Merdeka.! Inilah Yel, Yel, teriakan idealisme bangsa Indonesia atas kemerdekaan yang telah kita raih sejak tujuh puluh tahun lalu. Kemerdekaan merupakan pertanda bahwa kita sebagai masyarakat, sebagai warga gereja mempunyai derajat kemanusiaan yang berdaulat, bebas, demokratis menentukan nasib sendiri sesuai dengan cita-cita dan ideologi bangsa dan negara kita tercinta ini.
Mengapa kita bersyukur dan gembira atas kemerdekaan yang kita miliki. Sebab, ratusan tahun kita dijajah oleh bangsa asing. Selama penjajahan, kondisi kita berada dalam penderitaan yang panjang dan abadi. Syukurlah! Tuhan mengaruniakan kemerdekaan tersebut. Seturut dengan kemerdekaan atas penjajahan yang pernah kita alami, demikian juga dengan Bangsa Israel pernah dan lama sekali mereka dibawah kuk penjajahan oleh Raja Firaun di negeri Mesir.
Selama dalam tawanan dan penjajahan Mesir maka mereka pun bertanya-tanya : Apakah Tuhan ada? Andaikata Dia ada, mengapa Dia diam saja tatkala umatNya ditawan, dijajah, disiksa? Mengapa hidup Israel harus penuh dengan berbagai penderitaan dan penjajahan hingga pembuangan?
Dalam kitab Keluaran, kita mendapati kisah tentang Tuhan yang ternyata mau berurusan dengan persoalan manusia. Di sini setidaknya ada empat kata kerja aktif yang ditujukan kepada Tuhan: mendengar, mengingat, melihat, memperhatikan (ayat 24, 25). Tuhan rupanya adalah Allah yang personal, yang melibatkan diri secara pribadi. Dia empati (turut merasakan) dan partisipatif (turut ambil bagian). Kita patut menaikkan syukur karena boleh mengalami kehangatan pribadi Tuhan kita yang nyatanya begitu peka. Segala urusan manusia di bumi ini, ternyata juga menjadi minat dan perhatian dari Tuhan yang bersemayam di surga.
Apakah kita sedang tidak merasakan kehadiran Tuhan? Jangan-jangan itu terjadi karena kita kurang peka akan kehadiran-Nya yang nyata di depan mata. Apabila demikian yang kita alami, cobalah lakukan hal berikut di tengah kepedihan: arahkan segala penderitaan, ratap tangis kita hanya kepada Dia; dengan memanjatkan doa yang mengantar kita ke pelukan-Nya; dengan membaca firman Tuhan hingga kita tahu apa yang Dia maksudkan dalam setiap peristiwa; dengan menyanyikan puji-pujian. Semuanya akan menghangatkan hati kita sehingga dapat merasakan kehadiran-Nya.
Mungkin saja, ketika kita menderita, terkadang kita menganggap bahwa Allah tidak peduli pada penderitaan. Sejarah Kerajaan Allah membuktikan kepada umat Israel, setelah ratusan tahun mereka di Mesir, Allah pun mengingat perjanjianNya kepada Abraham, Ishak, dan Yakub. Kemudian Ia menjalankan rencanaNya untuk menyelamatkan mereka dari perbudakan Mesir. Kata "mengingat", bukan berarti hanya secara pengetahuan/kognitif, tetapi mencakup tindakan dan tujuan.
Kebijakan Tuhan untuk tindakan penyelamatan mereka, maka Tuhan mengangkat Musa menjadi pemimpin, dan tokoh pembebas sebagai suruhan Tuhan. Musa menjadi mandataris Allah berhadapan dengan Firaun, karena mandat yang diterimanyalah sehingga Musa berkuasa memperlihat mujizat Tuhan dengan berbagai tulah yang menimpa Mesir di kala itu.
Inilah bukti bahwa Tuhan mendengar jeritan umatNya atas penderitaan yang dilakukan sang Raja Mesir, Firaun. Akhirnya mereka bebas, dan segera dibawa, dituntun menuju negri perjanjian, yaitu ; Tanah Kanaan. Di jaman Musa, Mesir merupakan satu-satunya negara terkuat di daerah tetangga Falistin (Ketika itu negara Israel belum terbentuk).
Dalam konteks ke-Indonesiaan, orang Kristen tidaklah seperti bangsa Israel. Dalam naungan sebagai bangsa kita terlindung dan dijamin oleh Undang-undang, dijamin oleh Ideologi berbangsa dan bernegara bahwa orang percaya, umat beragama tidak boleh ditindas dan dijajah lagi.
Namun, kenyataan kita tidak boleh lalai. Meski tidak lagi ditemukan penjajahan oleh bangsa atau negara asing. Tetapi, perlu kita waspadai penjajahan baru yang sedang dan masih terus bergerak secara sistemik, dan tidak langsung, yaitu ; kejahatan politik, kejahatan ekonomi, kejahatan tehnologi, kejahatan perang, kejahatan ideologi agama, kejahatan berdasi (Koruptor), kejahatan obat-obat terlarang (Narkoba). Inilah bentuk penjajahan baru.
Kejahatan seperti di atas inilah yang belum bisa dituntaskan oleh banyak bangsa dan negara di seantero dunia ini. Jika Negara dan bangsa lemah melawan penjajahan dan kejahatan tersebut maka sesungguhnya mereka terancam dijajah dan diperbudak meski negara dan bangsa tersbut sudah meraih kemerdekaan dan berdaulat.
Marilah kita mempertahankan, merawat, dan menerjemahkan makna kemerdekaan yang Tuhan berika kepada umatNya supaya hidup kita menjadi berkat bagi sesama, bagi masyarakat, bangsa, dan negara Republik Indonesia. Tuhan Memberkati Kita. Amin.!