Medan (SIB) -Ketua Umum Persatuan Wanita Gereja Pentakosta (PWGP) Pdm EM Br Aritonang STh dan Ny TR Pasaribu Br Siregar duet ikut mengalunkan 'Uju Di Ngolukon Ma Nian'. Kedua perempuan sepuh itu sangat menikmati lirik lagu ciptaan D Siahaan yang dipopulerkan Putri Silitonga tersebut. "Syairnya pas sekali dengan kondisi kami sekarang ini ya," ujar Ny TR Pasaribu Br Siregar yang mengaku sudah menikmati muzizatNya di usia senjanya.
Keduanya mengapresiasi lagu-lagu etnik yang semakin digemari publik bahkan dibawakan orang-orang muda. Artinya, warisan leluhur nonbenda tetap terjaga yang menjamin filosofi kehidupan Bangso Batak tetap lestari.
Hal serupa diutarakan Pdm EM Br Aritonang. Selain lagu etnik, kidung pujian pun memberi kebahagiaan tersendiri. Ia mengaku, semakin sering berkidung maka semakin berenerji. "Yang penting, di sisa usia, harus terus melayaniNya. Membawa kabar suka yang bermakna untuk sesama khususnya generasi muda," ujarnya didampingi Ketua Panitia Natal Arisan Kebaktian 2018 Rotua Simanjuntak dan Dina Napitupulu, Rabu (26/9) di jeda doa bersama di kediaman Dewan Pembina GP Pbs RD Siburian SE.
Di acara itu hampir seratus ibu lintasdenominasi gereja berkomitmen untuk menjadi saluran berkat bagi sesama. "Sejak awal didirikan, komunitas kami, Arisan Kebaktian ini tujuan dan fokusnya melayani dan berbagi pada sesama," papar Ny TR Pasaribu Br Siregar yang mendirikan dan menjadi ketua pertama paguyuban yang sudah ada selama 32 tahun lebih tersebut.
Selain berbagi dalam bentuk materi, juga memberi melalui kidung pemuliaanNya. "Kami lebih bersemangat dengan kidung pujian dan nats Alkitab," tambah putri pasangan Sutan Kali Raja Siregar-Ny Erpetua Simatupang yang lahir di Singli, Aceh Pidie pada 30 Juni 1945 tersebut.
Menurutnya, nats dan lagu pujian bagiNya memiliki kekuatan mahadahsyat. Ia menunjuk Sai Solhot Tu Silangmi yang menginspirasi orang-orang percaya padaNya tentang kematian tapi memberi kehidupan sejati. Kidung dari Buku Ende 449 tersebut memberi kekuatan sempurna.
Ia memfavoritkan nyanyian dari Buku Ende 501 atau Kidung Jemaat 408 berjudul Di Jalanku 'Ku Diiring'. "Bila lagu itu disimak dan dibawakan bersama renungan dari Mazmur 73:28 maka semakin sempurnalah manusia sebagai ciptaanNya," cerita ibu dari 4 boru yang semakin kuat bila ada agenda melayaniNya, meski harus terbang dari Jakarta ke sejumlah penjuru Nusantara hingga ke mancanegara itu.
Hal serupa dirasakan Pdm EM Br Aritonang. Di usianya menuju ke 80 tahun, putri pinisepuh HKBP dan menantu pendiri GP Pdt Ev Lukas Siburian itu merasa semakin kuat bila melayani sesama dalam membawa kabar kesukaan. Konsekuensi dari jabatannya se bagai pucuk pimpinan wanita GP, ia masih ke luar masuk wilayah terpencil, naik turun bukit membawa Alkitab. "Selain harus memberi napas segar pada jiwa-jiwa juga memikirkan bagaimana harus menyejahterakan perempuan, khususnya perempuan Pentakosta yang berada banyak di pelosok Indonesia," ujarnya.
Menurutnya, jika memahami dan memedomani kidung yang memuliakanNya maka pasti memeroleh kekuatanNya. Apalagi berpegang padaNya sesuai nats. Yang paling memberi kekuatan pada Pdm EM Br Aritonang adalah Yohanes 3:36. "Seperti lagu 'Uju Di Ngolukon Ma Nian' yang bercerita tentang kepatuhan anak pada orangtuanya yang masih hidup, orangtua pun harus percaya kepada Anak yakni anakNya yaitu Yesus Kristus," tegasnya sambil membacakan isi nats dimaksud ...barangsiapa percaya kepada Anak, ia beroleh hidup yang kekal, tetapi barangsiapa tidak taat kepada Anak, ia tidak akan melihat hidup, melainkan murka Allah tetap ada di atasnya. "Saya percaya kekuatanNya dan anakNya, Yesus Kristus" tutupnya. (R10/h)