Jakarta (SIB)- Sopir truk trailer, Marsan Simbolon masih diperiksa oleh Satlantas Polres Tangerang Selatan akibat peristiwa yang menyebabkan JPO di Tol BSD, Serpong, roboh. Sopir tersebut ternyata tidak memiliki Surat Izin Mengemudi (SIM).
"Sopir truk tersebut tidak memiliki SIM. Tahun 2015 pernah ditilang oleh Polantas Polda Jabar, namun tidak ditindaklanjuti (sopir tak mengurusnya-red)," ujar Kasubdit Pembinaan dan Penegakan Hukum Ditlantas Polda Metro Jaya AKBP Budiyanto, Senin (16/5).
Budiyanto menambahkan, saat ini sopir masih diamankan di Satlantas Polres Tangerang Selatan. "Penahanan bukan merupakan keharusan. Yang boleh ditahan yang ancamannya di atas 5 tahun atau pasal yang telah ditentukan," ungkapnya.
Dalam peristiwa itu, juga tidak ada korban jiwa sehingga ancaman pidananya lebih ringan. "Kasus tersebut tidak ada korban jiwa ancaman pidana penjaranya 6 bulan," imbuhnya.
Dijelaskan Budiyanto, peristiwa terjadi pada pukul 21.55 WIB, Minggu (15/5) malam. Saat itu truk bernopol B 9026 URA menabrak JPO di KM 7+200, tepatnya di depan jalur masuk rest area Jombang, Sawah Baru, Ciputat, Tangsel.
Saksi bernama Aditya sempat mendengar bunyi yang cukup keras ketika crane yang diangkut truk tersebut menabrak JPO. Truk tersebut mengarah ke Serang, Banten.
"Dampak dari robohnya JPO tersebut, aktivitas tol dari kedua arah baik dari Serpong menuju Jakarta maupun sebaliknya sampai saat ini masih di tutup dan dialihkan untuk sementara waktu," tuturnya.
Sejak semalam telah dilakukan upaya untuk mengevakuasi crane yang melintang di lokasi tersebut. Dua unit alat berat diturunkan untuk mengevakuasi truk tersebut.
2 Crane Gagal
2 Crane disiapkan untuk mengangkat Jembatan penyeberangan orang (JPO) roboh di Tol JORR BSD. Usaha dari kedua crane tersebut gagal karena JPO masih terlalu berat.
"Gagal, soalnya jembatan terbuat dari beton," ujar Kepala Divisi manajemen Operasional PT Jalan Lingkar Jakarta Yusep Fitriatna.
Menurut Yusep, crane berada di kedua sisi JPO. Masing-masing crane seberat 50 ton sehingga total berat keduanya 100 ton. karena kegagalan 2 crane sebelumnya maka Yusep mendatangkan satu crane dari BSD dengan berat 150 ton.
"Terus estimasi waktu jam 12 kemungkinan akan molor beberapa jam," terangnya.
Tidak hanya berat bangkai JPO yang tidak bisa diangkat 2 crane tersebut, ada hal lain yang membuat pengangkatan bangkai JPO tertunda yang yaitu kandungan dari beton JPO.
Yusep menjelaskan, kandungan JPO JORR BSD terbuat dari presstressed (beton pra tegang) yang mengandung kabel dan bahan tersebut dapat meledak. "Nanti tidak hati-hati JPO bisa meledak," ucapnya.
Pantauan di lokasi, kedua crane yang berada di ujung jembatan tidak lagi beroperasi. Arus lalin juga masih ditutup.
(detikcom/c)