Di tengah Covid-19 ini kita dianjurkan Memakai masker, Menjaga jarak dan Mencuci tangan (3M). Para dokter sering menasihati kita untuk cukup tidur nyenyak, makan yang seimbang, dan olahraga teratur untuk meningkatkan daya tahan tubuh. Sangat betul! Namun, riset mutahir menunjukkan bahwa selain itu, juga diperlukan suasana hati yang gembira, tertawa, sebab khasiat tertawa sama tingginya dengan cukup tidur, makan seimbang, dan olahraga yang teratur. Berbagai riset di sejumlah sekolah kedokteran di AS menunjukkan bahwa pada saat kita tertawa, otak menghasilkan hormon endorphin.Hormon tersebut diperlukan untuk kekebalan atau imunitas tubuh, sehingga tubuh bisa melindungi diri dan melawan rupa-rupa penyakit yang sewaktu-waktu bisa masuk ke dalam tubuh termasuk Covid-19 yang kita hadapi deawasa ini.
Tertawa juga memicu sejumlah perubahan fisik di dalam tubuh. Saat tertawa, kita bernafas lebih dalam, sehingga menambah pasokan oksigen ke dalam tubuh, merangsang banyak organ tubuh mulai dari jantung, paru-paru, dan relaksasi otot. Tertawa juga merangsang sirkulasi darah, menangkal rasa nyeri, menghambat kerusakan atau penuaan sel-sel tubuh sehingga membuat kita awet muda.
Tertawa juga berguna untuk kesehatan jiwa. Pada saat tertawa otak kita melumpuhkan hormon-hormon jahat yang menimbulkan perasaan cemas, tertekan, atau stress. Pada waktu yang sama, otak justru akan menghasilkan hormon baik yang menimbulkan rasa tenang dan damai.
Pokoknya, tertawa mulai dari sekedar tersenyum simpul sampai tertawa terpingkal-pingkal, asalkan wajar dan bukan dibuat-buat, sungguh bermanfaat. Pada saat tertawa, lima belas macam otot di wajah langsung berkontraksi secara serempak. Dampaknyaa otot-otot yang semula kaku mengerut langsung mengendur, membuat wajah jadi tampak ramah dan manis menarik.
Sebetulnya, orang zaman dulu pun sudah menyadari hal itu. Pengarang Amsal menulis,"Hati yang gembira adalah obat yang manjur…"(Ams.17:22). Akan tetapi, jangan kira tertwa itu gampang. Kapan terakhir kali Anda tertawa? Apakah hari ini Anda sudah tertawa? Sudah berapa kali? Sebenarnya, setiap anak kecil sering ketawa. Entah kenapa, ketika sudah besar jadi jarang ketawa.
Sampai akhirnya, banyak orang jadi lupa alias tidak tahu bagaimana cara ketawa. Akibatnya, ada orang yang susah ketawa. Mungkin kita susah ketawa karena salah anggapan. Kita anggap segala sesuatu harus dilakukan dalam suasana serius. Memang, kita ingin menghasilkan mutu kerja yang optimal, sehingga kita berkonsenterasi dan berupaya sungguh-sungguh. Akan tetapi, kinerja yang bermutu bisa juga dihasilkan dalam suasana santai.Itu makanya ada istilah"sersan", artinya serius tetapi santai. Karena yang banyak menentukan keberhasilan kerja adalah kegembiraan. Tanpa kegembiraan kerja maka pekerjaan apa pun akan bagaikan tekanan atau hukuman. Pengarang Kitab Pengkhotbah bahkan menyatakan bahwa kegembiraan kerja adalah hal yang paling perlu diperlukan. Ia menulis,"Taka da yang lebih baik bagi manusia dari pada makan dan minum dan bersenang-senang dalam jerih payahnya"(2:24a).
Artinya, orang yang bahagia adalah orang yang bisa bergembira dengan pekerjaannya dan dengan rezeki hasil pekerjaannya.
Sepiring nasi dengan ikan asin terasa lebih sedap jika kita mensyukurinya sebagai rezeki hasil jerih payah dengan rasa senang daripada rupa-rupa makanan mahal yang sebenarnya bukan hasil kerja atas yang kita makan dengan perasaan jengkel. Perhatikan bahwa ayat itu masih ada lanjutannya:"Aku menyadari bahwa inipun dari tangan Allah. Karena siapa dapat makan dan merasakan kenikmatan di luar Dia?"(Pkh.2:24-b dan 25). Ia mengaku bahwa kesempatan kerja dan rezeki hasil kerja datang dari Tuhan, sebab itu ia mensyukuri.Kecenderungan manusia untuk tidak menikmati apa yang sudah dipunyainya, tetapi menginginkan dengan serakah hal-hal yang belum dimiliknya adalah sumber utama kekecewaan. Begitulah, semua harta yang kita miliki dalam pekerjaan yang sesungguhnya indah dan menyenangkan tetapi menjadi buruk dan membosankan karena indera kita terbius oleh nafsu memiliki sesuatu yang belum kita punya. Jadi bagaimana supaya kita gembira dalam pekerjaan kita. Johann Wolfgang dari Goethe seorang filsuf asal Jerman mengatakan,"Bukan mengerjakan apa yang kita sukai, melainkan menyukai apa yang harus kita kerjakanlah yang membuat hidup kita bahagia."Jadi pendekatan utama yang benar ialah:carilah faktor-faktor yang menyenangkan dalam pekerjaan Anda dan senangilah pekerjaan Anda, maka niscaya Anda akan bergembira, antusias dan berbahagia. Mari kita lihat apa yang dikatakan Beethoven," Bagiku tak ada hal yang lebih manggembirakan selain bertemu dengan Allah lalu sesudah itu memantulkan cahaya wajah-Nya kepada orang lain". Beethoven tentang perasaannya setiap kali ia mengurung diri dan menghasilkan sebuah karya musik.Lalu setiap kali ia berhasil menyelesaikan sebuah karangan ia keluar ruangan dengan rasa girang. Ia merasa telah melihat wajah Tuhan. Ia merasa telah melihat cahaya ilahi, dan ia memantulkan cahaya itu kepada orang lain melalui karya musiknya. Ia merasa seolah-olah wajahnya bercahaya seperti Musa yang wajahnya sampai harus diselubungi ketika"kulit mukanya bercahaya oleh karena ia telah berbicara kepada Tuhan"(Kel.34:29-35).
Di dalam situasi ancaman Covid-19, mungkinkah bisa bergembira, atau masih bisakah kita ketawa? "'Bersukacitalah senantiasa dalam Tuhan! Sekali lagi kukatakan :Bersukacitalah!.(Flp.4:4} Apakah kita bisa bersukacita dengan banyaknya korban yang meninggal akibat virus corona ini? Apa yang terjadi ketika Paulus mengatakan itu kepada jemat Filipi. Paulus lagi di penjara karena pekerjaan pekabaran Injil. Di penjara mereka menyanyikan pujian kepada Tuhan. Mereka belajar dari peristiwa ini bahwa bahwa di dalam penderitaan Paulus bisa bersukacita karena meyakini Kristus tetap menemani dia. Apa maksud Paulus dengan ucapan ini? Paulus bernyanyi bukan karena ia senang di penjara, melainkan karena ia senang bahwa dalam penjara pun Kristus menemani dia.
Paulus menderita, tetapi ia yakin bahwa Kristus menemani dia di dalam penderitaannya. Oleh sebab itu, Paulus bergembira. Maka bernyanyilah dia. Dalam keadaan apa pun di dalam hidup kita ini Tuhan tidak pernah meninggalkan kita. Tuhan bersabda,"…Aku sekali-kali tidak akan membiarkan engkau dan Aku sekali-kali tidak akan meninggalkan engkau".(Ibr.13:5).
Tertawa itu berharga. Hanya manusia yang bisa tertawa, hewan tidak. Memang monyet bisa menyeringai lebar-lebar sampai kelihatan seluruh gigi dan gusinya. Namun, jangan salah, monyet bukanlah sedang tertawa kepada Anda, melainkan sedang mempromosikan pasta gigi. Tertawalah selagi belum dilarang.
Sumber
: Hariansib.com edisi cetak