Medan (SIB)
Punguan Pomparan Raja Silahisabungan (PPRS) Indonesia mengagendakan kegiatan untuk merawat situs-situs, cagar budaya dan kearifan lokal warisan Raja Silahisabungan sekaligus mendaftarkannya agar diakui negara.
Hal itu sebagai upaya pelestarian budaya sekaligus menjadi objek wisata baru di Desa Silalahi Nabolak, Kabupaten Dairi yang merupakan bona pasogit keturunan (pomparan) Silahisabungan.
Situs-situs itu merupakan jejak sejarah hidup dan perjalanan Raja Silahisabungan, yang setiap tahun dikunjungi sebagai agenda napak tilas atau ziarah dengan nama kegiatan Pesta Budaya dan Partangiangan Bolon.
Hal itu diungkapkan salah satu pendiri PPRS Indonesia, Drs Martua Situngkir Ak yang juga Ketua PPRS Wilayah Jabodetabek saat ngopi bareng wartawan SIB di Jalan Sei Belutu Medan, Rabu (27/7/2022).
Martua yang didampingi Joefrizer Sipayung SE yang juga Sekretaris Dewan Pendiri PPRS Indonesia, memberi penjelasan itu setelah berkomunikasi dengan sejumlah tokoh, termasuk Ketua Umum PPRS Indonesia, Sabar Silalahi SH.
Hingga kini tercatat hanya marga Silahisabungan satu-satunya marga Batak yang tiap tahun menggelar pesta budaya di Desa Silalahi Nabolak itu secara massal.[br]
Keunikan itu telah mencatar rekor MURI pada tahun 2017 lalu. Panitia pelaksana saat itu adalah keturunan Tungkir Raja yang diketuai Johannes Situngkir.
Rekor MURI yang dicatat ada dua yakni kategori Pelaksanaan Pesta Budaya Massal selama 30 tahun berturut-turut dan kategori Jumlah Peserta Makan Sirih atau Mardemban yang diikuti 6.137 peserta.
Melalui situs-situs itu pula para keturunan mengenal Ompung Silahisabungan sebagai sosok yang sakti, bijaksana, visioner dan adil.
Situs-situs itu adalah Batu Sinjonjong/Gadap, Aek Sipaulak Hosa Loja, Pansur Paranggiran dan Aek Nauli Basa.
Raja Silahisabungan juga mewariskan Ulos Gobar yang berbeda dari ulos yang digunakan masyarakat Batak. “Hanya Silahisabungan yang punya ulos itu, marga lain tidak. Harganya bisa di atas Rp 1 juta,” kata Joefrizer.
Martua Situngkir pun menceritakan sekilas tentang Batu Gadap/Sijonjong sebagai alat yang digunakan Raja Silahisabungan untuk mengadili warga termasuk keturunannya yang berselisih.
“Kalau orang yang diadili berkata bohong, maka batu itu gadap atau rebah ke tanah. Tapi kalau berkata jujur maka batu itu tetap berdiri,” katanya.
Ratusan tahun lalu, Raja Silahisabungan juga menitipkan petuah sebagai guidance atau pedoman agar seluruh pomparannya selalu hidup damai antar sesama saudara.
Petuah bernama Poda Sagu-sagu Marlangan itu tercatat di prasasti Tugu Makam Raja Silahisabungan di Desa Silalahi Nabolak.
Sementara itu Ketua Umum PPRS Indonesia Sabar Silalahi SH kembali menyebutkan, pomparan Raja Silahisabungan terdiri dari Sihaloho (Loho Raja), Situngkir (Tungkir Raja), Rumah Sondi (Sondi Raja), Sidabutar (Butar Raja), Sidabariba (Dabariba Raja), Sidebang (Debang Raja), Pintu Batu (Batu Raja) dan Tambun (Raja Tambun), plus putri semata wayang bernama Si Deang Namora.[br]
Mubes Pertama
Pasca Deklrarasi PPRS Indonesia yang sukses di Adventist Convention Hall kemarin, langsung digelar rapat perana di Medan, Selasa (26/7/2022) yang diikuti 26 orang dari 37 dewan pendiri secara langsung maupun via zoom.
Rapat itu dipimpin Martua Situngkir, Eddin Sihaloho dan Joefrizer Sipayung.
Peserta rapat itu sepakat membentuk kelompok kerja (Pokja) terdiri dari AKBP (Purn) Hotman Silalahi SH, AKP Nelson Silalahi SH MH, DR Remus Silalahi SE MSi, Jansen Sihaloho SE dan St THP Pasaribu.
Pokja itu selanjutnya mempersiapkan musyarawah besar nasional untuk membentuk pengurus definitif PPRS Indonesia.
Selanjutnya Mubes akan menyiapkan program pembangunan SDM anak-anak marga Silahisabungan melalui bantuan pendidikan, termasuk upaya pelestarian adat dan cagar budaya.
Beberapa tahun lalu, program pembangunan SDM itu telah dilaksanakan berupa kegiatan bimbel dan try out gratis kepada ribuan siswa keturunan Silahisabungan di Pardede Hall Medan untuk persiapan masuk perguruan tinggi negeri (PTN), juga persiapan seleksi CPNS.
Kegiatan yang difasilitasi Letjen (Purn) TB Silalahi dan Martua Situngkir itu berlanjut di wilayah Jabodetabek, plus pemberian beasiswa.
“Program-program itu sempat terhenti, karena ada riak-riak di punguan kita. Dengan terbentuknya pengurus definitif nanti, berbagai program akan dilanjutkan termasuk merawat dan mengembangkan situs dan cagar budaya Silahisabungan untuk pelestarian budaya sekaligus menjadi potensi pariwisata,” kata Martua Situngkir. (R8/d)