Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan
Sabtu, 02 Agustus 2025

Harga Ikan di Pasar Tradisional di Kota Medan Masih Mahal

Redaksi - Kamis, 25 Maret 2021 17:25 WIB
4.133 view
Harga Ikan di Pasar Tradisional di Kota Medan Masih Mahal
Foto: iStock
Ilustrasi
Medan (SIB)
Di tengah pandemi Covid-19 harga ikan basah di pasar-pasar tradisional di Kota Medan masih mahal dan sudah berlangsung lama. Hal ini membuat daya beli konsumen melemah. Bàhkan banyak yang beralih ke tempe dan tahu karena harganya lebih murah untuk menu makanan sehari-hari.

Menurut pantauan SIB di pasar Cemara dan Pasar Kampung Durian, Selasa (23/3), para pedagang ikan umumnya banyak mengurangi stok penjualan. Begitu juga daya beli konsumen berkurang.

"Cemana mau beli ikan basah harganya selangit ekonomi sulit. Jadi untuk menu sehari-hari kita selang-selingkan.Misalnya tempe tahu, telur divariasikan dengan kentang. Makanya kita sebagai ibu rumah tangga harus bisa menata keuangàn," ungkap ibu Sri warga Jalan Krakatau kepada SIB.

Ibu rumah tangga dengan tiga anak masih remaja mengatakan, di tengah pandemi ini memang lebih banyak ngumpul di rumah tapi biaya hidup cukup tinggi terutama untuk keperluan RT.

"Kita berharap Covid-19 cepat berlalu, karena sempat berbisnis udah gak lancar jadi kita hentikan," ujarnya lesu.

Sementara itu Akbar,pedagang sayur mayur dan tempe tahu di Pasar Cemara Medan kepada SIB mengatakan, dia juga mengurangi stok jual ikan basah, tapi kalau stok jual tempe dibanyakkan karena memang laris manis.

"Harga jual tahu Rp500 per potong," ungkap Ali pedagang tahu keliling di kawasan Cemara Pulo Brayan.

Stok jualnya cukup banyak sebanyak 10 papan besar.Satu papan isi potongan tahu 70 potong. Setiap hari habis terjual, ujar pria mengaku sudah 20 tahun berdagang tahu.

Sementara tempe ukuran,kecil sedang dan besar dari Rp 2.000, Rp 4.000 hingga Rp 6.000 per batang.

Disebutnya, meskipun tahu tempe yang dijual termasuk laku keras, namun stok pembelian dari grosir tidak ada penambahan, karena terkendala kedele untuk pembuatan tahu tempe disebut-sebut terbatas dan harga kedele mahal.

Sementara itu data dari Dinas Tanaman Pangan dan Holtikultura Sumut menyatakan, kedele yang dibutuhkan untuk memproduksi tempe dan tahu di Sumut 95 % masih impor, sementara itu luas tanam kedelai di Sumut juga sangat minim sekali sekitar 7 hektare.

Jenis ikan yang dijual juga seperti ikan gembung sedang Rp25.000 per Kg, ukuran besar Rp45.000, tongkol, ukuran sedang Rp35.000, nila, Rp 28.000 higga Rp35.000 per Kg, ikan dencis, 30.000 hingga Rp 35.000, ikan alo-alo Rp22.000 hingga Rp 25.000 per Kg, kan lele, dan ikan kakap Rp 60.000.

Sedangkan ikan yang sudah punya nama atau berkelas tidak ada lagi, banyak yang diekspor ke luar negeri, ungkap seorang pedagang Fahri yang banyak menjual berbagai jenis ikan.

Harga ikan basah yang sudah sejak lama “meroket” itu sudah sulit turun, hal ini disebabkan cuaca yang tidak bersahabat dan nelayan pun enggan melaut. Paling melaut di zona yang dekat-dekat dari pinggiran takut kena badai, ungkapnya lagi.

Namun bagi orang yang berkecukupan, membeli ikan segar untuk stok seminggu. Bagi orang yang bersahaja, beralih ke tahu, tempe dan telur. "Sekali-kali, makan ikan juga lah untuk perbaikan gizi anak," ujar ibu Ros Lubis, guru SMA di Jalan Timor.

"Dengan biaya Rp 25.000 hingga Rp 30.000 sehari sudah bisa kita sajikan menu campuran tahu, tempe, ikan asin dan terong ungu yang disambal. Sedangkan ikan basah harus 1,5 Kg sehari seharga Rp50.000. Jadi sebagai ibu rumah tangga harus bisa mengolah menu makanan dengan biaya murah dan rasanya enak disajikan untuk keluarga, ujarnya. (A1/c)

Sumber
: Hariansib.com edisi cetak
SHARE:
Tags
komentar
beritaTerbaru