Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan
Jumat, 04 Juli 2025
Pro Kontra Penyebab Banjir di Parapat

Pdt Dr Robinson Butarbutar : Ephorus Tidak Pernah Gegabah Memberi Pernyataan

Redaksi - Senin, 31 Mei 2021 17:59 WIB
2.216 view
Pdt Dr Robinson Butarbutar : Ephorus Tidak Pernah Gegabah Memberi Pernyataan
Foto : harianSIB.com/ Helman Tambunan
Ephorus HKBP
Sibolga (harianSIB.com)
Pro kontra penyebab banjir bandang di Parapat, Kecamatan Girsang Sipanganbolon, Kabupaten Simalangun, antara kajian Komite Gereja dan Masyarakat (KGM) Huria Kristen Batak Protestan (HKBP) dengan Dinas Kehutanan Sumatera Utara, Kamis 13 Mei 2021, cukup menarik perhatian publik.

Semula, KGM HKBP dalam statemen tertulis yang ditandatangani Ephorus HKBP Pdt Dr Robinson Butarbutar menyebutkan banjir bandang akibat penurunan kualitas hutan di sekitar Kawasan Danau Toba. Banjir bandang berkaitan erat dengan aktivitas penebangan hutan di Sitahoan dan kawasan hutan Sibatu Loting.

Sebaliknya, Kepala Dinas Kehutanan (Kadishut) Sumatera Utara, Herianto menyebutkan banjir bandang tersebut bukan karena penebangan hutan, melainkan karena aktivitas galian C di Areal Penggunaan Lain (APL) yang dilakukan masyarakat di sekitar Danau Toba.

Kadishut bilang pada saat banjir tidak ditemukan material kayu gelondongan atau batang kayu bekas penebangan yang dibawa arus air. Malah batu-batuan dan lumpur bekas galian. Pejabat Eselon II itu mengaku sudah memerintahkan melakukan pengecekan dan apabila ditemukan pelanggaran akan ditindak tegas.

Pdt Robinson Butarbutar yang diwawancarai harianSIB.com di HKBP Sibolga Kota, Senin (31/5/2021), terkait pro kontra itu mengatakan, seorang Ephorus tidak pernah memberikan pernyataan yang gegabah, melainkan melalui penelitian yang objektif. Penelitian KGM tidak bersifat pribadi, melainkan dirangkum dari berbagai pihak karena memang keanggotaannya juga terdiri dari latar belakang ilmu dan jaringan.

Pimpinan Pusat HKBP itu menegaskan dengan adanya counter argumen atau counter reasoning, maka HKBP telah membentuk tim untuk meneliti lebih jauh penyebab kerusakan lingkungan hidup pada umumnya di Kawasan Danau Toba. Secara pribadi, sambungnya, beberapa kali lewat dari jalan alternatif dan memang dulunya itu hutan, namun sekarang sudah gundul serta ditumbuhi pohon equaliftus.

Pdt Dr Robinson Butarbutarmenegaskan penelitian KGM HKBP tidak untuk menyudutkan pihak tertentu, melainkan sebagai tanggungjawab moral untuk melindungi ciptaan Tuhan serta menjaga kelestarian lingkungan. Ia mendukung langkah Presiden RI yang menetapkan Destinasi Wisata Danau Toba yang super prioritas. Tentunya, semua pihak dan masyarakat harus berperan serta dalam menjaga.

Ephorus menilai tidak perlu ada adu argumen terkait kerusakan lingkungan di sekitar Danau Toba, karena itu kenyataan ada penggundulan. Justru kita seharusnya berbahagai ketika Presiden RI tahun 2016 lalu menetapkannya sebagai destinasi wisata nasional, supaya kita sama-sama menjaga.

Menurut pria yang lahir di Bah Jambi,1 Januari 1961 itu, kalau semua pihak tidak menjaga kelestarian lingkungan hidup maka percuma pemerintah membangun infrastruktur, karena akan tidak sejalan dengan lingkungan.

Ditanya terkait tim peneliti kerusakan hutan yang baru dibentuk, Ephorus menyebutkan silent operation. Tetapi bila saatnya tiba, maka akan disampaikan kepada pemerintah atau instansi terkait. (*)

Editor
:
SHARE:
Tags
komentar
beritaTerbaru