Jakarta (SIB) -Video gelombang laut tinggi di Manado, Sulawesi Utara, viral di media sosial. Gelombang tinggi itu karena cuaca dan bukan tsunami.
"Gelombang laut tinggi di Kota Manado pada 27 Desember 2018 disebabkan faktor cuaca. Tidak ada tsunami," kata Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho lewat Twitter, Jumat (28/12).
Sebelumnya, Kepala Seksi Observasi dan Informasi BMKG Stasiun Meteorologi Kelas II Maritim Bitung, Sulawesi Utara (Sulut), Ricky Daniel Aror meminta warga di sekitar perairan Sulawesi, termasuk Manado dan Maluku, mewaspadai gelombang laut setinggi 2,5-4 meter yang diperkirakan bakal terjadi hingga Jumat pagi (28/12).
Gelombang setinggi 4 meter, menurut dia, berpeluang terjadi di laut Sulawesi bagian timur, perairan Kepulauan Sangihe dan Talaud, serta laut Maluku bagian utara. Selanjutnya, gelombang setinggi 1,25-2,5 meter diperkirakan terjadi di laut Sulawesi bagian tengah, perairan Bitung dan Manado, laut Maluku bagian selatan, serta perairan selatan Sulut.
"Masyarakat dan kapal-kapal di daerah yang dikeluarkan peringatan dini diharapkan memperhatikan kondisi itu," kata Ricky.
Dievakuasi
Sementara itu, 93 warga negara China terjebak badai di Pulau Lihaga, Sulawesi Utara. Mereka kemudian dievakuasi ke Manado.
Berdasarkan keterangan tertulis dari Bakamla, Kantor Zona Kamla Manado menerima laporan soal 93 WN China ini dari GM MM Travel Leonard Parangan, pada Kamis (27/12) sekitar pukul 19.00 Wita. Mereka terjebak akibat cuaca buruk di sekitar perairan Serei.
Boat yang dimiliki agen travel tersebut tidak mampu membawa wisatawan dari pulau tersebut akibat angin kencang dan gelombang tinggi. Cuaca di wilayah Sulawesi Utara dilaporkan buruk sejak 3 hari sebelumnya.
Laksma Bakamla Bastomy Sanap dan Komandan Pangkalan Bakamla RI di Serei, Kolonel Bakamla Agus Izudin, kemudian menyiapkan KN Gajah Laut-4804. Kapal tersebut sedang dalam status Siaga Operasi untuk mengantisipasi ancaman kemanan dan keselamatan laut selama Natal dan Tahun Baru.
Komandan KN Gajah Laut-4804 Letnan Kolonel Bakamla Beny Hermawan mengatakan setelah mendapatkan perintah, kapal itu lalu bergerak menuju Pulau Lihaga pada pukul 20.45 Wita. Setibanya di lokasi, karena tidak ada dermaga, maka proses evakuasi dilaksanakan menggunakan boat dari Pulau Lihaga ke kapal dengan jarak sekitar 170 meter.
Di tengah gelombang tinggi, seluruh wisatawan asing dapat dievakuasi dan tiba di Pangkalan Bakamla Serei pada pukul 23.45 Wita. Selanjutnya, mereka akan kembali ke Manado menggunakan bus.
Direktur Operasi Laut Bakamla RI, Laksma Bakamla Nursyawal Embun, mengatakan kondisi cuaca di sebagian besar wilayah perairan Indonesia saat ini dalam kondisi buruk dan berbahaya untuk pelayaran. Oleh karena itu Bakamla RI telah menyiagakan sejumlah kapal patroli untuk mengantisipasi kecelakaan maupun bencana alam. (detikcom/d)