Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan
Jumat, 04 Juli 2025

Krisis di Yaman, AS dan Iran Kirim Peralatan Perang

* Al-Qaeda Tawarkan 20 Kg Emas untuk Pembunuh Pemimpin Houthi
- Jumat, 10 April 2015 14:13 WIB
750 view
 Krisis di Yaman, AS dan Iran Kirim Peralatan Perang
Teheran (SIB)- Iran mengirimkan dua kapal perang ke perairan bebas dekat Aden, Yaman, yang menurut seorang perwira tinggi angkatan laut Iran ialah untuk melindungi negaranya dari bajak laut. Televisi berbahasa Inggris milik Pemerintah Iran, Press TV, menyiarkan pernyataan Laksamana Habibollah Sayyari yang menyatakan kapal itu merupakan bagian dari perlindungan terhadap bajak laut. "Untuk menjaga rute laut bagi kapal-kapal Iran di wilayah tersebut," katanya.

Namun, manuver ini dilakukan berbarengan dengan meningkatnya serangan udara pasukan koalisi yang dipimpin Arab Saudi terhadap kelompok pemberontak Houthi. Di Aden sendiri, pertempuran kembali meletus saat pasukan pemberontak Houthi kembali menyerang kota itu. Mereka berniat merebut Aden dari penguasaan Pemerintah Yaman dan milisi pro-Presiden Abdrabbuh Mansour Hadi.

Selain itu, Amerika Serikat telah mempercepat pasokan senjata kepada pasukan koalisi Arab Saudi. Berbicara di Riyadh kemarin, Wakil Menteri Luar Negeri Amerika Anthony Blinken menyatakan, "Kami telah mempercepat pasokan senjata. Kami juga meningkatkan pertukaran informasi intelijen dan membangun koordinasi bersama serta perencanaan di pusat operasi Arab Saudi."

Selain mempercepat pengiriman senjata, Washington juga meningkatkan kerja sama di bidang pertukaran informasi intelijen. "Arab Saudi mengirim sinyal yang jelas kepada kelompok Houthi bahwa mereka tidak bisa menguasai Yaman melalui cara-cara kekerasan," kata Blinken kepada para wartawan di ibu kota Saudi, Riyadh. "Sebagai bagian dari upaya tersebut kami sudah mengirim persenjataan, meningkatkan pertukaran data intelijen, dan mendirikan unit perencanaan bersama," jelas Blinken.

Sebelumnya Presiden Iran Hassan Rouhani meminta Saudi untuk menghentikan operasi udara yang telah berlangsung dua pekan itu. Dikatakan Rouhani, negara-negara di wilayah tersebut harus berupaya untuk membawa faksi-faksi berseteru ke meja perundingan. "Bangsa besar seperti Yaman tak akan menyerah pada bombardir. Marilah, kita semua berpikir untuk menghentikan perang. Marilah kita berpikir akan gencatan senjata," tutur Rouhani dalam pidatonya yang disiarkan stasiun televisi.

Sementara itu pemimpin tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei bereaksi atas serangan-serangan udara yang dilancarkan Arab Saudi dan koalisi terhadap para pemberontak Syiah Houthi di Yaman. Khamenei mencetuskan, operasi militer tersebut telah menewaskan warga sipil tak bersalah dan sama dengan genosida.

"Agresi oleh Arab Saudi terhadap Yaman dan rakyatnya yang tak bersalah adalah sebuah kesalahan," tegas Khamenei dalam pidato yang disiarkan televisi Iran. "Ini kejahatan dan genosida yang bisa diadili di pengadilan internasional," imbuhnya. Menurut Khameni, Saudi yang mulai melancarkan serangan udara terhadap Houthi sejak dua pekan lalu, tak akan muncul sebagai pemenang dalam konflik di Yaman.

Menlu Iran Javad Zarif dalam lawatannya ke Pakistan meminta Pemerintah Islamabad untuk turut membantu dalam penyelesaian konflik yang terjadi di Yaman. Zarif juga mendesak Pakistan untuk tolak tawaran koalisi Arab Saudi yang mengajak bergabung lakukan operasi militer di Yaman. Arab Saudi terus meminta Pemerintah Pakistan untuk ikut bergabung dengan koalisi teluk yang dipimpinnya, dan mulai melancarkan serangan udara ke Kelompok Houthi di Yaman.

“Saya berharap, Pemerintah Pakistan dapat menolak tawaran Arab Saudi dan koalisinya. Kita seharusnya bekerjasama mencari solusi politik terbaik untuk penyelesaian konflik di Yaman,” ujar Menteri Zarif, saat melakukan kunjungan ke Kota Islamabad. “Warga Yaman seharusnya tidak menghadapi serangan udara yang membombardir tanah kelahirannya. Mereka tidak sepantasnya menghadapi krisis kemanuasiaan,” lanjutnya.

Zarif telah berada di Pakistan pada Rabu 8 April 2015 untuk melakukan kunjungan kenegaraan dan bertemu dengan Perdana Menteri (PM) Pakistan, Nawaz Sharif. Dalam dua hari kunjungan itu, isu mengenai konflik Yaman akan menjadi topik utama pembicaraan kedua negara. PM Sharif menyatakan akan sangat terbuka mengenai saran-saran yang diajukan dari Iran.

Tawarkan 20 Kg Emas

Sementara itu kelompok teroris Al Qaeda melontarkan janji dalam pertempuran multifaksi di Yaman dengan mengatakan pihaknya menawarkan hadiah 20 kilogram emas bagi siapa saja yang dapat membunuh atau menangkap dua musuh terkemukanya dari Muslim Syiah, termasuk pemimpin pemberontak yang mengambil alih ibu kota Yaman.

Situs kantor berita CNN, Kamis (9/4), melaporkan, Al Qaeda di Semenanjung Arab atau AQAP, nama singkatannya dalam bahasa Inggris, yang berbasis di Yaman, dalam siaran pers dan poster tentang orang yang dicari yang disebar secara online, menawarkan hadiah untuk kematian atau penangkapan pemimpin Houthi, Abdelmalik Badreddin Al-Houthi, dan mantan Presiden Yaman Ali Abdullah Saleh.

Jika dikonversi ke mata uang, hadiah emas itu akan bernilai sekitar 774.000 dollar AS atau hampir Rp 10 miliar. AQAP menyebut Al-Houthi dan Saleh sebagai "dua kepala iblis". AQAP merupakan salah satu dari beberapa faksi yang sedang bertarung untuk mengendalikan Yaman. AQAP yang berakar Islam Sunni merupakan musuh bebuyutan faksi Huthi, yang beraliran Syiah dan secara luas diyakini telah didukung Iran.

Yaman sudah berada dalam kekacauan beberapa minggu sejak pemberontak Houthi, yang merupakan warga minoritas Syiah yang sudah lama mengeluh karena dipinggirkan di negara dengan penduduk mayoritas Sunni itu, menyingkirkan Presiden Yaman Abdu Rabu Mansour Hadi dari kekuasaan pada Januari lalu.

Orang-orang Houthi, bersekutu dengan para petempur yang setia kepada Saleh, sejak itu menghadapi perlawanan tidak hanya dari AQAP, tetapi juga dari sejumlah kelompok, termasuk pasukan yang setia kepada Hadi. Kelompok Huthi juga ditentang Arab Saudi dan negara-negara berpenduduk mayoritas Sunni lainnya, yang bulan lalu memulai serangan udara terhadap para pemberontak itu.

Sepak terjang kaum Houthi telah membangkitkan dugaan Arab Saudi, bahwa aksi mereka disokong oleh pemerintah Iran, yang juga beraliran Syiah. Namun, baik kaum Houthi dan Iran menepis dugaan tersebut. Meski demikian, ada kekhawatiran bahwa operasi militer Saudi dkk akan memicu konflik baru yang menyeret Iran.

Berdasarkan data PBB, setidaknya 540 orang, termasuk 311 warga sipil, telah tewas akibat pertempuran tersebut. Seorang pakar PBB untuk urusan pengungsi mengatakan, negara-negara lain harus mempersiapkan diri untuk "perpindahan besar-besaran" orang Yaman yang mencari keselamatan.

"Masyarakat internasional harus mempersiapkan skenario terburuk," kata Chaloka Beyani, profesor hukum internasional di London School of Economics. "Walau berbagai upaya untuk mencapai solusi diplomatik penting, gambar-gambar di lapangan sangat suram dan tanggapan kemanusiaan harus ditingkatkan sebagai hal yang mendesak." Sekitar 1.000 orang telah meninggalkan rumah mereka selama dua minggu konflik itu. (Detikcom/BBC/q)

SHARE:
Tags
komentar
beritaTerbaru