Rektor USU Dr Muryanto Amin SSos Msi mengatakan, dunia pendidikan terus dipacu untuk mengubah proses pembelajarannya yang semakin terbuka, memberikan ruang yang lebih luas bagi mereka, yang memiliki beragam experiences (pengalaman) menghadapi persoalan kemanusiaan yang tidak pernah berhenti, untuk ikut berperan di dalam kampus.
“Interaksi mahasiswa dan dosen tidak lagi hanya dilakukan di ruang kelas tetapi harus membentuk jejaring inter disiplin dan bergaul dengan industri di berbagai negara dunia,” kata Muryanto pada pengukuhan 4 Guru Besar (Profesor) USU di Auditorium USU Medan, Senin (15/8).
Para Guru Besar USU yang dikukuhkan yakni Prof Dr dr Blondina Marpaung SpPD KR, dari Fakultas Kedokteran, Prof Dr Ir Ilmi MSc dari Fakultas Teknik, Prof Dr Juliati Br Tarigan SSi MSi, dari F-MIPA dan Prof Dr Erna Frida MSi dari F-MIPA.
Rektor USU mengatakan, upacara pengukuhan Guru Besar tetap USU dapat dilaksanakan secara luring. “Saya berharap pengukuhan ini memberikan semangat kepada kita semua melaksanakan tugas memajukan pendidikan di Indonesia,” katanya.
Dikatakan, Indonesia mengalami krisis pembelajaran sejak 20 tahun terakhir berdasarkan indikator tes PISA, yaitu alat ukur tes internasional yang menguji literasi, numerasi, dan sains.
“Hasil tes itu menunjukkan bahwa tidak ada peningkatan yang signifikan dalam 10-20 tahun terakhir dan 70% pelajar usia 15 tahun, ada di bawah kompetensi minimum untuk membaca dan matematika. Situasi ini bisa kita sebut sebagai krisis dan satu krisis itu membutuhkan solusi-solusi yang luar biasa untuk bisa mengejar ketertinggalan kita,” kata rektor.
Sementara pengelolaan pendidikan tinggi secara global sudah dilakukan dengan model sociopreneur university, yang menekankan pengembangan inovasi dan networking yang sangat luas sebagai cara memberikan solusi dari masalah-masalah kemanusiaan. [br]
Situasi pandemi yang terjadi dua tahun lalu, mempercepat penerapan solusi teknologi tepat guna untuk menghadapi krisis pendidikan itu, karena dunia sedang mengalami hibernasi atau berhenti sejenak.
“Agar bisa ke luar dari krisis pendidikan dan menerapkan sociopreneur university, maka cara satu-satunya adalah memastikan bahwa kita memiliki kecepatan dalam menyelesaikan persoalan dalam mengelola pendidikan kita. Sebab kecepatan tersebut menjadi modal untuk menang dalam kompetisi,” katanya.
Saat ini, USU sedang melakukan transformasi yang tiada henti yang disebut dengan transformation towards the ultimate.
Transformasi harus dilakukan secara cepat karena berkejaran dengan waktu dan ukuran-ukuran yang telah dikonstruksikan dan ditetapkan untuk diraih. USU dan seluruh perguruan tinggi lain di Indonesia sedang menghadapi kompetisi yang cukup keras atau hyper kompetisi secara nasional maupun internasional. Berbagai lembaga pemeringkatan telah bekerja mengukur kinerja USU dengan beragam indikator. Jika ada satu indikator yang kita lalai memenuhinya maka akan berdampak pada rilis pemeringkatan dari lembaga penilai tersebut, meskipun saat ini beberapa indikator sedang dikerjakan perbaikannya.
Transformasi USU menjadi yang terbaik harus dikerjakan secara bersama, tidak bisa sendiri-sendiri dan mesti dilakukan secara cepat. Berbagai indikator penilaian mesti disusun secara integratif dan terstruktur. USU saat ini telah masuk dalam pemeringkatan QS World University Ranking di 1200-1400 dan akan terus memperbaiki ranking di tahun-tahun depan menuju 500 QS WUR. Program digitalisasi pendidikan menuju One Datamenjadi sangat penting untuk mengukur kinerja dosen dan mahasiswa yang memenuhi standar internasional.
Proses pengukuhan Guru Besar USU ini diharapkan dapat mengakselerasi secara cepat transformasi yang sangat dibutuhkan tersebut. Guru Besar diharapkan menjadi role model bagi dosen lain yang menularkan percepatan transformasi itu dengan menunjukkan contoh Guru Besar yang memiliki kinerja Tridarma yang sangat baik.
“Saat ini, USU memiliki 140 orang Guru Besar aktif. Kita akan terus berupaya menambah jumlah Guru Besar untuk mengatasi krisis pendidikan dan menerapkan sociopreneur university di USU,” katanya.
Prof Blondina Marpaung pada pengukuhannya menyampaikan pidato ,Peran Reumatologi pada kesehatan masyarakat, tantangan dan harapan masa depan.[br]
Dikatakannya, sebenarnya keluhan reumatik sudah dikenal sejak ribuan tahun lalu.Banyak orang terkenal dalam sejarah menderita penyakit rematik. Bukti-bukti sejarah menunjukkan, sebenarnya sejak manusia ada, penyakit ini ada. Tetapi pengetahuan belumlah terbuka sebaik masa kini. Blondina memperkenalkan beberapa jenis penyakit reumatik.
Di sisi lain, Blondina menyebut Indonesia kaya akan kekayaan hayati yang bisa digunakan sebagai pengobatan.
Diperkirakan hidup sekitar 40.000 spesies tumbuhan, sekurangnya ada 9.600 spesies tumbuhan berkhasiat tanaman obat.
“Hanya sekitar 300 spesies yang digunakan sebagai bahan obat tradisional,” katanya.
Prof Blondina Marpaung merupakan putri Alm Prof dr Boloni Marpaung Sp PD K-GEH dan ibu Masnida Ritonga BSc yang hadir pada pengukuhan itu walaupun sudah berusia 87 tahun.
Blondina istri dari Ir Surung Panjaitan dikaruniai 3 orang anak yang telah dewasa yakni Enrico, dr Grace dan dr Edward Alexander Panjaitan serta telah dikaruniai 2 cucu. Pada pengukuhan itu hadir juga tulangnya Brigjen Pol Purn Drs Martin Ritonga yang datang dari Manado. Hadir juga adiknya, dr Vera Br Marpaung dan suaminya dr Leonardo Dairi, itonya Ir Richard Marpaung, dr Hans Marpaung. Sementara adiknya Roslinda Marpaung dan suaminya Ir Chandra Panggabean tidak hadir karena berada di Jakarta.
Acara pengukuhan yang dihadairi terbatas undangan itu, terlihat tetap melaksanakan prokes, pakai masker dan duduknya juga dibuat jarak. Acara diakhiri dengan pemberian ucapan kepada Profesor yang dikukuhkan dan foto bersama. (A2/a)