Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan
Minggu, 10 Agustus 2025

Selain Covid-19, Spesies Kelelawar Tak Dikenal di Asia Tenggara Berpotensi Bawa Virus Berbahaya Lain

Redaksi - Minggu, 03 April 2022 10:31 WIB
326 view
Selain Covid-19, Spesies Kelelawar Tak Dikenal di Asia Tenggara Berpotensi Bawa Virus Berbahaya Lain
(Shutterstock)
Ilustrasi kelelawar.
Jakarta (SIB)
Studi menunjukkan sekitar 40 persen spesies kelelawar tapal kuda (Rhinolophidae) di wilayah Asia Tenggara yang belum teridentifikasi secara resmi, berpotensi menjadi inang virus baru selain SARS-CoV-2 yang menyebabkan sindrom pernapasan akut parah dan pandemi Covid-19.

"Ini adalah jumlah yang serius, tapi tidak terlalu mengejutkan," kata Nancy Simmons, kurator di American Museum of Natural History di New York City, seperti yang dikutip dari Nature.

Studi yang dipublikasikan pada Frontiers in Ecology and Evolution pada Jumat (29/3), menyebut kelelawar tapal kuda (Rhinolophidae) dianggap sebagai reservoir atau inang banyak virus zoonosis, sebuah penyakit pada binatang yang dapat ditularkan kepada manusia.

Ahli virologi di Institut Virologi Wuhan di Tiongkok, Shi Zhengli, mengatakan identifikasi spesies kelelawar dengan benar dapat membantu menentukan titik-titik geografis dengan risiko tinggi penyakit zoonosis.

"Pekerjaan ini penting," ujar Shi Zhengli.

Selain mengidentifikasi kemungkinan penyebaran penyakit zoonosis baru, identifikasi spesies kelelawar yang tidak diketahui juga dapat mendukung pencarian asal-usul SARS-CoV-2.

Menurut Alice Hughes, seorang ahli biologi konservasi di Universitas Hongkong, pencarian tersebut dapat dilakukan dengan mempersempit pencarian kelelawar yang mungkin menyimpan kerabat dekat virus.

Dirinya menuturkan, kerabat terdekat dari SARS-CoV-2 telah ditemukan pada kelelawar Rhinolophus affinis di provinsi Yunnan, di barat daya Tiongkok, dan pada tiga spesies kelelawar tapal kuda di Laos.

Dilansir Nature, melalui studi tersebut, Hughes dan tim ingin lebih memahami keragaman kelelawar di Asia Tenggara dan menemukan cara standar untuk mengidentifikasi mereka. Untuk memetakan keragaman genetik kelelawar, studi menggunakan sekuens DNA mitokondria dari 205 hewan yang mereka tangkap, dan 655 sekuens lainnya dari database online yang mewakili total 11 spesies Rhinolophidae.

Para peneliti menemukan bahwa masing-masing dari 11 spesies mungkin sebenarnya terdiri dari beberapa spesies, mungkin termasuk lusinan spesies tersembunyi di seluruh sampel.

Konsep spesies tersembunyi atau samar adalah hewan yang tampaknya merupakan spesies yang sama tetapi sebenarnya berbeda secara genetik. Misalnya, keragaman genetik Rhinolophus sinicus menunjukkan bahwa kelompok tersebut dapat terdiri dari enam spesies terpisah.

Hasil temuan ini juga diperkuat oleh penelitian genetik lain yang menunjukkan bahwa ada banyak spesies samar di Asia Tenggara, kata Charles Francis, seorang ahli biologi di Layanan Margasatwa Kanada, Lingkungan dan Perubahan Iklim Kanada, di Ottawa.

Tim Hughes menggunakan data morfologi dan akustik untuk melakukan analisis yang lebih rinci terhadap 190 kelelawar yang ditemukan di Cina selatan dan Vietnam dan menemukan bahwa itu mendukung temuan mereka bahwa banyak spesies belum diidentifikasi di wilayah tersebut. (KJ/d)

Sumber
: Koran SIB
SHARE:
Tags
komentar
beritaTerbaru