Saudara-saudari yang diberkati Tuhan!
Ada dua hal yang perlu kita renungkan lewat bacaan di atas, yang pertama: Apa yang bisa dilakukan orang ketika dituduh bersalah? Dia bisa mengakuinya dan menerima hukuman dengan tidak melawan. Dia bisa saja berkelit, dan/atau melemparkan kesalahan kepada orang lain. Dia bisa melarikan diri untuk mengelak konsekuensi kesalahannya. Bagaimana kalau tuduhan itu sudah terbukti? Dia masih bisa menolak kalau memang keras kepala, namun yang pasti, ia tidak akan dapat menghindar dari konsekuensinya.
Israel jelas tidak dapat mengelak tudingan dosa dari Tuhan lewat Nabi Hosea. Tuhan kenal mereka luar-dalam, tidak ada gunanya sembunyi ataupun pura-pura tidak ada masalah. Justru karena mereka dan Tuhan ada relasi yang hidup, mereka tidak dapat melarikan diri dari tangan Tuhan. Hukuman Tuhan pun mereka tidak dapat elakkan.
Akan tetapi, sejarah Israel menunjukkan kebebalan mereka. Bukan hanya mereka masih menyombongkan diri, merasa tidak akan ada apa-apa, mereka malah mencoba mencari jalan keluar, minta pertolongan dari bangsa lain. Artinya mereka berkeras kepala untuk tidak mengakui dosa mereka di hadapan Tuhan, dan bersikukuh untuk membenarkan diri mereka sendiri. Akibat yang mereka alami adalah kehancuran akan menimpa mereka tanpa dapat mereka elakkan. Pada saat itu jangan harap mereka dapat selamat!
Kita tidak dapat menghindar dari Allah yang maha kuasa, maha ada, dan maha tau! Semakin mencoba menghindar, semakin kacau hidup kita. Jangan coba-coba melawan, bahkan menggunakan kuasa lain untuk menangkis hukuman Allah. Semakin melawan, semakin Tuhan akan menghajar kita. Jalan satu-satunya adalah mengakui kesalahan kita, bertobat dan mohon pengampunan-Nya. Memang konsekuensi kesalahan harus kita tanggung di dunia ini akan tetapi ingat, Kristus sudah menanggung hukuman fatal dosa kita. Jadi, bersikaplah jantan! Jangan lari menghindar akibat dosa, hadapi dengan terbuka di hadapan Allah dan minta belas kasih-Nya agar kita dapat menanggungnya dengan besar hati, orang lain pun melihat sikap kita menjadi terbangun imannya.
Saudara-saudariku, yang kedua : Bagaimana perasaan kita ketika seseorang yang pernah kita tolong atau bantu, tiba-tiba melupakan kita? Padahal ketika datang meminta pertolongan, dia menunjukkan sikap yang baik, memohon dengan sangat dan penuh dengan kerendahan hati. Atau bagaimana perasaan kita ketika orang yang kita kasihi dan sayangi tiba-tiba mengkhianati kepercayaan yang telah kita berikan kepadanya? Pasti hati kita sedih, kecewa, marah, atau mengambil keputusan tidak akan membantu lagi ketika dia akan minta tolong kembali. Lalu bagaimana jika kita sebagai manusia yang telah diselamatkan tiba-tiba berbalik dan mengkhianati kasih Tuhan?
Sekali lagi, perikop hari ini berbicara mengenai umat Israel yang telah melukai hati Tuhan. Padahal Tuhan sangat sayang kepada mereka. Mereka berkhianat dengan mencari Allah lain, mereka hidup di dalam perzinahan rohani. Hidup mereka penuh dengan kekerasan dan kebencian bahkan sampai menumpahkan darah. Bagaimana Tuhan menyikapi hal tersebut? Tuhan menjauh dari mereka agar mereka menyadari kebutuhan mereka akan Dia. Juga Tuhan menghukum mereka melalui nubuat para nabi yang salah satunya adalah Hosea. Tuhan menolak ritual mereka yang sekedar rutinitas persembahan kurban. Lalu apa yang diharapkan Tuhan dari mereka? Pertobatan yang sejati melalui sikap yang mau berbalik dan pengenalan akan Allah dengan sungguh-sungguh.
Kita sebagai orang yang telah menerima anugerah Tuhan perlu terus-menerus menjaga hubungan kita dengan Tuhan. Jangan kita menganggap bahwa dengan sering beribadah, memberi persembahan yang banyak sudah menjadi jaminan hidup kita berkenan kepada Tuhan. Hal ini hanya salah satu bagian dari merespons keselamatan yang dari Tuhan. Yang lebih penting adalah bagaimana kita beribadah dengan memberikan hidup kita berkenan kepada-Nya (Roma 12:1). Selain itu kasih kepada Tuhan dan kepada sesama perlu diaktualisasikan dalam kehidupan sehari-hari. Kita tentunya tidak mau ditinggalkan oleh Tuhan, bukan? Maka kita perlu bertobat.
(d)