Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan
Kamis, 28 Agustus 2025

Pengharapan Mesianik

(2 Samuel 7:1-16)
Redaksi - Minggu, 20 Desember 2020 10:43 WIB
1.864 view
Pengharapan Mesianik
Foto Dok
Pdt Sunggul Pasaribu
Seorang gadis muda mengikuti sebuah kebaktian misionaris setempat. Saat mendengarkan kesaksian di ladang misi tersebut, ia tahu bahwa Allah memanggilnya menjadi seorang misionaris. Dia berdoa untuk itu dan membicarakannya dengan teman-temannya. Ia yakin bahwa itu adalah panggilannya. Jadi setelah lulus dari SMU, dia masuk ke sekolah Alkitab. Setelah lulus dia bersiap-siap untuk terjun ke ladang misi.

Beberapa minggu sebelum ia berangkat, musibah terjadi. Satu-satunya saudara wanitanya meninggal dunia bersama dengan suaminya dalam kecelakaan lalu lintas. Mereka meninggalkan 4 anak yang masih kecil-kecil. Karena tidak ada lagi saudara lain, maka hak asuh anak-anak itu diserahkan kepada wanita tersebut. Dia tidak mempunyai pilihan lain. Sebenarnya dia berencana menitipkan mereka ke panti asuhan supaya dia bisa pergi ke ladang misi, tetapi dalam pergumulan yang berat ia putuskan untuk membesarkan anak-anak itu sendiri. Kecewa? Pasti. Tetapi dia sudah berketatapan untuk menunda ke ladang misi.

Bertahun-tahun kemudian anak-anak itu bertumbuh dalam didikan dan ajaran Alkitab. Keempat anak itu akhirnya menjadi misionaris. Wanita itu sudah terlalu tua untuk menjadi misionaris, tetapi keinginan dan tugas mulia tersebut kini digantikan oleh keempat anak-anak saudaranya tersebut. saudara, kadang keinginan kita tidak sesuai dengan rencana Allah.

Begitu juga dengan apa yang dialami Daud. Ia mempunyai maksud baik, mendirikan rumah bagi Allah. Tetapi Allah berkata bahwa bukan Daud yang akan mendirikannya melainkan anaknya. Tuhan pasti mempunyai maksud baik. Janganlah kecewa bila cita-cita anda yang luhur itu tidak terlaksana. Sebab Allah sedang menyatakan rencana-Nya buat Anda. Tuhan tahu yang terbaik buat Anda. Tinggallah di dalam doa supaya Anda memahami rencana Allah.

Dalam renungan kita pada hari ini, di mana Daud bernazar untuk mendirikan rumah untuk Tuhan sebagai tempat kediaman tabut perjanjian. Sebab dia merasa, alangkah berdosanya bila rumah kediamannya jauh lebih bagus dibandingkan dengan rumah Tuhan. Itulah salah satu yang melatarbelakangi konteks nats renungan ini.

Saudara-saudara yang dikasihi Tuhan!

Ada tiga pokok penting dari janji Allah Bapa kepada Daud. Pertama, janji tersebut bukanlah mengenai Salomo, putra Daud, karena Allah mengatakan bahwa “tahta kerajaannya” akan berdiri selamanya. Meskipun Salomo terkenal akan kekayaan dan kebijaksanaannya, dia secara pasti tidak memerintah selamanya. Di ayat 14, nabi Natan mengatakan kepada Daud, bahwa Allah akan menjadi Bapa dari Raja Besar yang akan dilahirkan dari garis keturunannya. “Aku akan menjadi Bapanya, dan ia akan menjadi anak-Ku.” (2 Samuel 7:14).

Kedua, Raja ini akan memerintah di atas tahta Daud (2 Samuel 7:12). Secara fisik memang Salomo yang duduk di tahta Daud dan membangun bait Allah, tetapi sebenarnya secara rohani janji ini tertuju kepada Yesus Kristus. Matius 1:1 mencatat, bahwa Yesus adalah anak Daud, anak Abraham. Berarti Yesus adalah penggenapan sepenuhnya dari janji Bapa kepada Daud dan kepada Abraham. Kalau Salomo membangun bait Allah secara fisik, maka Yesus membangun bait Allah secara rohani yaitu: batin manusia (1 Kor. 6:19).

Ketiga, Allah menyatakan bahwa Ia akan mewujudkan janji ini (2 Samuel 7:12). Dalam kasih karunia-Nya, Allah Bapa kita tidak hanya memberikan janji, tetapi juga komitmen agar janji itu pasti terwujud apapun situasi dan kondisinya. Yesus Kristus menjadi titik sentral semua janji Allah Bapa kepada manusia di sepanjang generasi. Bersyukurlah atas hal itu dan bangunlah seluruh aspek hidupmu dengan berlandaskan kepada pribadi-Nya dan kebenaran-Nya.

Apa yang dapat kita pelajari dari renungan ini? Bagian ini menekankan kembali kesetiaan Allah kepada Daud dan akhirnya kepada orang-orang pilihan-Nya. Demikian juga di dalam hidup kita sekarang. Ketika kita rindu melayani Tuhan, mempersembahkan sesuatu kepada Tuhan, Tuhan akan kembali mengingatkan kita bahwa bukan kita yang sedang melakukan sesuatu untuk Tuhan, melainkan Tuhanlah yang sedang melakukan sesuatu bagi umat-Nya. Kita boleh tergerak untuk berbagi di dalam melayani Tuhan, tetapi Tuhan akan terus ingatkan bahwa Dia mengerjakan terlalu banyak hal dalam hidup sehingga kita tidak akan pernah merasa telah melakukan sesuatu yang layak bagi Dia.

Ketika dia menawarkan akan membangun bait, Allah menjawab bahwa Dia telah merencanakan takhta Daud tetap untuk seterusnya, dan bahwa Anak Daud akan mendirikan bait bagi Allah. Apa yang kita rencanakan terlalu sempit dan hanya berespons kepada situasi yang sementara dan lingkup yang begitu kecil. Tetapi jikalau kita dengan tulus dan sesuai cara Tuhan rela mempersembahkannya untuk menyenangkan hati Tuhan, maka Tuhanlah yang akan mengaitkan apa yang kita telah lakukan itu ke dalam rencana-Nya yang total dan utuh. Entah itu puji-pujian yang kita nyanyikan, perkabaran Injil, berbagi dalam pelayanan yang dilakukan oleh gereja, atau apa pun juga, biarlah kita lakukan dengan hati yang tulus menurut rencana Tuhan. Pengharapan Mesianik merupakan puncak penggenapan pada kedatangan Yesus Kristus, Anak Daud. Dialah sang Anak Daud yang akan mendirikan Bait Allah yang sejati, yaitu tubuh-Nya sendiri, dan jemaat yang adalah anggota tubuh-Nya. Amin.!

Sumber
: Hariansib edisi cetak
SHARE:
Tags
komentar
beritaTerbaru