Saudara-saudara yang dikasihi oleh Yesus Kristus, khususnya pembaca harian Sinar Indonesia Baru (SIB) dimanapun berada saat ini, simaklah syair lagu berikut ini:
"Kekuatan serta penghiburan diberikan Tuhan padaku,
Tiap hari aku dibimbing-Nya tiap jam dihibur hatiku.
Dan sesuai dengan hikmat Tuhan, 'ku dib'rikan apa yang perlu.
Suka dan derita bergantian memperkuat imanku."
Inilah salah satu syair lagu yang sudah diterjemahkan ke dalam beberapa bahasa di dunia termasuk ke dalam bahasa Indonesia (lihat KJ. No 332:1). Judul asli lagu ini adalah Day by Day ciptaan Carolina Sandell Berg (1865). Walaupun lagu ini sudah sangat lama diciptakan tetapi makna yang terkandung di dalamnya tetap memberikan inspirasi dan pertumbuhan iman dan harapan serta kekuatan kepada kita dalam menghadapi berbagai macam kehidupan. Mengapa? Karena syair lagu ini mengingatkan kita akan kehadiran Allah selalu dalam kehidupan kita. Allah tidak pernah lalai, bosan, lupa bahkan tidak pernah meninggalkan kita. Allah setia dan kekal. Kasih setianya sepanjang masa. Maka bagi yang mencintai lagu ini (termasuk saya) percaya bawa kita akan selalu dibimbing oleh Tuhan dan diberikan kekuatan.
Memasuki tahun 2021 ini banyak bencana nasional yang terjadi khususnya di negara kita. Seperti jatuhnya pesawat Sriwijaya Air (SJ 182), banjir di kab. Hulu Sungai Tengah Kalimantan Barat, gempa bumi di Mamuju Sulawesi Barat, tanah longsor di Sumedang Jawa Barat dan tanah longsor di Berastagi Sumatera Utara, dan bencana lain yang sudah terjadi. Peristiwa ini menimbulkan kesedihan yang luar biasa sebab membawa banyak korban manusia dan mahluk hidup serta kerugian yang sangat besar. Namun demikianlah yang terjadi semuanya sepengetahuan yang Maha Kuasa. Melihat banyaknya kejadian itu barangkali berbagai pertanyaan yang muncul. Dimanakah Allah? Mengapa Allah membiarkan bencana ini terjadi? Apakah ini tanda-tanda akhir zaman?
Khotbah hari ini, Yesaya 40:27-31 mengingatkan kita sebagai umat Allah agar selalu datang dan berharap kepada Tuhan yang Maha Pengasih. Manusia memiliki keterbatasan dan suatu saat akan mengalami gelombang kehidupan yang bervariasi. Sebagaimana yang dikatakan oleh penulis kitab Pengkhotbah bahwa segala sesuatu ada waktunya: "Ada waktu untuk menangis, ada waktu untuk tertawa, ada waktu untuk meratap, ada waktu untuk menari (Pengk. 3:4). Tidak selamanya kita bersenang-senang, ada kalanya kita mendapat kesedihan, tidak selamanya kita kuat suatu ketika kita lemah dan tidak berdaya. Tetapi dalam situasi itupun Allah tidak pernah meninggalkan kita. Atas semua yang terjadi membuktikan bahwa manusia tidak ada daya, kekuatan untuk melawan kesulitan dan pencobaan selain daripada mengandalkan kekuatan Allah sendiri.
Demikianlah kehidupan umat Allah yang disebut sebagai keturunan Yakub dan Israel yang digambarkan dalam teks renungan Minggu ini. Penulis kitab Yesaya Kedua (Deutero Yesaya Kedua, pasal 40-55) mengangkat sebuah masa kehidupan kelam yang pernah dialami oleh umat Allah yakni ketika mereka berada di pembuangan (Babilonia 587/6 sM). Mereka merasakan bahwa mereka ditinggalkan oleh Allah bahkan merasa dihukum oleh Allah: "Hidupku tersembunyi dari Tuhan, dan hakku tidak diperhatikan Allahku? (ay. 27) Mereka merasa diri dihukum oleh Allah dan tidak pernah dilihat Allah. sebab mereka mengalami kehidupan yang sangat jauh dari sebelumnya. Dulunya mereka bebas menikmati kemakmuran dan kesejahteraan di tanah kelahiran (leluhur) mereka yakni di Yerusalem. Tetapi ketika dalam pembuangan mereka merasa sama sekali tidak berarti apa-apa. Mereka hidup dalam penindasan oleh bangsa sekitar yang adikuasa saat itu. Namun sekalipun demikian bukan berarti Allah tidak campur tangan kepada mereka, bahkan Allah tidak pernah melupakan mereka. Allah tidak menghukum mereka dan tidak menutup mata kepada kehidupan mereka yang dalam pembuangan itu. Allah selalu menyertai dan memperhatikan mereka. Buktinya mereka bisa hidup, bekerja, beribadah walupun tidak seperti biasanya, termasuk regenerasi dan prokreasi. Melalui suasana kehidupan seperti itu mereka tetap meyakini bahwa Tuhan ialah Allah yang kekal. Dialah yang menciptakan langit dan bumi. Sehingga mereka tidak terpengaruh untuk menyembah dewa-dewa baal di sekitar Babel.
Allah tidak pernah menutup kasih-Nya kepada umat-Nya yang percaya dan datang kepada-Nya. Bukan hanya ketika hidup senang, gembira, bahagia tetapi juga ketika menghadapi bentuk penderitaan. Allah pasti menjaga umat-Nya dan tidak membiarkan kita jatuh kepada keputus-asa-an. Namun Allah menghendaki kita agar tetap memelihara iman kita. Jangan memilih jalan buntu dan apatis, jangan hilang kendali dan arah hidup. Tetapi menjalani hari-hari hidup dengan penuh ucapan syukur kepada-Nya. Itulah yang disebutkan dalam teks ini: "Orang-orang yang menanti-nantikan Tuhan mendapat kekuatan baru. Mereka seumpama rajawali yang naik terbang (ay.31)." Biasanya burung raja wali terbang sangat tinggi sehingga dia merasa bebas dari musuh-musuhnya. Dia bebas menikmati hidup dan menghirup udara bersih dan tidak bergabung dengan burung-burung lain yang kotor. Kemudian burung rajawali ini bisa terbang tinggi dengan bebas di bawah langit. Namun suatu saat burung ini pasti lelah dan capek. Lalu dia bisa terbang tanpa menggerakkan sayapnya di udara mencari nafkah. Tetapi tidak bisa bertahan lama. Ketika burung rajawali melatih anaknya terbang dia membawa terbang tinggi ke udara dan tiba-tiba akan dilepaskan. Lalu anaknya ini akan mencoba terbang dan menggunakan sayapnya. Bila anak rajawali ini lelah induk rajawali ini akan menangkapnya dan menggedongnya kembali ke sarangnya. Itulah yang dilakukan dalam melatih anaknya itu sehingga hari demi hari menjadi kuat dan berpengalaman. Kira-kira demikianlah gambaran hidup kita yang selalu dikendalikan oleh Allah. Ada kalanya kita lelah, lesu dan capek tetapi Allah menggendong kita kembali. Ketika kita hampir jatuh Allah menangkap kita sehingga kita selamat. Ketika kita menjauh dari Tuhan kita diingatkan untuk kembali kepada-Nya dengan cara dan pikiran Allah sendiri. Sebab Dia tidak menjadi lelah dan tidak menjadi lesu, tidak terduga pengertian-Nya (ay. 28).
Maka inti dari renungan ini ialah agar kita tetap menantikan kuasa Allah terjadi dalam hidup kita. Pertama, sebagai manusia ciptaan Allah kita memiliki keterbatasan akan daya, tenaga, kuasa dan kemampuan kita. Tidak sempurna dan memiliki banyak kekurangan. Kita manusia yang lemah dan berdosa di hadapan Allah. Kita hidup hanya karena oleh anugerah-Nya. Kedua, dalam perjalanan hidup ini tidak terlepas dari berbagai persoalan bahkan penderitaan. Kita menghadapi berbagai ragam pencobaan yang silih berganti.
Tetapi pencobaan yang kita alami janganlah membuat kita menjauh dari Tuhan. Kesulitan yang kita alamai akan memperkuat iman kita kepada-Nya. Ketiga, yang paling penting ialah sebesar apapun penderitaan yang kita alami Allah tidak membiarkan kita binasa, hancur-luluh. Tuhan ialah Allah yang kekal Dia Hidup dan bergerak. Dia tidak tingal diam.
Hingga saat ini virus korona (Covid-19) belum tuntas dari Indonesia bahkan dari beberapa negara di dunia ini. Setiap hari masih ada korban yang bertambah. Kita berharap musibah ini segera berakhir dari muka bumi. Kita menantikan mujijat nyata dari Allah untuk memusnahkan virus berbahaya ini. Seiring dengan penemuan vaksin dan obat yang dilakukan oleh pemerintah bekerjasama dengan pihak berwajib. Namun dalam menghadapi pencobaan besar ini kita diberi hikmat untuk selalu memperhatikan protokoler kesehatan melalui "4 M. Selalu memakai masker, sering mencuci tangan, selalu menjaga jarak dan selalu menghindari kerumunan. Hal ini boleh menjadi kekuatan kita juga untuk mencegah dan meminimalisasi serta memutus mata rantai penularan virus ini di sekitar kita. Sembari kita menanti-natikan kekuatan dan pertolongan Tuhan terjadi.
Kepada para pengikut Kristus di sepanjang zaman, Tuhan Yesus mengajak kita untuk datang dan berseru kepada-Nya. Sebab Yesus adalah Allah kita yang hidup kepada-Nya kita mengadu. Sebagaimana yang ditulis oleh Injil Matius: "Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu. Pikullah kuk yang kupasang dan belajarlah pada-Ku, karena Aku lemah lembut dan rendah hati dan jiwamu akan mendapat ketenangan. Sebab kuk yang Ku-pasang itu enak dan beban-Ku pun ringan (Mat.11:28-30). Perkataan Yesus ini memberikan harapan dan jaminan kepada kita bahwa Allah bersama-sama dengan kita di sepanjang waktu kehidupan kita, baik suka maupun duka Allah beserta kita (Imanuel). Ajakan Yesus ini sangat berguna bagi kita saat ini dalam menghadapi berbagai pergumulan hidup. Yakni umat Allah yang tergabung di dalam persekutuan orang-orang kudus dan percaya (baca: gereja). Kita percaya akan penyertaan dan penghiburan dari Tuhan Allah sendiri.
Perkataan Yesus ini sekaligus mengingatkan kita kepada masa Pasion yakni masa sengsara Tuhan Yesus Kristus. Itulah sebabnya hari ini kita sudah masuk di minggu Sexagesima artinya 60 hari sebelum kebangkitan Yesus Kristus. Mempersiapkan diri untuk menyambut hari keselamatan kita melalui kasih Allah di dalam diri Yesus Kristus. Maka tepatlah topik khotbah ini Allah kekuatan kita. Amin! (f)
Sumber
: Hariansib edisi cetak