Jakarta (SIB)- AirAsia X, maskapai afiliasi penerbangan berbiaya hemat Grup AirAsia yang melayani penerbangan jarak jauh, pada 15 Juli 2014 melakukan penandatanganan nota kesepahaman pembelian 50 pesawat Airbus A330neo termasuk hak pembelian 50 pesawat tambahan dengan Airbus. Nilai nota kesepahaman pembelian pesawat terbaru tersebut mencapai US$ 13,8 miliar (Rp 138 triliun) dengan pengiriman mulai 2018 sampai 2024.
Penandatanganan nota kesepahaman ini menjadikan AirAsia sebagai maskapai pertama di dunia yang berkomitmen untuk membeli model terbaru dari keluarga tipe Airbus A330 yang diluncurkan minggu ini.
“Kami sangat mendukung rencana Airbus untuk meluncurkan versi terbaru dari Airbus A330 ini. Kami juga sungguh senang atas penawaran model pesawat terbaru yang akan mendukung kami dalam mengembangkan bisnis penerbangan berbiaya hemat jarak jauh," kata kata Tony Fernandes, Pendiri dan Direktur AirAsia X, dalam siaran pers yang diterima di Jakarta, Kamis (17/7).
Fabrice Bregier, Presiden dan CEO Airbus, mengatakan bahwa AirAsia X merupakan pelopor bisnis maskapai berbiaya hemat jarak jauh. Pesawat A330neo dinilai cocok untuk profil bisnis maskapai ini.
"Airbus A330neo memiliki beragam kelebihan seperti konsumsi bahan bakar yang lebih hemat, jarak tempuh yang lebih jauh, serta harga jual yang kompetitif. Kami bangga bahwa AirAsia X akan menjadi salah satu maskapai pertama di dunia yang mengoperasikan pesawat ini,†kata Bregier.
Secara keseluruhan, Grup AirAsia sendiri telah memesan sebanyak 536 pesawat Airbus, termasuk 61 pesawat Airbus A330. Ini belum termasuk pemesanan yang dilakukan pada 15 Juli 2014 di Farnborough Airshow, London, Inggris.
Suramnya Bisnis Penerbangan IndonesiaIndustri penerbangan Indonesia memasuki masa-masa suram akhir-akhir ini. Tingginya harga bahan bakar pesawat di Indonesia ditambah lagi dengan masalah pajak bandara membuat industri ini semakin lunglai.
"Agen perjalanan mendapat untung, katering mendapat untung, bandara mendapat untung dan penyuplai avtur untung, tapi maskapai malah mengalami kerugian," kata Tony Fernandes.
Tony mengatakan, salah satu penyebab kerugian maskapai adalah tingginya harga bahan bakar pesawat terbang di Indonesia dibandingkan di negara lainnya. Selain itu juga pajak bandara membuat maskapai kesulitan.
"Pemerintah harus memotong birokrasi dan membuat bisnis menjadi mudah," katanya.
Tony juga sempat menanyakan soal hasil pilpres yang baru saja digelar 9 Juli lalu kepada wartawan Indonesia. "Siapa yang menang dalam Pilpres kemarin?" tanya Tony.
"Hasil resminya masih menunggu, tapi untuk sementara ini kedua pasangan mengklaim mereka pemenangnya," katanya.
"Mudah-mudahan presiden ke depan bisa membuat Indonesia lebih baik," katanya.
(detikfinance/f)