Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan
Sabtu, 02 Agustus 2025

Perdana di Indonesia, 2 Orang Raih Dual Doktor dari UI dan Universitas Shizuoka Jepang

- Sabtu, 27 Desember 2014 14:49 WIB
271 view
Jakarta (SIB)- Universitas Indonesia melahirkan 2 peraih gelar ganda Doktor, Rangga Winantyo dan Sri Purwiyanti. Keduanya berasal dari Double Degree Program (DDP) antara Fakultas Teknik UI dengan Universitas Shizuoka, Jepang, dan merupakan perdana di Indonesia sebagai peraih Doktor Gelar Ganda.

"Sebagai suatu sistem Double Degree Doktor kita yang pertama. Pertama kali saya tanda tangan kontraknya dengan Jepang tahun 2010. Pertama kita kirim 3 orang pada 2011, selanjutnya tiap tahun satu orang sehingga total sudah 6 yang kita kirim ke Jepang," ujar pencetus program DDP, Prof Djoko Hartanto, Jumat (26/12).

Rangga dan Yanti merupakan 2 mahasiswa kiriman UI yang pertama lulus dalam program ini. Tahun depan, UI juga akan kembali mengirimkan 1 mahasiswanya lagi ke Jepang karena kontrak program kerjasama ini masih akan berlangsung hingga 5 tahun ke depan.

Djoko berani mengklaim 2 mahasiswanya itu sebagai peraih dua gelar doktor perdana di Indonesia karena hingga saat ini belum ada pihak atau Universitas yang men-declare program serupa. Menurutnya Dikti memang memiliki program serupa namun bukan pada sistemnya, melainkan pemberian beasiswa pada mahasiswa doktoral yang mengejar Double Degree.

"Kalau kita sistemnya. Setahu saya Dikti juga ada tapi proyeknya pada pemberian beasiswa, bukan pada sistemnya. Projectnya beberapa bulan setelah kita. Kalau beasiswanya udah nggak ada, ya kan nggak ada lagi karena bukan sistem," kata Djoko.

Menurut Djoko, Rangga dan Yanti yang baru saja mengikuti sidang Doktoralnya pada Selasa (23/12) lalu itu lulus dengan predikat sangat memuaskan dan akan segera mendapat gelar Doktor (DR) setelah wisuda pada Februari mendatang. Keduanya sudah mendapat gelar PhD. dari Universitas Shizuoka, Jepang, pada September lalu. Yanti lulus dengan IPK 3,92 sementara Rangga dengan IPK 3,73.

"Pada intinya kita memiliki sistemnya, bisa dengan biaya sendiri, bisa cari beasiswa dari mana saja. Program Dual Doctor seperti ini harus ada aturannya. Sementara untuk DDP, kita rintis baru dengan Jepang," jelas Djoko.

Pada program ini, para mahasiswa mengikuti program studi di UI, lalu kemudian dilanjutkan di Jepang. "Kita duluan di sini di UI dan untuk riset memakai alat-alat itu terakhir karena mereka (Jepang) yang punya alat-alat canggih. Saya pakai teori dan simulasi dulu di sini, yang njilemet di sana," sambung Djoko yang juga merupakan pencetus Program Double Degree untuk S1 dan S2.

Untuk Rangga, ia mengikuti program ini dengan mendapat beasiswa dari pemerintah Jepang yang membebaskan biaya kuliah serta memberinya uang saku per bulan selama di Jepang. Riset yang dilalukannya adalah mengenai Studi Peranan Seed Layer Terhadap Lapisan Tipis Seng Oksida untuk Meningkatkan Efisiensi Solar Cell.

"Riset itu tentang lapisan tipis seng oksida. Tujuan utamanya untuk pembuatan solar cells. Tapi tidak tertutup kemungkinan untuk pengembangan sensitive layer bagi aplikasi lain seperti bio sensor," tukas Rangga saat ditemui di rumahnya di kawasan Klender, Jaktim, Jumat (26/12).

Rangga yang mengenyam pendidikan S1 di Royal Melbourne Institute of Technology, Australia, dan S2 di Lübeck Universität, Jerman itu bisa menyandang 2 gelar sekaligus ke depannya. Pria berumur 34 tahun ini mengaku rata-rata mahasiswa UI yang mengikuti program DDP ini akan mendapat support dari beasiswa.

"Saya waktu berangkat ke Jepang di usia 29 tahun. Kalau ada yang mau nekat berangkat sendiri ya nggak apa-apa, cuma harus dengan biaya sendiri," tutup Rangga yang berasal dari Yogyakarta itu. (detikcom/q)

SHARE:
Tags
komentar
beritaTerbaru