Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan
Rabu, 28 Mei 2025
Renungan

Berkat Rohani Kekayaan Kita (Efesus 1:3)

* Oleh Pdt Sunggul Pasaribu, MPAK
- Minggu, 13 September 2015 15:19 WIB
5.533 view
Berkat Rohani Kekayaan Kita (Efesus 1:3)
Thema ini merupakan thema yang menarik, siapa yang tidak suka kekayaan.? Manusia dengan kerja keras untuk mendapat kekayaan secara baik dan syah. Orang tua yang memiliki harta menjadi kekayaan bagi keturunannya. Salah satu falsafah orang Batak menyatakan "Anakhonki do hamoraon di ahu" (Bhs. Indonesia ; Anakku adalah kekayaan bagiku). Demikianlah manusia hidup di dunia masih mementingkan dan mencari yang namanya kekayaan.

Namun kekayaan yang berasal dari Tuhan kita sebagaimana dalam Injil Yohanes 1:12 mengatakan,: bahwa siapa yang percaya dan menerima Tuhan Yesus, telah diterima sebagai anak-anak Allah. Dan sebagai anak, kita mendapat bagian/warisan dari Bapa kita (Galatia 4:7). Paulus menyebut warisan tersebut, sebagai "segala berkat rohani di dalam sorga" (Efesus 1:3, 18, 2:6-7).

Di dunia ini, warisan yang diterima oleh seorang anak dari orang tuanya tidak sama : Anak laki-laki menerima warisan lebih banyak dibandingkan dengan anak perempuan. Anak sulung yang laki-laki menerima warisan yang berbeda (lebih banyak) dibandingkan dengan anak laki-laki kedua ataupun si bungsu.

Tetapi dalam keluarga Allah, kita sebagai anak-anak Allah mendapat warisan (kekayaan) yang sama. Sebagai orang percaya, kita harus tahu (menyadari) betapa besar kekayaan yang kita dapatkan dari Allah yang adalah Bapa kita. Tentunya bukan kekayaan jasmani. Rasul Paulus menyebutnya sebagai kekayaan rohani. Dan kita sebaiknya  bukan hanya tahu..., tetapi dapat menggunakan kekayaan rohani tersebut dalam hidup agar senantiasa mensyukurinya.

Untuk itu maka Paulus menulis surat kepada jemaat Efesus, menyatakan ; "Dan supaya Ia menjadikan mata hatimu terang, agar kamu mengerti pengharapan apakah yang terkandung dalam panggilan-Nya: betapa kayanya kemuliaan bagian yang ditentukan-Nya bagi orang-orang kudus" (Efesus 1:18).

Pernah dikisahkan, tentang seorang yang ditemukan mati dengan beralaskan koran. Selidik punya selidik... ternyata orang tersebut adalah seorang yang kaya.
Amat disayangkan : seorang yang sangat kaya dan banyak uang tetapi hidup dalam kemiskinan dan sama sekali tidak menikmati kekayaannya. Di dalam keKristenan juga tanpa kita sadari terjadi hal yang sama. Kita yang diberi kekayaan rohani, tetapi hidup dalam kemiskinan rohani.

Beginilah kemiskinan rohani : Pertama, Hidup dalam ketakutan/kekuatiran yang berlebihan akan masa depan. Kedua, Terikat dalam dosa, atau seringkali kalah dalam perjuangan melawan dosa. Ketiga, Terikat oleh rasa bersalah. Dan cenderung juga menghakimi secara berlebihan orang yang berbuat dosa. Menurut 2 Korintus 8:9 Paulus mengatakan bahwa Kristus menjadi miskin sekalipun Ia kaya, supaya kita menjadi kaya oleh karena kemiskinanNya. Artinya, Kristus telah membuat kita kaya!

Oleh karena itulah Rasul Paulus dalam suratnya kepada jemaat Efesus 1:3, menyatakan : "Terpujilah Allah dan Bapa Tuhan kita Yesus Kristus yang dalam Kristus telah mengaruniakan kepada kita segala berkat rohani di dalam sorga". Maka orang percaya mendapat hak untuk menerima berkat rohani dari Tuhan Allah. Kalau berkat jasmani dengan mudah kita peroleh di dunia ini, sebab sudah disediakan Allah melalui karya penciptaanNya, manusia memperolehnya cukup dengan upaya, usaha, dan mengandalkan otak dan otot.

Sedangkan berkat rohani hanya berasal dari Tuhan kita yang diberinya hanya kepada yang percaya kepadaNya serta berkenan di hadirat Allah. Hal itu pula yang menyebabkan, mengapa ada orang yang kaya jika tidak dibarengi dengan kekayaan rohani dari surga maka orang tersebut belum tentu berkenan di hadapan manusia apalagi Allah.

Kekayaan jasmani atau kekayaan materi jika tanpa dibarengi dengan berkat rohani, maka segala milik kepunyaannya bisa menjadi bumerang, menjadi malapetaka, bahkan dapat merusak dirinya sendiri. Sebab kekayaan jasmani atau materi tersebut tidak memberi ketenangan, ketentraman, tidak membawa kesejahteraan jiwa, dan bathin. Maka, meski orang tersebut dikategorikan kaya secara jasmani, atau materi namun karena miskin secara rohani akibatnya orang tersebut pelit, rakus, tidak pernah berbaik hati, tidak pernah mau menyumbangkan sebagian harta miliknya, tidak memiliki jiwa sosial, tidak manusiawi dalam bertindak, tidak terlihat jiwa solidaritasnya jika ada bencana  yang dialami sesamanya.

Oleh karena itu, masih lebih baik memiliki sedikit tetapi membawa kebaikan dan kebahagiaan daripada memiliki berlebihan namun tidak membawa manfaat kepadanya dan terhadap sesama. Amin.!


SHARE:
Tags
komentar
beritaTerbaru