing dengan seberapa ia mampu mempersembahkan sesuai dengan seberapa ia mampu mempersembahkan sesuai dengan berkat yang diberikan Tuhan Allahmu(Ul.16:16,17)
Bukan dengan seberapa yang kamu mau, tetapi dengan seberapa yang kamu mampu, bukan dengan seberapa yang kamu suka, tetapi dengan seberapa berkat yang kamu rasa!
Itulah sebabnya ketika hubungan itu menjadi buruk, dengan keras Nabi Maleakhi berkata, Bahwa Israel telah merampok Allah, telah menipu Allah karena tidak melaksanakan persembahan perpuluhan mereka! (Mal.3:8-10). Bukan terutama karena uang mereka.
Allah adalah Allah yang mahakaya, tetapi persembahan itu adalah gambar dari hubungan mereka dengan Allah. Mereka tidak lagi merasakan berkat dalam hidup mereka itu sebagai berkat dari Allah. Mereka telah mengkorup berkat Allah, memalsukan berkat Allah atas nama mereka sendiri. Dengan tidak melaksanakan persembahan mereka. Itulah dalam Perjanjian Lama.
Bagaimana dalam Perjanjian Baru? Tampaknya kita memang melihat nada yang lain. Yesus mengecam pemberian dan kedarmawanan yang berkelebihan sebagai suatu show yang memuakkan. Ia mengecam orang yang memberi persembahan hanya sebagai pancingan: melempar umpan kecil untuk mendapat mangsa besar; memberi dengan tangan kanan, merampas dengan tangan kiri. Kalau Yesus mengatakan, lebih mudah bagi unta untuk masuk ke lobang jarus daripada orang kaya masuk ke Kerajaan Sorga, ini bukan karena Yesus anti harta. Tetapi, Ia mengkritik orang yang mencintai harta itu secara berlebihan, melebihi cintanya kepada Tuhan yang adalah sumber harta itu.
Yesus tidak anti kepada pemberian. Tetapi, Ia mencela setiap pemberian yang tanpa ketulusan. Setiap orang yang memberi uang, tanpa memberi hati dan hidupnya kepada Tuhan. Itulah sebabnya, Ia memuji persembahan seorang janda. Bukan karena sedikitnya pemberian itu, tetapi karena "memberi dari kekurangannya, semua yang ada padanya, yaitu seluruh nafkahnya". (Mrk.12:44)
Setiap pemberian adalah pernyataan dari rasa ketaatan dan penyerahan diri kita kepada Tuhan, dan itulah yang Yesus berikan! Bukan sebagian harta-Nya, tetapi seluruh kehormatan bahwa jiwa-Nya sendiri."Karena kamu telah mengenal kasih karunia Tuhan kita Yesus Kristus, bahwa Ia yang oleh karena kamu menjadi miskin, sekalipun Ia kaya, supaya kamu menjadi kaya oleh karena kemiskinan-Nya"(2
Kor.8:9).
Bagi Rasul Paulus, persembahan adalah perwujudan dan rasa persekutuan dan tanggung jawab bersama dalam pembangunan tubuh Kristus. Karena itu, janganlah pemberian itu didorong hanya karena rasa segan kepada seseorang. Jangan hanya karena ada kewajiban yang harus ditaati." Pada hari pertama dari tiap-tiap minggu, hendaklah kamu masing-masing-sesuai dengan apa yang kamu peroleh-menyisihkan sesuatu dan menyimpannya di rumah, supaya jangan pengumpulan itu baru diadakan, kalau Aku datang" (1 Kor.16:2). Seperti Tuhan memberkatimu secara teratur, dengan teratur pula hendaklah kamu menyatakan rasa syukurmu!
Sebagian besar dari pekerjaan Paulus di samping mengabarkan Injil dan mendirikan Gereja Tuhan, adalah mendidik anggota-anggota Gereja dalam hal persembahan. "Bantulah dalam kekurangan orang-orang kudus", demikian tulisnya dalam Roma 12:13, dan yang diulang-ulangnya dalam surat-suratnya yang lain. Itu adalah kewajibanmu!
Kepada jemaat Makedonia ia mengatakan, "Kamu telah mendapat berkat rohani dari Yerusalem, kini nyatakanlah syukurmu dengan mengirimkan berkat-berkat jasmani bagi jemaat yang sedang kelaparan itu!" Rasul Paulus menekankan persembahan yang diberikan dengan kerelaan dan kesukaan. Tetapi ia pun mengingatkan, bahwa yang menabur sedikit akan menuai sedikit, dan yang menabur banyak akan menuai banyak pula. Karena itu ia tidak hanya mengatakan. Berikanlah kepadaTuhan sebanyak yang kamu rela, tetapi berikanlah dengan rela seberapa kamu mampu.
Besar kecilnya persembahan kita memang tidak menjadi ukuran besar-kecilnya iman dan rasa syukur kita kepada Tuhan. Tetapi sebaliknya, besar kecilnya iman dan rasa syukur kita kepada Tuhan, akan tampak melalui apa yang kita persembahkan kepada-Nya.
Persembahan: kuantitas atau kualitas? Kualitas hati kita yang paling penting! Tetapi kualitas juga akan menentukan kuantitas. Semakin hati kita bersyukur, semakin besar pula kerinduan kita untuk memberikan lebih banyak kepada Tuhan.
Bagaimana cara kita menggunakan hasil persembahan itu? Jika jemaat memberi persembahannya sudah mempunyai motivasi yang benar. Sekarang yang lebih penting lagi, benarkah cara kita mengelola dan mempergunakan uang persembahan itu?
Renungan dan usul di gereja HKBP:
Bagaimana hasil penelitian "litbang HKBP" tentang "pelean paduahon ke Kantor Pusat"? Apakah persembahan itu benar jumlahnya dan bagaimana cara pengirimannya? Maaf sudah hampir semua jemaat tidak memberikan semua hasil persembahan kedua ini ke Kantor Pusat. Sudah dikurangi, terlambat lagi dikirim. Bagaimana "tanggung-jawab gereja" secara "hatopan" (umum)? Seingat saya dulu biaya Kantor Pusat dibagikan ke distrik-distrik secara natura (padi) dan distrik membagi tanggung-jawab ini ke resort-resort.
Kenyataan sangat lambat dan membuat Kantor Pusat HKBP kewalahan di dalam pembiayaan. Namun seiring dengan perkembangan, tahun 70-an, atas pemikiran saudara-saudara kita di Universitas HKBP Nommensen maka diusulkan agar dibuat di gereja setiap kebaktian minggu dua kali persembahan. Persembahan pertama diperuntukkan untuk jemaat lokal dan persembahan ke dua untuk kantor pusat (hatopan). Dan inilah persembahan yang kita kenal disebut "pelean paduahon". Namun kenyataan ada "persembahan pengalihan" dengan banyaknya kebutuhan pembiayaan jemaat lokal baik itu pembangunan gedung dan sarana pelayanan. Sehingga sudah saatnya kita perlu pikir ulang: "Apakah kita masih mempertahankan 'pelean paduahon ini?"
Usul saya sesuai dengan pemahan teologis persembahan: pemergunaan persembahan itu perlu teratur. Dan kharakter jemaat HKBP sebagai orang Batak mempunyai "rasa tanggung-jawab" yang tinggi ini, kalau diberikan tanggung-jawab. Hal ini ditanamkan oleh Rasul Batak yaitu Pdt.Dr.IL.Nommensen setiap jemaat mandiri di dalam dana sebagai buah iman. Maka dengan memakai "iptek" sekarang sudah perlu transparan anggaran umum HKBP dan diberikan tanggung jawab setiap distrik dan distrik ini akan melimpahkan ini kepada reseort. Untuk memberdayakan jemaat maka setiap jemaat mempunyai "persembahan tanggung-jawab"
yang dibuat juga di dalam anggaran jemaat masing-masing. Hal ini untuk menghapus "persembahan pengalihan" menjadi "persembahan tanggung-jawab". Untuk pembagian anggaran ini sudah dimulai sekarang untuk membiayai "Sinode Godang" dan ini bisa dikembangkan. Tuhan memberkati gereja-Nya HKBP! (d)
Sumber
: Hariansib edisi cetak