Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan
Kamis, 10 Juli 2025

Keselamatan dari Tuhan Sudah Dekat

(Mazmur 85:9-14)
Redaksi - Minggu, 06 Desember 2020 11:14 WIB
741 view
Keselamatan dari Tuhan Sudah Dekat
Foto Dok/Pdt Dr Luhut P Hutajulu
Pdt Dr Luhut P Hutajulu
Ketika sedang terpuruk, kita baru menyadari bahwa kita membutuhkan kekuatan lain untuk menopang kehidupan kita, yaitu Tuhan. Namun, ketika situasi kehidupan sedang berjalan baik, semua terlihat aman dan berjalan lancar, apakah kita tetap membutuhkan Tuhan?

Pada tahun ini kita dalam suasana prihatin karena wabah Covid-19 sedang melanda seluruh dunia, termasuk Indonesia. Virus ini telah merusak berbagai sendi kehidupan manusia. Banyak keluarga berduka karena kehilangan sanak saudara. Banyak pula yang kehilangan pekerjaan. Anak-anak yang harus belajar di rumah kehilangan kesempatan untuk bergaul dengan teman-teman sebaya.

Umat gelisah karena tidak dapat beribadah sebagaimana mestinya. Dilaporkan juga bahwa angka kekerasan dalam keluarga, bahkan perceraian meningkat. Kondisi ini diperparah dengan maraknya politik identitas yang meningkatkan ujaran kebencian, intoleransi beragama dan etnis, radikalisme agama, serta perpecahan di antara kelompok-kelompok dalam masyarakat kita.

Seluruh situasi krisis ini mengingatkan kita bahwa sebagai manusia kita sesungguhnya rapuh, baik secara fisik maupun psikis. Kita dengan mudah bisa terjebak dalam keputusasaan akibat beratnya beban kehidupan yang harus kita kelola. Kita rentan terhadap keserakahan yang kerap menjebak kita untuk melakukan korupsi, serta ketidakadilan dalam relasi dengan orang lain maupun dengan lingkungan. Tubuh kita dengan mudah bisa sakit akibat terinfeksi virus, bahkan kita bisa meninggal seketika hanya karena sebuah kelalaian kecil. Keganasan virus ini juga menegaskan bahwa kita semua sama sebagai manusia, sekalipun profesi kita berbeda, suku kita berbeda, agama kita berbeda, pendidikan dan jabatan kita berbeda. Covid-19 mengingatkan bahwa kita semua bisa diserangnya dan karenanya kita saling membutuhkan dengan lainnya.

Ketika umat Israel sedang terpuruk, mereka berdoa supaya Tuhan mengampuni kesalahan mereka dan memulihkan keadaan mereka. Mereka pun berkata, "Aku mau mendengar apa yang hendak difirmankan Allah, TUHAN. Bukankah Ia hendak berbicara tentang damai kepada umat-Nya dan kepada orang-orang yang dikasihi-Nya, supaya jangan mereka kembali kepada kebodohan? " (ay. 9). Hanya mereka yang takut akan Tuhan yang dapat berharap menikmati keselamatan. Keadilan dan damai sejahtera akan diberikan Tuhan di negeri orang-orang yang memuliakan nama-Nya.

Mazmur ini kiranya menjadi pengajaran berharga bagi kita. Bertekun untuk mendengarkan firman Tuhan kiranya menjadi kebutuhan kita. Demikian pula, kita perlu menghayati kasih dan kesetiaan Tuhan atas banyak orang. Melakukan dan memperjuangkan keadilan sebagaimana yang dikehendaki Tuhan juga seharusnya menjadi kewajiban kita. Jika kita berbuat demikian, Tuhan akan berjalan di hadapan kita. Hal itu akan membuat jejak kaki Tuhan menjadi jalan bagi kita dan sesama. Kiranya damai Tuhan beserta kita.
Pengalaman akan kehadiran Allah menggerakkan kita untuk mengikis habis ujaran kebencian, berita bohong, intoleransi, dan tindakan kekerasan apapun dengan tetap berbuat baik. Pengalaman akan kehadiran Allah juga meneguhkan kita untuk bersaksi tentang belas kasihan dan kemurahan Allah di tengah pandemi Covid-19, dengan cara bermurah hati dan saling bertolong-tolongan menanggung beban sesama kita. Kita melakukan semua itu sambil membangun kerjasama dengan pemerintah dan semua pihak yang bekerja keras untuk menanggulangi dampak pandemi Covid-19 guna menghadirkan kebaikan bagi negeri ini. Kita yakin bahwa dalam segala tantangan dan kesulitan hidup, Allah tetap beserta kita. Ia membawa terang di tengah kegelapan; memberi harapan di tengah keputusasaan. Tuhan memberkati. (d)

Sumber
: Hariansib Edisi Cetak
SHARE:
Tags
komentar
beritaTerbaru