I. Pendahuluan
Kekayaan adalah idaman setiap orang. Orang senang berbicara tentang kekayaan dan cara-cara meraihnya. Yang mereka pikirkan tentang kekayaan cenderung berupa materi, yaitu: mobil mewah, rumah besar, sejumlah uang deposito, keliling luar negeri dan hal-hal yang enak-enak. Orang senang berkhayal seandainya bisa menjadi jutawan, maka dia akan dihormati dan dapat meraih segala impian. Kenyataannya sudah kaya tapi ingin tambah kaya. Dunia ini mengidentikkan kebahagiaan dengan kekayaan materi. Manusia bekerja keras dalam hidupnya supaya mendapatkan sejumlah kekayaan materi bahkan bisa mereka wariskan kepada keturunannya.
Memanglah manusia tidak pernah puas akan kekayaan tersebut.
Melalui Nats ini, Rasul Paulus menjelaskan kekayaan di sini bukanlah kekayaan dunia yang kita peroleh melalui kerja keras, namun kekayaan rohani yang kita peroleh melalui anugerah Allah di dalam Yesus Kristus. Apakah kekayaan Rohani itu? Siapakah yang memilikinya dan bagaimana seharusnya sikap orang yang memiliki kekayaan rohani itu? Kita akan menelusuri melalui penjelasan di bawah ini.
II. Penjelasan
A. Apakah kekayaan rohani itu? Kekayaan rohani dalam teks renungan firman Tuhan ini adalah sebagaimana diungkapkan oleh Paulus. Kekayaan yang mungkin tidak menarik bagi orang lain. Kekayaan ini bukanlah dalam bentuk uang tunai atau deposito di bank. Paulus menyebutnya berkat rohani di dalam sorga (ayat 1). Berkat rohani atau kekayaan rohani itu adalah:
1. Allah telah memilih kita. Allah telah memilih kita, bahkan sebelum dunia dijadikan supaya kita kudus dan tak bercacat di hadapanNya (ayat 4). Pemilihan itu bukan karena kehebatan kita, tetapi kasih karunia, ini merupakan inisiatif Allah sebagaimana ditegaskan dalam Injil Yohanes mencatat perkataan Yesus, "Bukan kamu yang memilih Aku, tetapi Akulah yang memilih kamu"(Yohanes 15:16). Tujuan pemilihan itu adalah menjadi kudus dan tidak bercacat.
1.1 Menjadi Kudus
Kudus(hagios) berarti tidak berada dalam kenajisan, tidak ternodai dari hawa nafsu, dari kecemaran dan tidak bercacat di hadapan Allah. Di sini hidup kudus bukan pilihan, berarti suatu keharusan. Dalam Perjanjian Baru, kata kudus mengandung banyak makna dan istilah, antara lain: dikhususkan, didedikasikan, dikonsentrasikan, disucikan dan dipisahkan. Apapun konteks kata itu, semuanya berakar dalam konsep pemisahan dan perbedaan. Hidup kudus berarti hidup yang dipisahkan dan berbeda dari cara-cara dunia, dalam rangka hidup untuk Tuhan. Pemisahan dan perbedaan itu bukanlah untuk hidup mengasingkan diri dari dunia. Mereka hidup di dunia ini, namun perbuatan mereka berbeda dari orang-orang yang tidak mengenal Allah. Misalnya seorang Kristen akan bekerja dan menjalankan aturan-aturan kerja di tempat ia bekerja, bukan karena takut kepada pimpinannya tetapi karena takut Kristus.Bila cukup banyak orang Kristen yang membuat dirinya kudus(hagios) atau berbeda daripada orang lain, maka mereka akan dapat mempercepat terjadinya perubahan dalam masyarakat.
1.2 Tidak Bercacat (amomos)
Segala sesuatu yang kita lakukan misalnya di pekerjaan, rumah tangga, harta, hobby dan lain-lain, harus kita kita lakukan dengan tidak bercacat, karena itulah yang diinginkan Tuhan supaya hidup kita ini menyembah Dia dengan persembahan tubuh yang tidak bercacat.1Kor.10:31"…Jika engkau makan atau jika engkau minum, atau jika engkau melakukan sesuatu yang lain, lakukanlah semuanya itu untuk kemuliaan Allah."
2. Kita beroleh penebusan (ay.7)
Penebusan yang telah dilakukan di bukit Golgota di mana Tuhan Yesus telah mati disalibkan untuk menebus dosa-dosa kita, akan menjadi bagian dari penebusan diri kita sebagai pewaris kerajaan sorga.Allah membebaskan kita dari suatu keadaan di mana kita tidak dapat membebaskan diri kita sendiri.(konsep apolutrosis=penebusan untuk pembebasan).
3. Allah menyatakan rahasia kehendak-Nya kepada kita (ay.9)
Kekayaan orang percaya adalah Allah menyatakan rahasia kehendaknya kepada mereka. Biasanya rahasia tersebut diungkapkan kepada orang yang dipercaya dan dianggap dekat. Dengan demikian kita memiliki pengetahuan sebagaimana disebut, "Sebab di dalam Dia kamu telah menjadi kaya dalam segala hal: dalam segala macam perkataan dan segala macam pengetahuan" (1 Kor 1:5). Allah menyingkapkan rencanaNya, ProgramNya bagi kita melalui Yesus Kristus. Melalui Kristus kita memahami rencana Allah bagi hidup kita dan bagi dunia ini sebagaimana Yesus katakan: "Semua telah diserahkan kepada-Ku oleh Bapa-Ku dan tidak seorangpun mengenal Anak selain Bapa, dan tidak seorangpun mengenal Bapa selain Anak dan orang yang kepadanya Aanak itu berkenan menyatakanNya" (Matius 11:27).
4. Kita dimateraikan oleh roh kudus (ayat 13)
Allah telah menjanjikan kepada kita Roh Kudus, Allah berjanji pada saat Hari Pentakosta. Dan Roh Kudus ini hanya bekerja bagi setiap orang yang percaya dan mengenal Yesus sebagai Juru Selamat umat manusia, ini merupakan warisan yang sangat luar biasa yang bukan warisan akhir tetapi warisan awal berkat surgawi yang akan kita terima kelak yang selengkapnya. Roh Kudus adalah jaminan terhadap apa yang akan kita warisi di masa akan datang. Allah telah membebaskan umat-Nya, tetapi kesempurnaan pembebasan itu masih berlangsung di masa depan. Semua yang percaya adalah pewaris, tetapi warisan tersebut belum diterima semuanya, masih menunggu penyempurnaannya di masa depan.
B. Siapa yang memiliki kekayaan rohani itu?
Kekayaan rohani itu diberikan sebagai anugerah Allah bagi mereka yang percaya kepada Kristus. Namun kekayaan rohani tidak tidak terkumpul dengan sendirinya. Sebagaimana mempunyai rekening bank tidak otomatis terkumpul. Dibutuhkan perjuangan keras sebagaimana dalam Matius 6:20 menyebutkan, "Timbunlah bagi dirimu harta di sorga". Ternyata tidak cukup sekedar mempunyai agama agar kita memiliki kekayaan secara rohani. Kita perlu memupuk hubungan yang erat dengan Allah, Sebagaimana Yesus mengatakan, "Di mana hartamu di situlah hatimu" (Matius 6:21). Jika kita menjadikan kekayaan rohani harta yang abadi tentu hati kita akan ke sana. Orang yang kaya rohani akan merasa miskin di hadapan Allah sebagaimana kata Yesus: "berbahagialah mereka yang miskin di hadapan Allah karena merekalah yang empunya kerajaan Allah" (Matius 5:3). Apa yang dimiliki saat ini belumlah seberapa dibandingkan ke masa yang akan datang. Karena itu dia terus akan berjuang mendapatkannya.
Renungan
Dalam situasi kita sekarang yang diancam Covid-19, membuat kita takut dan tidak tahu mau berbuat apa. Banyak orang mengorbankan kebahagiaan mereka karena terlalu fokus dalam memenuhi kekayaan harta benda dan mencari uang sebanyak-banyaknya. Mereka rela mengorbankan kesehatan dan waktu terbaik dengan keluarganya. Di sisi lain banyak orang tua yang berpikir bahwa jika ia sudah memberikan sarana pendidikan yang terbaik, kebutuhan sandang pangan yang berlimpah serta warisan materi berlimpah bagi anak-anaknya berarti ia sudah memenuhi kewajibannya sebagai orang tua yang sukses. Namun mereka lupa bahwa harta warisan sejati terbaik bagi anak-anak dan setiap keturunan bagi setiap generasi adalah warisan iman dan karakter yang berkualitas. Kebahagiaan keluarga semakin didorong karena banyak waktu berkumpul sebagai dampak Covid-19 bekerja dan belajar sekolah di rumah, menjadi kesempatan menciptakan suasana "kegembiraan" dan "kemesraan sukacita" dan beribadah-berdoa bersama. Semua berkat rohani itu Allah tuangkan di dalamKristus Yesus. Malah Kristus sendiri adalah berkat Allah bagi manusia.
Oleh karena karya penyelamatanNya kita telah menerima segala berkat rohani. Kita telah menjadi anak-anak Allah. Tentu yang menjadi fokus perhatian kita bukan semata-mata kekayaan di dunia ini sebagaimana Yesus menegaskan, "Apa gunanya seorang memperoleh seluruh dunia tetapi kehilangan nyawanya?" (Matius 16:26). Nyawa jauh lebih berharga daripada seluruh harta di dunia ini, kekayaan dunia menjadi tidak berarti tanpa kekayaan dan kemenangan rohani dan itu adalah anugerah Allah (Efesus 2:8-9).
Kita menyadari banyak rencana-rencana kita ke depan tahun 2021 ini, namun perlu diingat apakah rencana kita itu kita susun untuk mencari kekayaan rohani atau hanya untuk mencari kekayaan duniawi. Pilihan ada pada setiap kita!!!. (f)
Sumber
: Hariansib edisi cetak