New York (SIB)
Dua warga negara Indonesia (WNI) di Amerika Serikat mengaku menjadi korban serangan rasial hingga ditampar dan dipukul di salah satu stasiun kereta di Philadelphia. Kedua WNI yang enggan diungkap identitasnya itu mengatakan kepada NBC bahwa kejadian bermula saat mereka sedang menunggu kereta SEPTA di Stasiun City Hall pada Minggu (21/3). Tiba-tiba, empat remaja menghampiri dan mulai melakukan perundungan. "Satu remaja menampar pipi kanan teman saya dan saya mulai menangis. Remaja lainnya kemudian memukul kepala bagian kiri saya beberapa kali sampai saya terjatuh," ujar salah satu remaja WNI itu dalam video yang ditayangkan NBC.
NBC juga menayangkan cuplikan video amatir dari kamera ponsel yang menunjukkan satu remaja melontarkan sumpah serapah sembari bertanya alasan anak WNI itu menangis. Salah satu remaja WNI tersebut yakin perundungan itu merupakan bentuk serangan berdasarkan rasial. Pasalnya, saat itu ada sekira 15-20 orang lain di stasiun, tapi hanya mereka yang menjadi target. "Mengapa kalian hanya menargetkan orang-orang yang lebih lemah dan yang lanjut usia? Sangat tidak adil," kata remaja itu.
SEPTA sendiri mengakui bahwa serangan berdasarkan rasialisme memang meningkat di stasiun-stasiun tempat mereka beroperasi. "Kepolisian SEPTA juga terus berhubungan dengan aparat keamanan di seluruh negara untuk membahas cara terbaik guna mencegah kekerasan berdasarkan kebencian," ujar juru bicara SEPTA, Andrew Busch, dalam pernyataan yang ditayangkan NBC. Serangan rasial terhadap orang Asia di Amerika Serikat sedang menjadi sorotan setelah terjadi pembunuhan yang diduga didorong oleh sentimen anti-Asia di Atlanta pada pekan lalu.
Kerahkan Polisi Rahasia
Sementara itu, Kepolisian New York, Amerika Serikat, berencana mengerahkan tim rahasia berisi personel yang menyamar untuk melawan serangan rasial terhadap orang Asia. Komisaris Kepolisian New York City, Dermot Shea, mengatakan bahwa pihaknya akan menugaskan tim berisi personel keturunan Asia yang mengenakan pakaian biasa.
"Orang berikutnya yang Anda targetkan melalui pidato atau aktivitas yang mengancam mungkin adalah petugas polisi New York yang berpakaian biasa," ujar Shea, seperti dikutip Reuters, Kamis (25/3). Mulai akhir pekan ini, mereka akan berpatroli di kereta bawah tanah, toko bahan makanan, dan lokasi lain untuk membendung insiden anti-Asia yang kasusnya meningkat sepanjang tahun ini.
"Jika Anda akan melakukan kejahatan rasial di New York City, kami akan menemukan Anda. Kami tidak akan menoleransi orang menjadi sasaran serangan karena warna kulit mereka, agama yang mereka sembah, preferensi seksual mereka atau apa pun," katanya.
Berdasarkan catatan kepolisian, sejauh ini mereka sudah melakukan tujuh penangkapan dari 26 insiden rasial terhadap orang Asia. Angka itu termasuk 12 serangan sepanjang tahun ini, tiga di antaranya yang terjadi akhir pekan lalu. Rentetan insiden itu termasuk serangan dengan cutter, api menyala, dan pelecehan verbal. Menurut Pusat Studi Kebencian dan Ekstremisme pada tahun 2020, kebencian terhadap orang Asia-Amerika naik 149 persen di 16 kota besar.
Para advokat menganggap lonjakan kejahatan rasial ini merupakan imbas dari ucapan Donald Trump yang berulang kali menyebut Covid-19 sebagai "virus China" dan "kung flu", yang menurut sebagian orang turut mengobarkan sentimen anti-Asia. (NBC/Rtr/CNNI/d)
Sumber
: Hariansib.com edisi cetak