Rupiah Melemah Mendekati Rp16.000, IHSG Tetap Bertahan di Zona Hijau

Medan (harianSIB.com)

Rupiah terus tertekan terhadap dolar AS, ditutup pada level Rp15.910 per dolar AS pada perdagangan Rabu (11/12/2024), mendekati ambang psikologis Rp16.000.

Menurut pengamat ekonomi dan keuangan, Gunawan Benyamin, pelemahan ini dipicu oleh meningkatnya imbal hasil obligasi pemerintah AS (US Treasury) tenor 10 tahun, serta penguatan indeks dolar AS yang mencapai level 106,65.

Baca Juga:

• Pasar Saham Tetap Positif, Mata Uang Rupiah Perkasa
• Di Tengah Ancaman Tarif AS, Produksi CPO Diprediksi Naik 17%

"Kondisi ini turut berdampak pada mata uang utama lainnya di Asia, seperti yen Jepang, dolar Singapura, dan dolar Hong Kong," ungkap Gunawan.

Meski Rupiah melemah, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menunjukkan daya tahan di tengah tekanan pasar. Setelah sempat berada di zona merah pada awal perdagangan, IHSG berhasil ditutup naik tipis 0,15% ke level 7.464,752. Pada sesi pertama, IHSG bahkan sempat menyentuh level tertinggi di 7.530 sebelum akhirnya tergerus hingga penutupan.

Baca Juga:

• Parlemen Iran Setujui Penutupan Selat Hormuz, IHSG dan Rupiah Melemah
• Harga Cabai Merah Terjun ke Rp16 Ribu/Kg, Permintaan Lemah Jadi Penyebab

Sementara itu, perhatian pelaku pasar kini tertuju pada data inflasi AS yang akan dirilis dalam waktu dekat. Data tersebut diperkirakan akan mencerminkan kenaikan inflasi, yang dapat memengaruhi ekspektasi terhadap kebijakan suku bunga The Fed.

"Jika kebijakan tetap hawkish, harapan pemangkasan suku bunga acuan akan teredam, sehingga memberikan tekanan tambahan bagi Rupiah dan IHSG dalam waktu dekat," tambah Gunawan.

Di sisi lain, harga emas global juga melemah, tercatat di kisaran 2.692 dolar AS per ons troy atau sekitar Rp1,38 juta per gram. Pelemahan ini mencerminkan dominasi sentimen risiko di pasar menjelang data ekonomi utama dari Amerika Serikat.