Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan
Senin, 22 September 2025

Sarjana Teknik Elektro, Joey Bangun Putuskan Hidup Dunia Seni

- Minggu, 15 November 2015 14:55 WIB
1.901 view
Sarjana Teknik Elektro, Joey Bangun Putuskan Hidup Dunia Seni
Di Medan tidak banyak seniman yang menggeluti seni drama dan film, apalagi hidup dengan karya-karya itu. Mungkin ada beberapa yang bisa kita sebutkan, salah satunya Joey Bangun. Pria kelahiran Medan ini telah melahirkan karya-karya drama besar. Berawal menjadi aktor di komunitas teater tertua di Bandung, Studiklub Teater Bandung (STB) mementaskan"Merchant of Venice" karya William Shakespeare yang disutradarai oleh Wawan Sofwan.

Lalu pada tahun yang sama Joey  membentuk komunitas teater di kampusnya UK Maranatha Bandung yaitu Teater Topeng. Di Teater ini,  Joey langsung menjadi sutradara untuk pementasan legenda Tiongkok "San Pek Eng Tay". Kemudian komunitas  yang dipimpinnya ini diundang untuk mengikuti Festival Teater Mahasiswa 2004 di Bali dan membawakan lakon Cleopatra yang langsung disutradarai  Joey. Joey sempat bergabung dengan komunitas teater. Main teater persahabatan Indonesia - Merlbourne untuk mementaskan "Serat Sarwa Satwa" di Selaser Sunaryo Art Space. 

Tahun 2004 Sarjana Teknik Elektro ini memutuskan hijrah ke Jakarta untuk mengikuti studi film di SDM Citra Pusat Perfilman H Usmar Ismail. Beberapa kali dia mengikuti workshop dan pelatihan film di Institut Kesenian Jakarta (IKJ). Melihat talenta pria kelahiran Minggu, 9 September 1979 ini,  MD Entertainment, production house film di Jakarta mengajaknya untuk kerjasama menjadi asisten sutradara di beberapa sinetron. Salah satu yang terbesar adalah Bawang Merah Bawang Putih tahun 2005 lalu.

Tahun 2006 Joey kembali ke Bandung membentuk komunitas Teater Aron, komunitas teater modern yang mengangkat seni tradisi Karo. Bersama Teater Aron pula dia mendapat anugerah Rekor MURI untuk pementasan Teater 36 jam nonstop dengan 7 bahasa. Teater Aron lalu mementaskan legenda-legenda terbesar Karo seperti Pawang Ternalem (2008) dan Putri Hijau (2009) di Taman Ismail Marzuki Jakarta. 

Tahun 2008 TVRI Jakarta mengajak putra sulung pasangan Alm ES Bangun dan N Br Sitepu ini  untuk bekerjasama menggarap sinetron Karo pertama berjudul Nande Rudang yang lokasi syuting di Tiganderket, Tanah Karo. Selesai sinetron Nande Rudang, TVRI kembali mengajak bergabung untuk produksi sinetron berlatarbelakang Batak Toba berjudul Anak Siampudan.

Tahun 2010 Joey Bangun memutuskan untuk hijrah ke kota kelahirannya Medan. Di kota ini pula dia mendirikan production house Aron Arts. Bersama production house miliknya itu dia memproduksi film dan album video klip. Aron Arts telah memproduksi 12 film dan 15 album video klip. Beberapa film yang disutradarainya adalah Anak Mami (Karo), Melumang La Kepaten (Karo), Erpudun La Erpadan (Karo), Boru Panggoaran (Toba) dan Anak Medan.

Tahun 2011, Teater Aron pimpinan Joey Bangun diundang oleh Wali Kota Solo saat itu Joko Widodo untuk mengikuti Solo International Performing Arts (SIPA). Ketika itu Teater Aron yang mewakili Sumut membawakan tari topeng Gundala Gundala asal Karo. Tahun 2015 ini pula Moderamen GBKP (Gereja Batak Karo Protestan) mengundang Teater Aron untuk mementaskan Zending tentang sejarah penginjilan Karo dan asal muasal terbentuknya GBKP. Pertunjukan ini dipentaskan di Open Stage Berastagi pada Maret lalu kemudian dipentaskan di Jakarta bulan September.

Di dunia sastra Karo, Joey Bangun bukan orang baru. Dia telah melahirkan beberapa buku diantaranya buku kumpulan cerpen Kisah Karo Tempo Dulu dan buku legenda Pawang Ternalem yang diterbitkan oleh Kabupaten Langkat. Tahun 2015 ini dia mendirikan website museum digital Karo Mejuahjuah.net.

Selain di film, teater, dan sastra, Joey Bangun juga aktif di fotografi. Dia membentuk komunitas Digital Imaging Society (DISc) komunitas penggiat Digital Imaging (DI) yang kemudian menjadi komunitas DI terbesar di Indonesia. Di fotografi pula bersama production housenya Aron Arts menyelenggarakan event workshop dan hunting fotografi. Dia juga pernah mengundang beberapa pakar fotografi Indonesia ke Medan seperti Sebastian Kisworo (Jakarta), Budi Cc-Line (Yogyakarta), Hafizh Photo (Aceh) dan Fitra Pranadjaja (Jakarta). Atas prestasinya di bidang fotografi dia ditunjuk untuk menjadi Ketua Komunitas Fotografi Indonesia (KFI) regional Sumut.Tahun 2014 menjadi tahun terbesar dalam karir fotografi Joey Bangun saat dia diangkat menjadi salah satu Tim Kreatif di 1x.com, website fotografi terbesar di dunia yang berpusat di Swedia.

 Joey kini mantap menjalani hidupnya di dunia seni dan budaya. Sedari kecil Joey  memang sudah menunjukkan bakat  bakat seni yang dimilinya  seperti melukis ,bermain musik berkreasi dan drama. Saat masih menjadi anak sekolah minggu, ia sudah sering ambil bagian  menjadi pemain dalam drama yang ditampilkan. Beranjak dewasa, dia semakin mengembangkan talenta yang dimiliknya. Tahun 1998 dia sudah sibuk menjadi Model Catwalk dan Iklan di kota kembang Bandung. Pada tahun 2003,  dia memutuskan hidup untuk seni. "Dalam dunia seni,  saya bisa mengeksploitasi kehidupan dengan karya. Hidup saya jadi lebih berwarna saat berkesenian. Ketika kita menciptakan karya dan diaperasiasioleh orang banyak disitulah  kepuasan saya dalam menikmati kehidupan ini, tidak lebih dari itu," jelas Joey mengakhiri.(R5/h)


SHARE:
Tags
komentar
beritaTerbaru