Medan (SIB)- Kondisi gedung Gereja HKBP Marturia di Pinggiran Kota Medan memprihatinkan. Dindingnya terbuat dari papan sudah lapuk pula. Tiang-tiangnya dimakan rayap. Atap sengnya berlobang-lobang dan tanpa plafon.
Demikian amatan SIB di gereja HKBP Marturia di Jalan Stasiun, Desa Tanjung Gusta, Minggu (7/3) di Pinggiran Kota Medan.
Gereja HKBP Marturia ini merupakan sebuah gereja kecil yang berlokasi di daerah pinggiran rel dan dikelilingi persawahan. Gereja ini adalah sayap dari HKBP Resort Maranatha yang ada di Jalan Perkutut/Jalan Kapten Muslim, Kecamatan Helvetia Tengah, Medan. HKBP Maranatha sendiri digembalakan Pendeta Resort Sabar M. Hutabarat, S.Th.
Bahkan lantainya juga masih semen. Dalam usianya yang sudah 12 tahun, gereja ini perlu pemugaran. Para warga jemaat merasakan, gereja tersebut bukan sekedar rumah ibadah, melainkan bagian dari proses pembentukan jati diri mereka.
PERLU SENTUHANMelihat antusiasme jemaat untuk terus bertumbuh, pimpinan-pimpinan gereja tersebut pun sepakat untuk memugarnya. Rencana peletakan batu pertama pada 3 April 2016 mendatang. Saat ini dana yang sudah berhasil digalang panitia sekitar Rp 60 juta. "Tahun ini kita akan mulai pembangunan. Kami berharap ada pihak-pihak yang mau turun dana atau bahan bangunan atau tenaga," harap Halomoan Sinaga, uluan jemaat Marturia.
Diberitakan sebelumnya, Kepala Desa Tanjung Gusta Wibowo dan staffnya serta Kepala Lorong Dusun 1 Ng Tarigan dan Kepling Lingkungan 1 Ina yang hadir menyatakan mereka sangat mendukung pemugaran gereja tersebut. "Pembangunan gereja ini lebih cepat lebih baik. Mari kita sama-sama menyingsingkan lengan baju, bekerjasama mewujudkan pembangunan ini," ajak Wibowo.
Sementara itu, dalam khotbahnya Pendeta Sabar M Hutabarat dalam ibadah yang memaknai sepotong kisah pelayanan rasul Paulus di kitab suci mengatakan, membangun kepercayaan di tengah jemaat dan masyarakat merupakan hal penting dalam sebuah pelayanan.
"Meski masa lalu kerap dipandang sebagai sebuah bayang-bayang, pelayanan di tengah jemaat dan masyarakat tetap menjadi hal utama. Tugas kita saat ini, bagaimana kita bisa membangun kepercayaan,†cetusnya.
Lebih jauh, Kata Sabar Hutabarat yang juga mantan praeses HKBP itu, hidup di dalam Kristus adalah berani meninggalkan masa kelam dan bertransformasi ke hidup yang kudus. Dan totalitas hidup diperuntukkan untuk Ilahi dan berkat bagi sesama manusia.
Karena itu, sambungnya, pengharapan harus tetap dijaga. Bahkan, ketika gereja Marturia kini sedang dalam proses penggalangan dana guna pemugaran gedung gereja yang didera usia, Pendeta Sabar Hutabarat mengajak para jemaat untuk makin bersemangat melayani dan mencari donator.
Selain itu, Pimpinan (Uluan) jemaat, Rasmi Halomoan Sinaga menyebut gereja tersebut menjadi ruang untuk bertemu, berinteraksi, menguatkan ikatan batin antar sesama jemaat dan ruang berbagi kasih.
"Dulu anak-anak sekolah minggu kejauhan bergereja ke HKBP Hatopan, Medan Sunggal. Itu pada 1998. Baru pada 2004, ada inisiatif membangun fisik gereja di sini," terangnya.
(A22/h)