Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan
Senin, 04 Agustus 2025

Upah Turun Naikkan Sepedamotor Lebih Mahal dari Ongkos Boat Menyeberangkan di TSE Labuhanbatu

* Penumpang dan Tekong Mengeluh
Redaksi - Selasa, 26 Mei 2020 21:47 WIB
641 view
Upah Turun Naikkan Sepedamotor Lebih Mahal dari Ongkos Boat Menyeberangkan di TSE Labuhanbatu
Dok/Joko
NAIKKAN SEPEDAMOTOR: Anggota SPTI SPSI PUK Desa Tanjung Sarang Elang, Kecamatan Panai Hulu, Kabupaten Labuhanbatu, Sumatera Utara, menaikkan sepedamotor ke boat penyeberangan dari pelabuhan TSE ke Labuhanbilik Kecamatan Panai Hilir, Labuhanbatu,
Labuhanbatu (SIB)
Penumpang dan tekong boat penyeberangan mengeluhkan mahalnya upah menurunkan atau menaikkan sepedamotor ke boat di pelabuhan Tanjung Sarang Elang, Desa Tanjung Sarang Elang (TSE), Kecamatan Panai Hulu, Kabupaten Labuhanbatu, Sumatera Utara. Upah menurunkan saja lebih mahal dari menyeberangkan mengarungi Sungai Barumun yang lebarnya mencapai 2000 meter.

Ongkos boat menyeberangkan sepedamotor dari pelabuhan TSE ke pelabuhan Labuhanbilik, Kecamatan Panai Tengah dan sebaliknya, hanya Rp6000. Tetapi upah anggota Serikat Pekerja Transportasi Indonesia (SPTI) di Pos Unit Kerja (PUK) Desa TSE menurunkan sepedamotor ke boat atau menaikkan dari boat ke darat Rp7000 untuk yang kecil dan Rp10.000 yang besar. Tidak boleh pula diturunkan atau dinaikkan sendiri oleh pengendaranya.

“Ongkos boat menyeberangkan kereta (sepedamotor) hanya enam ribu, tapi ongkos menurunkan ke boat tujuh ribu. Ongkos menaikkan juga segitu. Itu untuk kereta kecil, kalau kereta besar sepuluh ribu. Kan nggak wajar hanya nurunkan saja tujuh ribu,” kata Agus, penumpang boat yang baru menyeberang dari Labuhanbilik naik di pelabuhan TSE kepada wartawan, Senin (25/5/2020) sore.

Menurutnya, jika bongkar muat itu dilakukan SPTI, mestinya ada ketentuan tarifnya.

"Bukan sesuka hati membuat tarif. Selain itu, setelah pelabuhan TSE dibangun permanen oleh pemerintah, menurunkan atau menaikkan sepedamotor tidak sulit lagi seperti dulu. Kalau pelabuhan sekarang, penumpang pun bisa menurunkan atau menaikkan sendiri sepedamotornya ke bot," ujarnya.

Dia mengaku heran uang bongkat muat yang lebih tinggi dari ongkos penyeberangan ini sudah berlangsung lama, namun sepertinya tidak ada teguran dari aparat terkait.

Seorang tekong boat juga mengaku keberatan atas kebijakan SPTI yang membuat upah menaik-turunkan sepedamotor penumpang lebih tinggi dari tarif penyeberangan.

“Sebenarnya kami pun keberatan. Tapi apa yang mau kami buat, karena nggak ada hak kami mencampuri itu. Padahal risikonya kami yang menanggung. Kami menyeberangkan pakai boat, minyak dan memikirkan keselamatan penumpang sepedamotornya," sebutnya.

Selain itu, akibat upah bongkar muat yang mahal, banyak calon penumpang nggak jadi naik boat. Pengendara sepedamotor rela keliling lewat jalan Seirakyat ke Labuhanbilik atau ke Seiberombang, karena minyaknya paling 30.000 pergi pulang (PP).

"Karena upah bongkar muat sepedamotor tambah ongkos menyeberang pulang pergi sudah lima puluh ribu sampai tujuh puluh ribu. Sedangkan kalau mereka lewat jalan darat dari Seirakyat paling tiga puluh ribu pulang pergi,” ungkap tekong tersebut dengan logat panai.

Akibat mahalnya ongkos bongkar muat turun naik sepedamotor ke bot, penumpang jauh berkurang.

“Ini agak lumayan ramai karena lagi lebaran. Kalau hari biasa sudah cukup sepi. Apalagi kalau jalan dari Seirakyat sampai ke Labuhanbilik sudah dirabat beton, hajablah pendapatan kami,” keluh tekong itu. (*)


Editor
:
SHARE:
Tags
komentar
beritaTerbaru