Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan
Selasa, 05 Agustus 2025

Pelaku Bom Bunuh Diri di Makassar Pasutri Kelompok JAD

* Punya Rencana untuk Jihad, Kaum Milenial Terpapar Virus Radikalisme
Redaksi - Selasa, 30 Maret 2021 08:04 WIB
758 view
Pelaku Bom Bunuh Diri di Makassar Pasutri Kelompok JAD
Foto: Humas Polri
KETERANGAN PERS: Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo mengungkapkan pasutri bomber Gereja Katedral Makassar, Sulawesi Selatan (Sulsel) saat konferensi pers di Mapolda Sulsel, Senin (29/3).
Jakarta (SIB)
Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo mengungkapkan pasutri bomber Gereja Katedral Makassar, Sulawesi Selatan (Sulsel), L dan YSM, dikenal sebagai kelompok Jamaah Ansharut Daulah (JAD) Kajian Villa Mutiara. Hingga saat ini, Densus 88 Antiteror Polri telah menangkap 5 terduga teroris kelompok JAD Kajian Villa Mutiara pascakejadian bom Gereja Katedral Makassar.

"Masing-masing perannya bersama dengan L dan YSM, mereka ada dalam satu kelompok Kajian Villa Mutiara namanya," sebut Sigit di Mapolda Sulsel, Senin (29/3).

Sigit menuturkan kelompok JAD Kajian Villa Mutiara ini memberikan doktrin jihad. Tak hanya itu, mereka pun mempersiapkan rencana jihad.

"Di mana masing-masing memiliki peran untuk memberi doktrin dan mempersiapkan rencana untuk jihad," jelas Sigit.

Sigit menambahkan kelompok JAD Kajian Villa Mutiara juga membeli bahan-bahan peledak untuk aksi bom bunuh diri. "Dan juga berperan membeli bahan yang akan digunakan sebagai alat untuk melakukan bom bunuh diri," sambung dia.

Sebelumnya, Polri mengumumkan pihaknya telah mengantongi identitas pelaku wanita bom bunuh diri di depan Gereja Katedral Makassar. Pelaku wanita tersebut berinisial YSF.

"Identitas laki-laki tersebut diketahui berinisial L, sementara wanita yang L bonceng bernama YSF," kata Kadiv Humas Polri Irjen Argo Yuwono dalam keterangan tertulis, siang ini.

Online
Pasutri bomber Gereja Katedral Makassar diduga berlatih membuat bom secara daring atau online.

"Ada informasi ini juga berkaitan dengan online training di media sosial yang dikembangkan oleh mereka. Jadi mereka mengembangkan tata cara pembuatan bahan peledak," ujar Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Irjen Boy Rafli Amar di Makassar, Sulawesi Selatan (Sulsel), Senin (29/3).

Dalam pelatihan pembuatan bom daring itu, Boy menyebut ada narasumber yang pernah berlatih di kelas mancanegara. Boy mengajak seluruh pihak untuk bersama-sama mencegah perbuatan ini.

"Ada beberapa narasumber senior mereka yang pernah berlatih di luar negeri, ini bisa seperti ini, jadi ideologi ini terus dikembangkan oleh kelompok-kelompok radikal terorisme, jadi kita sama-sama cegah," ucap Boy.

MILENIAL
Boy Rafli mengatakan penangkapan terhadap pihak-pihak yang berkaitan dengan bom bunuh diri tersebut juga sudah dilakukan.
Pasangan suami istri itu merupakan kaum milenial yang terpapar virus radikalisme.

Boy menyinggung kedua pelaku pasutri merupakan contoh kaum milenial yang terpapar radikalisme tersebut. Menurutnya, pelaku merupakan kelahiran 1995.

"Karena teridentifikasi pelaku kelahiran tahun '95, jadi inisialnya L dengan istrinya adalah termasuk tentunya kalangan milenial yang sudah menjadi ciri khas korban dari propaganda jaringan teroris," ucapnya.

Boy lantas menyebut propaganda jaringan teroris saat ini menyasar kalangan anak-anak muda. Dia menyebut virus radikalisme ini tidak terasa, bahkan tidak kasatmata, tapi lama-lama dapat mengubah watak hingga perilaku toleran seseorang.

Kedua pelaku bom bunuh diri itu merupakan jaringan teroris JAD dan merupakan sel regenerasi dari jaringan teroris tersebut.

"Ini berkaitan dengan jaringan teroris yang sudah dilarang di Indonesia, Jamaah Ansaruh Daulah atau JAD ya," kata Boy .

Boy juga mengungkap kedua pelaku bom bunuh diri ini tidak beraksi sendirian. Dia memastikan keduanya didukung pendanaannya oleh sejumlah pihak yang saat ini sudah ditangkap oleh pihak kepolisian.

Dimakamkan
Dua jenazah pasutri bomber Gereja Katedral Makassar, dikebumikan di permakaman keluarga, Kelurahan Pallantikang, Kecamatan Maros Baru, Maros, Sulsel.

Kedua pelaku diketahui bernama Muh Lukman dan Yogi Shafitri Fortuna.

Proses pemakaman yang dimulai tepat saat petang itu juga dihadiri oleh ibu pelaku dan sejumlah keluarganya. Dengan menggunakan dua peti, mereka dimakamkan di satu lubang besar tepat di sisi makam orang tua Lukman," kata Kabagops Polres.

Puji Kosmas
Terpisah, Menteri Agama (Menag) Yaqut Cholil Qoumas mendatangi Gereja Katedral, Makassar dan memuji aksi heroik Kosmas yang menahan pelaku. Yaqut meminta uskup agar menenangkan jemaahnya dan mengajak jemaah untuk tidak takut ibadah di Gereja Katedral.

"Kita semua berduka dan berharap kejadian seperti ini tidak terulang kembali. Saya sampaikan kepada Pak Uskup tadi agar menenangkan jemaatnya, beribadah seperti biasa, tidak perlu ada ditakutkan," kata Yaqut setelah meninjau Gereja Katedral, Makassar, Senin (29/3).

Yaqut menegaskan, tidak ada agama yang mengajarkan umatnya untuk berbuat kekerasan dan melakukan aksi teror. Umat beragama di Indonesia harus melawan kelompok teroris secara bersama-sama.

Yaqut juga meminta para pemuka dan tokoh agama mengajak jemaahnya untuk mengembalikan agama kepada fungsinya.

Secara khusus dia berterima kasih kepada petugas sekuriti Gereja Katedral, Kosmas yang mencegah pelaku bom bunuh diri untuk tidak masuk ke gereja.

"Kalau tanpa ada dia (yang menjaga gerbang), saya kira akan lebih banyak lagi (korban) yang harus kita bereskan. Tapi alhamdulillah kemarin ada teman kita, saudara kita menjaga pelaku teror supaya tidak bisa masuk ke dalam," pungkasnya.

Wakil Presiden RI ke-10 dan ke-12, Jusuf Kalla juga meninjau Gereja Katedral, Makassar tersebut.

Ketua Dewan Masjid Indonesia (DMI) itu kemudian langsung menuju depan Gereja Katedral, dan tampak berbincang dengan perwakilan gereja seputar bom bunuh diri yang terjadi pada Minggu (28/3) lalu.

JK menegaskan, aksi bom bunuh diri yang dilakukan 2 pelaku bukan hanya soal masalah agama saja. "Ini bukan masalah Katolik saja, ini masalah kemanusiaan," ujarnya.

Masih Dirawat
Sementara itu, Polda Sulsel memperbarui data terbaru korban akibat aksi bom bunuh diri pasangan suami istri di depan Gereja Katedral, Makassar. 15 Orang masih dirawat di rumah sakit akibat luka.

Menurut Kabid Humas Polda Sulsel Kombes Zulpan, 15 orang yang dirawat itu 13 dirawat di RS Bhayangkara, dan 2 orang dirawat di RS Siloam.

"Korban di Rumah Sakit Bhayangkara ada 13, korban luka, kemudian ada 2 di Rumah Sakit Siloam," ujar Kombes Zulpan di RS Bhayangkara, Makassar, Senin (29/3).

Sementara itu, 4 orang lainnya yang sebelumnya menjalani perawatan akibat bom bunuh diri tersebut sudah diperbolehkan pulang untuk rawat jalan.

"4 Yang diperkanankan pulang untuk rawat jalan," katanya.

Kombes Zulpan menyebut seluruh biaya perawatan korban bom bunuh diri depan Gereja Katedral akan ditanggung oleh pemerintah. (detikcom/c)

Sumber
: Hariansib.com edisi cetak
SHARE:
Tags
komentar
beritaTerbaru