Siapakah yang dimaksud dengan umat Allah itu? Mengapa disebut umat Allah dan bagaimana kehidupan mereka di dunia yang serba majemuk dan zaman yang berobah-obah ini?
Jika ditinjau dari kamus atau berbagai ensiklopedia umum kata ini memberi arti yang bermacam-macam namun memberi makna positif. Misalnya KBBI mengartikan umat itu sebagai penganut, pemeluk, pengikut, anggota suatu agama atau kepercayaan, sekte dan komunitas lainnya. Sehingga dalam arti yang luas umat juga dimengerti sebagai mahluk, jemaah, jemaat, bangsa dan perkumpulan yang terdiri dari individu dari berbagai latar belakang kehidupan.
Dalam kitab Perjanjian Lama sebutan umat (umat Allah) pertama sekali muncul dalam kitab Keluaran. Allah berkata kepada Musa: "Aku telah memperhatikan dengan sungguh kesengsaraan umat-Ku di tanah Mesir (Kel. 3:7)." Sebutan untuk umat Allah juga dipakai kata jemaah-congregation (Kel. 17:1). Beberapa kali kata umat dan jemaah ini diulang-ulangi dalam kitab Keluaran yang menunjuk kepada komunitas umat Allah-Israel. Lalu kata umat ini berkembang dalam kitab-kitab lain khususnya kitab Pentateukh atau kelima kitab Musa. Juga dalam kitab-kitab sejarah dan kitab para nabi. Umat Allah yang disebutkan disini ialah mereka yang dipilih dan ditetapkan Allah menjadi milik-Nya sejak nenek moyang mereka.
Dalam tradisi Perjanjian Lama kata yang paling sering dipergunakan untuk sebutan umat Allah adalah kata Ibrani: am (yhwh). Kata ini merujuk kepada umat Israel yang percaya kepada Allah. Sedangkan bangsa-bangsa di luar umat Allah (Israel) disebut dengan istilah Ibrani goy (goyim) artinya bangsa-bangsa. Mereka yang tidak percaya kepada Allah nenek moyang Israel yang disembah.
Dalam kitab Perjanjian Baru ada beberapa istilah yang dipergunakan dalam bahasa Yunani untuk menyebutkan umat. Misalnya laos, artinya bangsa, juga ada istilah anthropous, artinya umat, ekklesia, artinya jemaat, gereja serta istilah lain yang merujuk kepada umat Allah. Kepada jemaat Roma dan jemaat Korintus secara tegas rasul Paulus menyebutkan umat Allah sebagai orang percaya,
persekutuan atau jemaat Kristus. Namun yang paling jelas kita baca dalam surat Petrus kepada jemaat mula-mula menyebutkan bahwa umat Allah itu adalah milik Allah. "Tetapi kamulah bangsa yang terpilih, imamat yang rajani, bangsa yang kudus, umat kepunyaan Allah sendiri, supaya kamu memberitakan perbuatan-perbuatan yang besar dari Dia, yang telah memanggil kamu keluar dari kegelapan kepada terang-Nya yang ajaib (1 Pet. 2:9).
Berangkat dari pemahaman di atas bahwa jelaslah bahwa orang Kristen menyebutkan dirinya sebagai umat Allah yang dipilih, diselamatkan oleh Allah di sepanjang zaman.
Allah Mengasihi Umat-Nya
Alkitab memperlihatkan kesetiaan Allah kepada umat pilihan-Nya dan umat yang ditebus-Nya dalam situasi apapun. Namun seiring dengan kasih Allah kepada umat-Nya, Allah menghendaki kesetiaan umat terhadap Allah melalui penyembahan, ketaatan dan pemeliharaan terhadap hukum-hukum-Nya.
Demikianlah halnya umat Allah dalam konteks Indonesia masa kini. Negara kita adalah negara yang kaya, majemuk dalam berbagai hal: Suku, agama, ras, bahasa dan kepelbagaian lainnya. Namun hal itu dianggap sebagai kekayaan bersama bagi bangsa Indonesia. Orang Kristen sebagai bagian dari kemajemukan itu tentu ikut terpanggil menciptakan suasana yang kondusif aman dan sejahtera.
Umat Allah di Indonesia saat ini dihinggapi ketakutan dengan dugaan kehadiran virus Corona. Sehingga menjadi perhatian utama baik pemerintah dan masyarakat secara luas. Mari kita berdoa untuk pemerintah dan segenap jajaran yang sedang memberikan perhatian yang serius dalam upaya pencegahan dan penanggulangan epidemi ini. Maka kita harus membantu dan mendukung pemerintah dalam semua proses yang ditempuh guna pencegahan virus berbahaya itu serta masing-masing menjaga kesehatan.
Mengurangi kecemasan dan kekuatiran yang berlebihan di hadapan masyarakat. Tidak baik menyebarkan berita bohong, hoax terkait dengan fenomena sosial yang menjadi perhatian dunia Internasional ini.
Sebagai umat Allah di segala zaman yang hidup dalam konteks kemajemukan, khususnya orang Kristen di seluruh dunia tidak boleh mengklaim bahwa hanya dirinya (baca: orang Kristen) sajalah yang disebut umat Allah. Anggapan seperti tentu salah dan mengundang reaksi yang menimbulkan konflik di antara sesama pemeluk agama-kepercayaan. Sebab semua agama Abrahamik di dunia ini menyebutkan dirinya sebagai umat Allah. Tidak berlaku hanya kepada satu agama saja. Sehingga tidak menunjukkan fanatisme agama yang berlebihan. Namun harus tetap menghormati agama lain di luar agama Kristen. Bersama-sama dengan umat lain menjalin toleransi dan saling menghargai ajaran agama masing-masing. Membangun dialog yang sehat dengan agama-agama lain dengan tidak memaksakan ajaran agama yang dianutnya kepada umat lain. Kita tidak boleh memaksakan seseorang untuk mengikuti ritus keagamaannya kepada orang lain. Sebab manusia bebas menentukan pilihan terhadap agama yang diyakininya serta menciptakan ritus keagamaan masing-masing.
Minggu-Minggu Passion
Saat ini kita telah memasuki minggu-minggu passion yaitu minggu sengasara Yesus. Umat Allah di seluruh dunia diajak untuk ikut masuk dalam Minggu passion ini. Keikutsertaan kita dalam minggu passion ini adalah untuk beribadah, berdoa, mengampuni dan menyesali segala perbuatan di hadapan Tuhan. Kita mengenang perjalanan Yesus (viadolorosa) menuju bukit Golgota untuk disalibkan dan darah-Nya dicurahkan demi keampunan dosa-dosa kita. Masa Passion ini akan membawa kita menyadari bahwa kita adalah umat Allah yang berasal dari debu tanah dan akan kembali ke tanah (Kej. 2:7; Pengk. 3:20; 12:7). Seluruh umat Allah akan berakhir dari bumi dan dipermuliakan dalam sorga melalui kedatangan Tuhan yang kedua kalinya. Masa Passion juga mengajarkan kembali bahwa Yesus Kristus adalah anak Allah yang menyelamatkan orang percaya dan akan memiliki hidup yang kekal (Yoh. 3:16).
Yesus mati di kayu salib dan bangkit pada hari yang ketiga dari kematian-Nya. Allah menunjukkan kasih-Nya melalui Yesus Kristus.
Sebagai garam dan terang dunia
Marilah kita sebagai umat Allah yang percaya (jemaat Kristen) memasuki kehidupan yang baru dengan menyadari bahwa Allah yang telah memilih kita. Sebagai umat Allah di Indonesia kita ikut berpartisifasi dalam pembangunan bangsa. Khususnya di zaman Revolusi Industri (RI) 4.0 ini, umat Allah harus hidup dalam kasih, damai sejahtera serta mengutamakan keramahtamahan (hospitality) kepada semua orang. Eksklusifitas selama ini yang menjadi penghalang dalam kehidupan umat Allah harus berobah menjadi inklusif dalam arti yang positif dan konstruktif. Sekecil apapun tindakan dan partisifasi kita tentu menjadi bahagian dari umat Allah yang baik. Hiduplah sebagai sahabat dengan semua orang.
Yesus Kristus menjadi Kepala (baca: Raja) bagi umat Allah yakni gereja masa kini. Semua orang-orang kudus harus tunduk kepada Kepala yang satu itu. Teori dua kerajaan yang dikembangkan oleh Martin Luther, tokoh reformator gereja Protestan mengingatkan orang Kristen sebagai umat Allah (warga gereja) dalam kerajaan sorga dan sekaligus menjadi warga negara di dunia ini. Rasul Paulus dalam suratnya kepada jemaat Tuhan di Roma memakai istilah 'takluk' kepada pemerintah yang di atasnya (Rom. 13:1-2).
Akhirnya, sebagai umat Allah yang hidup dalam konteks kemajemukan ini apa yang dikatakan Tuhan Yesus dalam khotbah di bukit masih tetap relevan di sepanjang zaman. Tuhan Yesus mengajak umat Allah (orang Kristen) dengan berkata: Kamu adalah garam dan terang dunia (Mat. 5:13-16). (c)