Medan (SIB)
Sekretaris Dewan Pertimbangan Gereja Pentakosta Pbs Edwin Siburian SE Ak meminta gereja mengambil peran besar di tengah jemaat di masa pandemi Covid-19. Peran itu mulai dari menuntun dan membimbing jemaatnya untuk mematuhi protokol kesehatan (prokes) hingga melindungan agar jemaatnya merasa nyaman. “Caranya, gereja proaktif bersama pemerintah yang kini fokus vaksinasi warganya,†tegasnya di jeda syukuran hari ulang tahun (HUT) ke-80 Gereja Pentakosta, Sabtu (13/2).
Gereja Pentakosta didirikan Pdt Ev Lukas Siburian 80 tahun lalau pada 12 Februari. Usai perayaan yang dipusatkan di Pematangsiantar, masih-masing daerah menyukuri dengan ibadah yang disesuaikan dengan kondisi masing-masing.
HUT kali ini dilakukan hibrid. Dipusatkan di kantor pusat Jalan Lingga 24 A Pematangsiantar dan diikuti pengurus di lokasi berbeda. Di Jakata, Ketua Dewan Pertimbangan Pbs RD Siburian SE bersama Ketua Umum Persekutuan Wanita (PW) Gereja Pentakosta Pdm EM Br Aritonang STh. Di daerah lain di Jawa Edgar Siburian, pengurus Dewan Pertimbangan, melakukan hal serupa.
Pbs Edwin Siburian menegaskan, gereja di era kehidupan modern tak semata mengurus iman jemaatnya tapi ikut memecah persoalan. Hal yang paling krusial dewasa ini adalah pandemi berasal dari virus corona. Menurutnya, setahun terombang-ambing dalam menangani bencana global itu, kini Indonesia masuk dalam fase vaksinasi. “Untuk itu, Gereja Pentakosta harus berperan dalam melindungi jemaatnya karena gereja yang tahu posisi pasti jemaatnya,†tegasnya.
Ia berharap gereja dilibatkan dalam vaksinasi hingga benar-benar menyentuh persoalan kesehatan publik. Bersamaan dengan itu, selama setahun belakangan, ekonomi warga kurang sehat karena pandemi tersebut. Gereja, ucapnya, memetik pelajaran sangat berharga dari persoalan tersebut. “Ke depan, gereja yang baik adalah berkaritas dari sisi jasmani pada jemaatnya yang berekonomi marjinal,†tegasnya.
Ia mengatakan, Gereja Pentakosta sudah terbiasa dengan ekonomi marjinal. Ditambah pandemi yang membuat kehidupan makin sulit, Gereja Pentakosta diharap memberi solusi solutif. “Dengan demikian, jemaat merasa terlindungan dari sisi rohani dan jasmani dalam gereja,†tutup ekonom dan pekerja sosial tersebut. (Rel/R10/c)
Sumber
: Hariansib edisi cetak